"Lo mau nglanjutin kemana Jan habis ini?" tanya Kuncara yang duduk di bangku belakang Renjana.
Tidak terasa, kini mereka sudah jadi siswa kelas 12. Banyak sekali peristiwa menyenangkan maupun menyedihkan selama mereka duduk di kelas 11. Namun satu hal yang membuat Renjana bersyukur diantara seluruh yang terjadi padanya adalah disana dia menemukan manusia baik paling istimewa bernama Kuncara. Manusia baik yang mampu memberi warna baru di kanvas semestanya yang terlanjur kusam.
"Gue mau daftar psikologi UNS Kun", jawab Renjana memutar kursinya menghadap Kuncara.
"Lo sendiri mau lanjut kemana?" tanya Renjana.
"Gue mau ke UGM. Yah pisah dong ya berarti kita. Tapi gapapa, gue bisa nyusulin lo kok. Solo-jogja deket," ucap Kuncara santai sambil tertawa.
Mungkin menurut orang lain yang mendengar itu, akan merasa biasa saja. Hanya sekedar candaan pada umumnya. Tapi untuk Renjana tidak. Setiap kata yang Kuncara ucapkan benar-benar meninggalkan arti mendalam untuknya, seremeh apapun itu. Semua itu efek dari ketertarikan yang ia miliki.
"Lo gak mau ngelanjutin di Jogja aja Jan? Di Jogja banyak banget lo tempat wisatanya, jadi kita bisa jalan-jalan tiap hari," tawar Kuncara.
'Gue maunya ngelanjutin jadi pacar lo aja Kun. Mendem rasa sama orang yang santai banget buat bicara manis kaya lo, berat Kun. Bener-bener berat'
"Gue disana mau kuliah Kun, bukan mau piknik WKWKKW," balas Renjana.
.
"Jan ayo kantin yok, mumpung jamkos nih," ajak Miranda.
"Gue masih kenyang Mir. Gue di kelas aja deh yaa," jawab Renjana yang mager harus keman-mana karena apa yang dicari sudah ada di depan matanya.
"Lo sebenarnya kenapa sih Jan. Heran gue, akhir-akhir ini makin dekat sama Kuncara, makin mageran diajak kemana-mana," Miranda sedikit kesal dengan Renjana. Belakangan ini dia merasa diabaikan. Belakangan ini dia merasa Renjana lebih banyak bicara dengan laki-laki itu. Saat Miranda ingin ikut mengobrol, Kuncara langsung berganti topik. Ia tidak suka Renjana dekat dengan manusia toxic itu. Renjana tidak boleh dirusak oleh Kuncara.
"Miranda, gue beneran masih kenyang sekarang. Kenapa jadi bawa-bawa Kuncara?" tanya Renjana kaget melihat Miranda berkata seperti itu.
"Karena semakin kesini lo semakin aneh Jan. Lo jadi sering ngobrolnya sama Kuncara. Lo jadi mager diajak kemana-mana. Lo berubah Jan. Dan perubahan lo itu gara-gara laki-laki gak bener itu," Miranda semakin marah.
Laura hanya diam, tidak membela siapun. Dari lama ia sudah merasa bahwa ada sesuatu yang tidak wajar terjadi pada Renjana. Dari tatapan Renjana pada Kuncara, terlihat jelas bahwa ada rasa lebih dari teman yang disimpan Renjana.
"Lo salah paham Mir. Gue masih peduli sama lo. Gue peduli ke Kuncara sama pedulinya sama gue ke lo. Lo cuma salah paham aja. Dan satu hal Kuncara buka laki-laki nggak bener Mir. Lo nggak bisa menghakimi dia kaya gitu," Renjana berusaha menanggapinya dengan tenang. Ia sebenarnya tak terima dengan apa yang Miranda katakan. Jika memang ada kesalahan yang terjadi diantara mereka, Renjanalah terdakwa atas kesalahan itu, karena dia yang mencintai Kuncara terlebih dahulu, karena dia yang membuka pintu membiarkan Kuncara masuk dan dekat dengannya saat ini.
"Udah deh Mir, jangan drama, kalau laper mau makan soto, yuk cepetan gass kantin. Bukannya malah marah-marah sama orang gini," ajak Laura agar segera pergi ke kantin.
"Tapi Raaa...," Miranda terlihat masih ingin melanjutkan marah-marahnya.
"Udah-udah yukk. Duluan ya Jan, Kun," pamit Laura menggandeng Miranda pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
TEMARAM (COMPLETED)
Fiksi RemajaRenjana. Gadis cantik yang pernah bermimpi untuk menjadi seorang princess bersanding dengan seorang pangeran dan tinggal di sebuah istana sama seperti tayangan yang selalu ia tonton. Namun sayang ia sedang tidak hidup di negeri dongeng. Ia dilahirk...