Beberapa hari sebelumnya.
"Lo beneran suka Kun sama Renjana?"tanya Aksara.
Saat ini Aksara dan Kuncara sedang berada di salah satu pusat perbelanjaan yang ada di kota mereka. Setelah lama mereka hanya bertemu untuk berlatih atau bertanding futsal. Akhirnya Aksara dan Kuncara menyempatkan waktu untuk bermain. Kuncara mengajak Aksara untuk ngopi di salah satu mall besar itu. Katanya Kuncara sedang mendapat banyak uang, hasil dari menang pertandingan beberapa hari yang lalu ditambah upah kerjanya dari Pak Sholihin.
"Lo beneran udah move on nih?" Aksara masih menghujani Kuncara dengan beragam pertanyaan.
Aksara sudah menaruh banyak curiga dari awal ia melihat sahabatnya yang sudah lama menutup diri ini tiba-tiba berubah. Aksara tambah tidak percaya melihat Kuncara sering sekali terlihat dekat dengan Renjana. Apakah Renjanalah yang berhasil membuat Kuncara akhirnya berani kembali menjalani hidup dengan normal. Aksara yang sudah sangat lama bersahabat dengan Kuncara saja angkat tangan menghadapi Kuncara.
"Gue sebenernya agak kaget sih Kun. Lama banget nggak berbaur sama orang. Sekalinya mulai berani membuka diri, deketnya langsung sama primadona sekolah. Tapi kalau emang bener, gue bersyukur banget deh. Akhirnya lo bisa sedikit demi sedikit lepas dari segala kenangan buruk lo itu," ucap Aksara.
"Gue sama sekali nggak ada rasa Sa sama Renjana," balas Kuncara sambil meminum matchalatte yang ia pesan.
"Nggak ada rasa gimana Kun?" Aksara terkejut mendengar perkataan Kuncara.
Bagaimana dirinya berkata tidak ada rasa setelah semua yang Aksara lihat selama ini. Tak usah jauh-jauh melihat ke belakang. Sebelum mereka duduk di cafe ini. Kuncara terlebih dahulu mengajak Aksara ke salah satu Gramedia. Aksara sedikit bingung, ngapain Kuncara mengajaknya masuk kesana. Buku pelajaran saja tidak pernah mereka baca kenapa tiba-tiba Kuncara mengajaknya masuk di ruang penuh tulisan itu.
."Renjana udah punya belum ya novel yang ini? Apa gue beliin novel yang lain aja?" Kuncara langsung menuju tempat novel-novel tersusun rapi, melihat satu persatu judul dari novel tersebut, mengamatinya dengan sungguh-sungguh.
"Hah?" Aksara tak mengerti. Ia terkejut melihat sahabatnya yang dingin sedingin es kutub Utara, tiba-tiba datang ke gramedia hanya ingin membeli buku untuk seorang wanita.
"Gimana menurut lo Sa? Enaknya beli yang mana?" Kuncara kembali bertanya.
Aksara memutuskan untuk bertanya lebih lanjut setelah ini saja. Ia kelarkan dulu permasalahan buku ini, karena Aksara benar-benar ingin banyak sekali bertanya tentang yang sebenarnya terjadi pada Kuncara.
"Itu bagus Kun. Lagian itu kan baru terbit hari ini. Renjana nggak mungkin punya. Itu aja deh", saran Aksara.
Kuncara menurut, membawa novel dengan judul 11:11 itu ke kasir untuk membayarnya.
'ketemplokan apa nih bocah, kenapa jadi-jadi romantis gini, ngasih cewek novel cinta segala' batin Aksara dalam hati.
."Gue cuma pengen ngasih aja Sa," Kuncara berusaha menjelaskan.
"Hah? cuma pengen ngasih gimana sih Kun. Nggak ngerti gue," sahut Aksara heran dengan Kuncara.
Emang ada ya laki-laki yang segabut itu. Nggak ada angin, nggak ada hujan. Tiba-tiba punya keinginan beliin temannya novel sampai direla-relain jalan jauh sampai gramedia. Padahal rumah Kuncara dengan mall ini jaraknya sangat jauh. Aneh banget Kuncara ini.
"Renjana kan suka baca. Gue jadi pengen beliin dia novel," ucap Kuncara.
"Emang kalau temen lo yang lain suka baca juga, mau lo beliin novel semua gitu Kun? Alasan lo itu aneh banget," Aksara gemas sekali dengan Kuncara. Apa susahnya sih bilang kalau dia suka sama Renjana. Sok-sokan bilang cuma mau ngasih aja.
KAMU SEDANG MEMBACA
TEMARAM (COMPLETED)
Ficção AdolescenteRenjana. Gadis cantik yang pernah bermimpi untuk menjadi seorang princess bersanding dengan seorang pangeran dan tinggal di sebuah istana sama seperti tayangan yang selalu ia tonton. Namun sayang ia sedang tidak hidup di negeri dongeng. Ia dilahirk...