Dua Puluh Tiga

3.8K 572 26
                                    

Setelah seharian kemarin disibukkan dengan agenda meeting yang berhenti hanya untuk isoma, agenda hari kedua ini sedikit lebih longgar. Selesai dengan pembahasan agenda kerja untuk semester depan, pukul dua belas tepat kami dibiarkan beristirahat dan menikmati makan siang yang sudah di sediakan.

"La, ada yang nyariin tuh," panggil Andi saat aku baru saja menyelesaikan makan. Menoleh ke arah yang ditunjuknya, aku mendapati sosok mantan kekasihku enam bulan lalu berdiri di dekat pintu sambil melambaikan tangan.

"Hai, Sa ..." Aku berjalan mendekati Harsa yang tersenyum lebar di hadapanku. Kemarin aku memang sempat menanyakan keberadaannya pada Andi, namun Andi bilang jika Harsa sedang ke toko di daerah Ciamis dan menginap sehari di sana. Mungkin pria itu menyampaikan pesanku pada Harsa sehingga akhirnya si mantan menemuiku di sini.

"Udah selesai makan?" tanya Harsa. Aku mengangguk. "Temenin aku makan, yuk, kalau gitu."

Setelah masuk kembali ke dalam ruangan untuk mengambil ponsel dan dompet, aku mengikuti Harsa menuju luar gedung. Dia mengajakku makan di depan gedung kantor yang juga terdapat toko Daymart dengan halaman depan dibuat seperti pujasera. Aku menatap berbagai tenant yang ada di sana dengan takjub karena banyaknya pilihan menu yang tersedia.

"Nih, La." Harsa menyerahkan segelas jus mangga ke hadapanku sementara dia sendiri sudah memesan ayam bakar sebagai menu makan siangnya. "Aku sambil makan, ya," pintanya sementara aku hanya mengangguk.

"Nomor HP-ku masih di blokir nih?" tanyaku kemudian. Harsa terkekeh pelan.

"Masih. Tapi nanti aku buka deh blokirannya."

"Udah bisa move on dari aku?"

Harsa kembali tertawa. Melihat keadaannya saat ini membuat hatiku sedikit lega. Harsa terlihat baik-baik saja. Jauh lebih baik daripada saat terakhir kali aku bertemu dengannya.

"Aku udah bisa menerima," sahutnya diplomatis. "Lagian di sini aku sibuk banget, La. Lumayan bantu buat nggak terlalu sering inget kamu."

Aku mengangguk-angguk. "Baguslah." Dia tersenyum menatapku sambil meneruskan makan. "Terus Mama sama adik kamu gimana? Mereka sehat?" tanyaku penasaran.

"Mereka baik. Jauh lebih baik dari saat kejadian Lila mergokin papa."

Aku menatap Harsa sambil tersenyum. Syukurlah jika memang begitu. Kehadiran Harsa pastinya menjadi salah satu yang menguatkan dua perempuan itu untuk bisa kembali menjalani hidup setelah sempat terpuruk. Ah, Harsa, semoga kamu bisa tetap kuat.

Selesai makan kami kembali ke kantor. Aku kembali ke ruang meeting dan Harsa menuju meja kerjanya. Reuni mantan kali ini sepertinya cukup berhasil. Awalnya aku berpikir kami akan menjadi sangat canggung saat pertama kali bertemu setelah berpisah enam bulan lalu. Namun nyatanya tidak begitu. Harsa menjadi dirinya yang biasa dan itu membuatku merasa sangat lega.

Pukul empat sore meeting selesai. Setelah berfoto bersama dengan pemateri dan pimpinan yang hadir, para peserta memiliki waktu bebas untuk sekadar berjalan-jalan menikmati kota Bandung sebelum kembali ke daerah masing-masing keesokan harinya. Tentu saja hal ini disambut gembira oleh semua peserta.

Aku dan Mbak Nova segera menodong Andi untuk mengajak kami berkeliling menikmati sisa hari ini dengan wisata kuliner. Sambil menunggu Andi yang sedang bertemu dengan kepala cabang, aku, Mbak Nova dan dua orang teman lain memilih menunggu sambil duduk santai di anak tangga lobi depan. Aku sedang asyik scrolling instagram setelah memposting beberapa foto selama mengikuti rakornas dua hari ini saat mendengar suara seseorang menyapaku dari arah kiri.

Wedding ProposalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang