39. Fright

3.1K 352 23
                                    

•••

Membasuh wajahnya berulang kali sepertinya tidak bisa membuat Lisa terima terhadap kenyataan.

Memandang sendu ke arah pantulan cermin di hadapan nya yang menunjukkan wajah pucatnya seakan menjadi pemandangan yang paling Lisa benci.

Menggenggam erat westafel seakan menjadi sasaran kemarahan Lisa.

Tubuhnya ambruk.

Meringkuk ringkih di sudut toilet rumah sakit yang kini sudah ia kunci rapat.

Ia menangis.

Mengutuk takdir yang tak pernah adil kepadanya.

Kenapa ini semua harus dilimpahkan kepadanya?
Seolah olah Lisa tidak berhak untuk bahagia.

"Eomma ..."

"Appa ..."

" Nan musowo ... Lisa takut hiks hiks"

Lisa menangis memandang bekas luka kecil ditangannya yang mengeluarkan darah hampir 10 menit lamanya. Ia frustasi. Bahkan wajahnya kini sudah pucat pasi. Hanya sebuah goresan kecil ia bahkan sudah lemas tak berdaya. Dia tak bisa membayangkan jika akan terluka dan bisa saja dalam sekejap akan menghilang. Sanggupkah Lisa??

"Hiks apa yang harus Lisa lakukan eomma?? Lisa takut hiks"

Tak perduli adanya beberapa orang yang sudah menggedor pintu toilet berkali kali. Lisa ingin sendiri. Ia ingin mencoba menerima semua ini.

.

.

.
Mata yang terpejam lama itu kini membuka mata perlahan.

Disaksikan penuh kebahagiaan oleh orang orang disekitarnya.

Mereka bahagia.

Orang yang mereka tunggu akhirnya kembali sadar dari tidur panjangnya.

"Eonnie ..."

Jisoo mendengar.

Dia mendengar lirihan dari kedua adiknya yang sedari tadi berusaha membuat kesadaran jisoo kembali seutuhnya.

Perlahan namun pasti, ia sadar. Ia melihat semua dengan jelas. Mulai dari wajah kedua adiknya yang kini terlihat senang. Serta satu orang dokter dan suster yang kini tersenyum hangat ke arahnya. Sepertinya ia sudah lama tidak melihat mereka.

Namun, lagi lagi jisoo merasa aneh. Mencari seseorang yang tidak ada disampingnya saat ini.

Adik bungsunya, Lisa.

Kemana dia?

Apa dia juga terluka saat mereka terjatuh kemarin?

Apa dia terluka parah?

Jisoo resah.

"L-Li-lisa..." Lirih jisoo seperti berbisik.

Jennie memajukan telinganya. Berusaha mendengar kan perkataan sang kakak.

"Lisa? Dia ada di- loh? Lisa kemana?" Jennie terkejut. Sepertinya tadi adiknya itu mengikutinya di belakang. Tapi kemana lagi anak itu pergi?

"D-dia baik baik saja?" Masih lirih. Jisoo belum bisa banyak berbicara.

"Tenang saja. Dia sudah tak apa. Sekarang eonnie istirahat dahulu. Eonni harus sembuh." Jennie menyakinkan jisoo bahwa Lisa mereka baik baik saja. Benar bukan?

Jisoo memutuskan mempercayai ucapan Jennie. Dia mulai kembali menutup mata. Bukan, ia bukan pingsan maupun koma kembali. Ia hanya tidur setelah disuntik obat oleh dokter tadi. Ia mengantuk.

Don't Go My SisterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang