-32-

119 10 0
                                    

"Kun, gue udah nggak tahan," ucap Aksara.

Hari sudah malam, bahkan kedua adik Kuncarapun sudah tertidur lelap. Namun, tiba-tiba pintu depan rumahnya diketuk oleh seseorang. Dan seseorang itu adalah Aksara. Aksara datang dengan muka berantakan, rambutnya acak-acakan. Entah apa yang baru saja terjadi, yang pasti sekarang Aksara berdiri di depan rumah Kuncara dengan perkataan yang tak mampu Kuncara tangkap maksudnya.

"Hah? Nggak tahan apa? Ini udah malem Sa. Lo jangan aneh-aneh deh," ucap Kuncara.

Kuncara mempersilahkan Aksara untuk masuk menjelaskan perkataanya dengan lebih mampu dimengerti oleh akal manusia.

"Gue udah nggak kuat nahan perasaan gue buat Renjana Kun. Gue bukan lo yang ahli mencintai dalam diam," ucap Aksara dengan nada frustasi.

Kuncara dibuat terbengong dengan apa yang Aksara katakan.

"Terus lo mau apa Sa?" tanya Kuncara langsung tutup poin bertanya apa mau anak ini.

"Gue mau nembak Renjana. Mau bilang kalau gue ada perasaan sama dia. Gue bisa mati muda tiap hari jantungan setiap deket sama Renjana," keluh Aksara.

"Tapi gue juga suka sama dia Sa. Lo tega sama gue?" tanya Kuncara.

"La lo juga diem aja Kun Kun. Lo juga nggak gerak gitu," balas Aksara.

"Gue juga bingung Sa," ungkap Kuncara.

"Bingung gimana ? Padahal ya dari awal semua ini udah jelas Kun. Lo suka Renjana. Renjana suka lo. Dan lo malah bingung-bingung sendiri. Dan sialnya lo ngajakin gue masuk ke cerita ini dan gue sekarang jadi ikutan suka dan ikutan bingung juga. Lo kurang ajar Kun. Lo harus tanggung jawab sama perasaan gue."

Omongan Aksara semakin aneh, tak jauh berbeda dengan manusia yang sedang mabuk. Bedanya ini bukan mabuk karena minuman keras tapi dimabuk cintanya Renjana.

"Gue takut kalau statusnya lebih dari sekarang ini, apakah keadaannya masih tetap bisa sebaik dan sebahagia sekarang, atau justru malah berkebalikan. Keadaan sekarang buat gue udah sangat baik Sa. Tapi gue nggak bisa memungkiri kalau gue ingin memiliki Renjana seutuhnya, sepenuhnya," ucap Kuncara.

"Ya gimana mau tahu Kun, kalau lo nggak nyoba? Pembicaraan ini kalau diterusin bisa-bisa besok pagi baru kelar Kun. Udah deh lo kasih gue kepastian dulu. Yang harus mundur gue apa lo. Gue gapapa juga kalau lo mau maju. Tapi gue gak bisa kalau lo diem, terus gue juga diem. Gue bukan penganut sekte cinta diam-diam ataupun teman tapi mesra Kun. Gue kalau suka gak bisa terus-terusan diem, bisa-bisa gue meledak."

Aksara mulai frustasi menghadapi Kuncara.

"Ya udah lo boleh coba Sa. Gue masih belum bisa buat melangkah ke jenjang itu. Gue masih belum punya keberanian," balas Kuncara.

"Beneran nih? Setelah ini kita masih sohib kan? Lo nggak minggat dari desa ini kan?" tanya Aksara.

"Kenapa sih Sa, lo jadi sedeng gini. Mau tinggal dimana lagi gue kalau minggat dari sini. Sohiblah. Nggak ada lagi yang mau temenan sama gue. Walaupun lo agak-agak setengah sakit jiwa gini," jawab Kuncara sambil tertawa.

"Doain gue diterima Renjana ya Kun. Walaupun gue tahu dia sukanya sama lo. Tapi perihal cinta, pasti bakalan tumbuh kalau terbiasa ada. Gue bakal berusaha buat Renjana cinta sama gue," ucap Aksara penuh semangat.

Kuncara yang mendengarnya merasa sedikit sakit dalam hatinya. Andai saja dia bisa seberani itu. Andai saja dia bisa segigih Aksara. Sayangnya dia tidak seberani itu untuk mampu bersanding sepenuhnya dengan Renjana.

"Jangan buat Renjana luka. Jangan sampai Renjana kenapa-kenapa. Jagain dia. Buat dia ketawa. Renjana baik. Lebih dari baik. Dia pantes buat orang yang baik juga," ucap Kuncara serius pada Aksara.

TEMARAM (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang