38. Aware

3K 330 28
                                    

•••

Sudah tepat 14 hari jisoo terlelap.

Masih enggan untuk membuka mata yang terpejam. Yang lain merasa khawatir dan berharap. Entah apa nanti yang akan terjadi, apakah jisoo bisa berjuang dan membuka mata? Atau malah dia akan menyerah dan menutup mata untuk selamanya.

Mereka cemas.

Setiap hari tak pernah sekalipun mereka beranjak ataupun meninggal kan jisoo sendirian. Mereka terlalu takut, jika sang sulung menyerah saat mereka tak ada disampingnya.

Seperti saat ini yang dilakukan oleh Lisa.

Masih di sekitar bangunan rumah sakit tempat jisoo berada. Ia sedang memandang kearah beberapa anak yang sedang bermain di hadapan nya. Di bawah pohon yang cukup besar, dan duduk menikmati angin sore yang cukup menenangkan.

Taman rumah sakit, itulah saat ini ia berada.

Setidaknya, tempat ini lebih baik daripada dia harus melihat ruangan penuh siksaan sang kakak yang sedang berjuang.

Pandangan Lisa kosong. Seolah olah tak ada jiwa dalam raga itu.

Dia masih mengingat kematian eunbi, juga keadaan jisoo yang sekarang. Selain itu ... Ada rahasia yang ia sembunyikan dari semua orang. Dimana hal mengejutkan baru saja ia ketahui belum lama ini.

Jujur saja ...ia takut.

Menghembuskan nafasnya kasar, Lisa memijat pelan kening nya. Satu masalah belum selesai, kini masalah baru datang. Sungguh, jika Lisa tak memiliki tuhan ...ia mungkin akan mempercepat kematian nya.

Ia lelah.





Cessss





Sontak saja Lisa mendongak, terlihat wajah sang eonnie yang kini sedang menatap ke arahnya.

Memegang sebuah susu kotak coklat ditangannya, Jennie pun meletakkan nya di tangan Lisa. Mulai beranjak untuk duduk disamping sang adik.

"Minumlah, Aku tau kau sedang banyak pikiran. Tentang jisoo eonnie, dan juga sahabatmu itu." Jennie tersenyum teduh. Berusaha menghibur sang adik yang ia yakini sekarang tidak baik baik saja.

"Gomawo ..." Lisa menatap susu coklat di tangannya.

"Kenapa tidak kau minum? Kau suka susu coklat bukan?" Jennie bingung kepada lisa yang hanya menatap susu coklat pemberian nya. Seingat Jennie, dulu saat kecil Lisa sangat suka sekali pada susu coklat itu. Bahkan setiap hari tak ada libur untuk susu coklat itu di menu makanan Lisa. Sampai sang eomma yang marah karena Lisa yang tak ingin makan apapun selain susu itu. Memang sefanatik itu Lisa terhadap susu coklat.

"Sejujurnya aku tak suka lagi dengan minuman ini. Aku lebih sering minum kopi daripada ini. Sudah cukup lama aku tak minum ini, mungkin sejak awal SMP??aku lupa." Lisa canggung.

"Ah ... Begitu rupanya." Jennie kikuk. Selama ini ia tak pernah memperhatikan Lisa. Bahkan minuman kesukaan sang adik saja ia tak tau. Eonnie macam apa dia?

"Tak apa ...ada banyak hal yang perlu diperhatikan. Bukan hanya ini saja kan? Tak perlu merasa bersalah."

Sadar akan sikap sang eonnie, Lisa berusaha membuat Jennie untuk tak  enak hati. Membuka kotak susu itu dan mulai meminum nya.

" ahhh ...Massita." dalam beberapa tegukan susu itu habis. Lisa tersenyum ke arah Jennie yang dibalas senyum juga oleh sang eonnie.

Masih saling melempar senyum, Lisa berkata.

"Eonnie, jika seandainya eomma dan appa disini apa mereka akan memarahiku?"

"Apa maksudmu Lisa ya?" Jennie tak mengerti

"Karna aku jisoo eonnie terluka. Aku bahkan sudah berjanji kepada eomma untuk selalu menjaga kalian. Tapi sekarang, jisoo eonnie bahkan masih menutup mata. Apa mereka akan marah eonnie?" Lirih Lisa sendu ke arah Jennie.

Jennie menggeleng, mendekat ke arah Lisa dan memeluk erat tubuh rapuh itu. Ia tak menyangka, jika serapuh itu gadis yang selalu kuat dihadapan nya ini. Ia merasa seolah gagal menjadi eonnie. Ia merasa bersalah ...

"Anniya ... Kau tidak salah. Semua memang takdir Lisa ya. Eomma dan appa pun tak akan marah padamu. Mereka justru bangga karna mempunyai anak sepertimu. Kamu anugrah untuk kita. Jangan pernah bicara apapun yang menyakitkan seperti itu eoh?" Jennie menahan tangisnya. Hatinya seolah teriris melihat lirihan sang adik.

"Aku rindu ... Aku rindu mereka eonnie. Aku ingin bertemu ..." Lirih Lisa di ceruk leher sang eonnie.

"Aniya...Lisa nggak boleh ngomong kayak gitu. Nggak, nggak boleh. Hiks hiks "tangis Jennie pecah sudah

Mereka menangis. Menangis menyesali keadaan. Keadaan yang memaksa mereka untuk merenggang.

.

.

.

Kebersamaan mereka harus diakhiri oleh salah satu perawat yang memberitahukan bahwa jisoo telah sadar. Eonnie yang mereka nantikan sudah kembali membuka mata.

Mereka berlari sekuat tenaga mendengar kabar gembira itu.

Jennie yang senang tak terasa meninggalkan sang adik di belakang yang juga sama sama sedang berlari.

Mereka senang.


Brukkkk

"Akhhhttt"



Lisa terjatuh.

Setelah menabrak salah satu suster yang membawa peralatan bekas operasi yang kini sudah berceceran di lantai.

Lisapun segera meminta maaf dan membantu sang suster yang kini sedang merapikan kembali peralatan itu.

Setelah selesai, ia tak segera berlari kembali. Ia masih memandangi lengan kirinya yang saat ini mengeluarkan darah. Tergores oleh salah satu pisau bedah tadi. Sedikit memang, bahkan sangat sedikit.

Namun, kenapa darah nya seakan mengalir terus menerus dan tak berhenti?

Tangan Lisa gemetar.

Ia tau apa yang terjadi saat ini, meski mengelak ...ia tak bisa menyembunyikan fakta ini.




"Eotokhe ..." Lirih Lisa memandang tetesan darah yang masih mengalir.

Don't Go My SisterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang