-20-

168 18 2
                                    

"Kuncara orangnya baik banget, Sa. Sama Kuncara gue bisa merasakan dihargai, dibutuhkan, dan dimanusiakan setelah banyak hal buruk menimpa gue," ucap Renjana tersenyum membayangkan sosok yang sedang ia bicarakan.

Siang ini, Aksara tiba-tiba datang ke kelasnya mencari Kuncara. Katanya ia sudah ada janji pulang bersama untuk langsung menuju ke lapangan futsal. Namun saat Aksara datang, Kuncara tidak terlihat. Hanya ada tas abu-abu Kuncara di bangkunya. Dan Aksara malah bertemu dengan Renjana. Gadis yang beberapa hari lalu ia debatkan dengan sahabatnya.

Aksara masih menyimpan banyak pertanyaan tentang alasan sahabatnya tiba-tiba begitu manis kepada Renjana. Juga perubahan-perubahan sikap yang Kuncara perlihatkan sejak Kuncara terlihat mulai berteman dan dekat dengan gadis itu. Akhirnya Aksara bertanya pada Renjana. Aksara juga ingin tahu dari sisi Renjana. Bagaimana Renjana melihat Kuncara. Benarkah kata Kuncara bahwa Renjana tidak akan suka pada sahabatnya itu. Benarkah Renjana memang hanya sebatas buruh PR Kuncara. Namun kata-kata yang keluar dari mulut Renjana jauh dari yang Aksara bayangkan. Aksara tidak pernah menduga bahwa Renjana bukan sekedar nyaman dengan sahabatnya. Aksara paham benar sahabatnya yang kadang menyebalkan itu punya hati yang baik. Kuncara selalu tahu cara memperlakukan setiap orang dengan baik, siapapun orangnya. Hanya saja beberapa peristiwa yang menimpanya membuatnya ia benci manusia akhirnya menutup diri. Aksara tahu bahwa sebenarnya Kuncara bukan benci tapi ia takut jika kembali dikecewakan oleh manusia.

"Kuncara emang baik banget Jan. Dia gak bisa banget lihat orang kesusahan. Kalau bisa milih di posisi dia sedang kesusahan terus dia lihat ada orang yang butuh bantuannya maka Kuncara akan lebih dulu mengulurkan tangganya. Dia kadang gak meduliin dirinya sendiri lebih dulu. Itu sebetulnya bagus. Tapi kalau berlebihan jatuhnya malah nyakitin dirinya sendiri. Seperti yang terjadi beberapa tahun sebelum Kuncara memilih menutup diri," Aksara membenarkan apa yang Renjana katakan.

"Gue juga udah denger Sa cerita yang itu. Gue sampai nangis dengernya. Malu banget gue sama Kuncara waktu itu," ujar Renjana sambil tertawa mengingat kejadian dimana tiba-tiba dia mellow sendiri saat mendengar Kuncara bercerita.

"Kuncara kayanya udah cerita banyak sama lo ya Jan. Padahal dia susah banget kalau disuruh cerita," ucap Aksara.

"Lo bener Sa. Mungkin dia bisa cerita sama gue tapi gue lihat masih banyak yang Kuncara coba simpan sendiri. Padahal gue udah pernah bilang kalau mau cerita, gue siap jadi pendengarnya kapanpun," Renjana mengungkapkan apa yang ia lihat selama ia mengenal Kuncara.

"Lo segitu sayangnya Jan sama Kuncara?" tanya Aksara tanpa basa-basi lagi.

"Kuncara buat gue jatuh cinta Sa. Bahkan tanpa dia harus mencintai gue dulu. Dia baik Sa. Dia tulus. Dia apa adanya. Dia tampan dengan apa yang dia punya. Kuncara langka banget Sa di dunia ini. Mungkin manusia yang ganteng bakal mudah dicari. Manusia yang pintar juga semakin banyak. Manusia kaya juga. Tapi kalau yang baik, tulus, ajaib kaya sahabat lo itu, gue nggak tahu bisa nemu dimana," akhirnya Renjana membuka suara, membiarkan ada orang yang tahu bahwa ia suka pada Kuncara. Toh ini Aksara, sahabat yang sudah dipercaya Kuncara sejak lama. Sehingga ia yakin semua akan tetap baik-baik saja. Dan ia jadi tahu harus bercerita kepada siapa ketika menghadapi Kuncara dan seluruh rasa yang menyertainya.

Mata Aksara hampir saja keluar mendengar Renjana berbicara seperti itu. Sudah lama gosip-gosip beredar bahwa primadona sekolahnya ini punya hati sekeras batu dan sedingin salju. Banyak cowok-cowok luar biasa yang berusaha meluluhkan hati Renjana namun justru mendapat penolakan, bahkan sebelum mereka berjuang. Dan hari ini dia mendengar sendiri dari mulut Renjana bahwa dia jatuh cinta dengan sahabatnya yang sudah lama bersembunyi dalam gua. Beruntung sekali nasib temannya yang satu itu.

"Tapi tolong jangan kasih tahu siapa-siapa ya Sa. Jangan kasih tahu Kuncara juga. Cuma lo yang tahu ini dari gue. Dan gue ingin lo satu-satunya orang yang tahu. Karena gue pikir gue bisa percaya sama lo karena lo juga satu-satunya sahabat Kuncara," pinta Renjana.

"Tenang aja Jan. Gue jaga rahasia lo ini dengan baik. Gue masih nggak nyangka kalau lo yang dikabarkan nggak percaya cinta itu, akhirnya kena batunya juga. Dan orangnya justru sahabat gue yang jauh banget dari orang-orang hebat yang pernah deketin lo," Aksara menyaguhinya dengan terus merasa terkejut dan tidak percaya.

"WKWKW, gue juga nggak nyangka Sa. Kuncara juga hebat kali Sa. Hebat yang gue perlu bukan standar hebat yang orang lain idam-idamkan. Cukup Kuncara aja sudah cukup hebat kok," balas Renjana yang sama tidak percayanya, semesta menghadirkan sebuah rasa pada orang yang terduga.

"Selain lo kena batunya karena akhirnya jatuh cinta. Lo kayanya bakal jadi bucin setelah ini Jan WKWKKW," ucap Aksara sambil bercanda lalu mereka tertawa bersama.

.

"Ini yang katanya piket, malah berduaan memadu asmara, pakai ketawa-ketawa segala," Miranda tiba-tiba masuk kelas mengagetkan Aksara dan Renjana.

"Pantesan lama banget ya Mir," Laura ikut menyahut.

Saat Laura dan Miranda hendak masuk ke kelas tadi, Kuncara juga datang dari arah lain. Namun setelah mendengar apa yang Miranda katakan, Kuncara mengurungkan niatnya sejenak. Ada suatu yang mengganggu perasaannya. Ia kemudian meneruskan langkahnya menuju mushola kembali.

.

"Lo tadi ngilang kemana sih Kun? Gue udah hampir sejam nungguin lo. Gue samperin di kelas tahunya adanya cuma tasnya doang," ucap Aksara kesal.

Aksara dan Kuncara kini sudah berada di lapangan futsal siap untuk berlatih. Setelah kira-kira satu jam Aksara menunggu Kuncara yang tak datang-datang. Akhirnya Kuncara kembali ke kelasnya, tepat setelah Renjana beserta kedua temannya pulang.

"Di tempat biasa terus gue ngadem bentar di mushola," jawab Kuncara singkat.

"Lo yang ngajak janjian tapi lo juga yang hilang kemana-mana heran gue. Eh tapi tadi gue ketemu sama Renjana. Hubungan lo sama dia gimana sekarang Kun? Udah ada kemajuan belum?" tanya Aksara.

"Gue kesini mau latihan, bukan mau diwawancara. Buruan. Adik gue udah nunggu di rumah."

Kuncara langsung masuk ke dalam ruang ganti membawa kaos dan juga sepatu. Aksara bingung sendiri melihat Kuncara yang terlihat tidak mood. Padahal yang harusnya marah itu dia. Bukannya Kuncara. Semakin aneh saja tuh orang. Tapi beruntung banget orang gak jelas kaya gitu ditaksir primadona sekolah.

"Cepetan Sa. Malah ketawa-ketawa sendiri. Lo gila ya?"

"Iye iye. Bentaran ngapa sih. Lo dah kayak cewek Kun. Marah-marah mulu."

Aksara langsung menyusul Kuncara berganti pakaian.

***

Halo semuanya ? Gimana nih kabarnya? Semoga selalu diberi kesehatan dan kebahagiaan dimanapun kalian berada ya 🥰

Menurut kalian kenapa Kuncara tiba-tiba jadi badmood ya? Apakah ia cemburu dengan Aksara ? Atau dia merasa tersaingi? Coba tulis di komentar ya

Terus ikuti cerita Renjana dan Kuncara sampai akhir ya 🤗

Jangan lupa tinggalin jejak baik vote dan komen biar author makin semangat nulisnya 💛❤️🧡💜

Salam hangat author untuk pembaca kesayangan

TEMARAM (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang