Tujuh

3.9K 560 27
                                    

Aku melangkah cepat di selasar rumah sakit tempat Jayadi di rawat. Tadi setelah kembali cekcok dengan Tante Mel yang lagi-lagi menyindir ketidakhadiran Harsa di acara arisan keluarga, aku buru-buru pamit pada Bunda dan yang lainnya, beralasan harus segera pergi ke rumah sakit menjenguk rekan yang dirawat.

Aku lelah menjadi sasaran sindiran Tante Mel terus menerus di setiap pertemuan keluarga. Ayah bilang Tante Mel bermaksud baik, dia sayang padaku dan terlalu mengkhawatirkan hubunganku dan Harsa. Tapi tetap saja, setiap omelan dan sindirannya mengenai betapa bodohnya aku dulu melepas Mas Gallen hanya untuk berakhir bersama Harsa yang tidak pernah menunjukkan keseriusan dalam hubungan kami, membuatku benar-benar muak.

Tanpa sadar aku tadi lepas kendali, membentak Tante Mel dengan suara tinggi sampai ruangan yang tadinya ramai oleh senda gurau mendadak hening. Aku sempat merasa bersalah dan ingin meminta maaf karena sudah bersikap kurang ajar. Namun jika mengingat kembali kelakuan Tante Mel selama ini, kata maaf itu kembali kutelan bulat-bulat.

Setelah sampai di kamar inap Jayadi, aku yang ingin melangkah masuk urung menarik hendel pintu karena ternyata sudah ada yang lebih dulu menarik dan membukanya lebar. Di hadapanku berdiri Mas Gallen dan Pak Haris yang sepertinya baru saja selesai membesuk.

"Nah, ini dia orangnya, Pak. Bu Nirmala ini yang seharusnya bertanggung jawab untuk kasus supervisor saya. Yang ceroboh siapa, yang kena getahnya siapa," sungutnya.

Suara Pak Haris yang menggelegar dan nyaris sama seperti teriakan berhasil menarik atensi beberapa perawat dan pengunjung lain yang berada di selasar, membuatku mendadak menjadi tontonan. Aku terpaku di tempat sambil menarik napas dalam mencoba sabar. Ini tempat umum. Aku masih punya cukup kesadaran untuk tidak membuat ulah dengan meladeni Pak Haris.

"Saya udah lama tahu kalo Bu Nirmala ini emang orang yang nggak kompeten. Cuma modal cantik aja buat dapet jabatan. Entah gimana caranya dia bisa masuk kerja di Daymart dulu. Nyogok mungkin," cibir Pak Haris lagi.

Aku menunduk dengan mata berkaca-kaca. Tanganku terkepal erat di sisi tubuh. Tuduhan tak berdasar itu benar-benar menyakitiku. Tanpa berkata apa-apa aku berbalik dan melangkah cepat meninggalkan mereka. Masih kudengar suara Pak Haris yang terus menjelek-jelekkan kinerjaku di hadapan Mas Gallen, membuat air mataku tanpa sadar sudah membasahi pipi.

Aku berhenti melangkah begitu sampai di tempat parkir kendaraan yang sepi. Berjongkok di balik sebuah SUV hitam yang terparkir sambil merogoh sling bag-ku mencari ponsel. Aku ingin menelepon Harsa, mendengar suaranya dan berbagi semua hal yang membuatku resah.

Sambil mengusap pipi yang terasa lembap, aku segera menekan kontak Harsa dan menunggu beberapa saat. Tapi sayangnya panggilanku berakhir tak dijawab. Dengan tangan bergetar aku kembali mengulanginya beberapa kali dan tetap tidak mendapatkan jawaban.

Mengempaskan ponsel kembali ke dalam tas dengan gusar, aku menyugar rambut yang sedikit berantakan sambil menarik napas panjang. Kenapa akhir pekanku berakhir menyedihkan seperti ini? Tidak cukup di rumah Tante Mel saja aku harus mendapatkan cercaan dan sindiran, bahkan di rumah sakit ini pun aku juga mendapatkannya. Dan lagi kenapa di saat aku membutuhkan kehadirannya Harsa malah sulit sekali dihubungi?

Duduk bersandar pada dinding di sebelah kiri pintu masuk basement aku mencoba menenangkan diri dengan menarik dan mengembuskan napas berulang kali. Mungkin lebih baik aku pergi dari sini dan datang lagi jika kondisi hatiku terasa lebih baik.

Perlahan aku melangkah menuju ke tempat dimana mobilku terparkir sambil terus memutar kejadian yang aku alami seharian ini. Setetes air mata kembali mengalir. Kenapa semua orang selalu menganggapku tidak becus? Di kantor aku selalu dipandang remeh, dan di keluarga pun aku juga dianggap tidak pandai memilih kekasih, tidak seperti para sepupuku yang lain. Kenapa semua orang begitu kejam berkomentar padahal mereka semua tidak pernah tahu apa yang aku lakukan, apa yang aku rasakan selama ini?

Wedding ProposalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang