39. Dirty

1.9K 456 119
                                    

Markas besar ADS

Mereka duduk di ruang meeting besar. Si empat saudara, Niko, dan Faya, setelah tiba di markas besar.

"Herman punya dua orang kepercayaan. Wibowo dan Aryo Kusuma. Wibowo itu mantan sekertaris Bayu Tielman yang berkhianat. Orang-orang tadi yang serang Aryo, itu orang-orang Wibowo," ujar Faya memaparkan yang dia tahu.

"Kenapa?" tanya Arsyad.

"Aryo bilang, Herman tahu soal saya dan Aryo. Karena itu mereka ingin singkirkan saya karena dianggap pengganggu untuk Aryo," jawab Faya.

"Kamu dan Aryo. Ada apa dengan kamu dan Aryo?" nada Hanif benar-benar tidak suka.

Mata Faya menatap Hanif kesal.

"Jangan kehilangan konteksnya. Seberapa jauh Herman tahu soal kamu?" tanya Arsyad lagi.

Faya menggeleng. "Saya nggak paham. Tapi anak-anak buahnya tidak mengira kalau Nafa yang mereka cari adalah saya. Dan melaporkan ke Herman kalau Nafa sudah tidak ada. Harusnya itu berarti Herman masih tidak tahu."

Arsyad mengangguk setuju. "Bisa jadi begitu. Herman sedang sibuk membangun pencitraan dirinya. Sudah hampir pasti dia akan menjabat dalam waktu dekat ini."

"Sebagai menteri dalam negeri," Mareno melanjutkan. "Saat ini posisi itu kosong."

"Jadi Herman dapat apa yang dia mau." Hanif menyenderkan tubuh ke kursi sambil mengernyitkan dahi.

"Kita, juga dapatkan buku merah itu," ujar Arsyad menimpali. "Mahendra sudah salin semua dan saat ini, hanya saya dan Mahendra yang tahu."

"Kapan master plan untuk jatuhkan Herman bisa kita bahas?" tanya Niko tidak sabar.

"Informasi terpecah-pecah dengan teka-teki. Saya dan Mahen masih harus susun dan hubungkan dengan kasus-kasus lama yang kami curigai. Setelah semua terbaca jelas dan saya periksa, baru saya akan jatuhkan bomnya."

"Apa Herman tidak tahu kalau rahasianya sudah kita miliki?" tanya Niko lagi.

"Belum, sepertinya belum. Karena harusnya reaksi Herman akan lebih hebat jika dia sudah tahu. Herman juga sedang bepergian saat buku merah itu jatuh. Aryo tidak bicara, karena merasa bisa membereskan masalah itu." Arsyad kali ini.

"Juga karena ingin menutupi kesalahannya dari Herman. Tapi sepertinya Wibowo tahu, dan akan menggunakan kesempatan itu nanti. Saat dia benar-benar ingin jatuhkan Aryo. Sekarang, dia hanya menyerang sisi personal Aryo dengan menjadi pengadu soal Nafa," tutup Hanif.

Arsyad tersenyum lebar pada Hanif. "Glad to have you back." Kemudian kepalanya menoleh pada Mareno. "Gimana soal persidangan Michelle?"

Mahendra yang tertawa kali ini. "Wanita gila itu bersembunyi karena bom dari Mareno. Gue antara kasihan, sama puas soal itu. Salah satu pemerkosanya juga adalah manusia paling bejat yang pernah gue tahu. Sebelum menyerahkan diri ke penjara, dia ngerjain bos nya dulu. Manusia gila."

"Persidangan dua hari lagi. Semua bukti kuat sudah siap. Si pelaku pertama juga sudah mengaku dan menyerahkan diri. Karena setelah main-main dengan Michelle, dia lebih aman di penjara daripada di luar sana. Tenang aja, setelah Michelle di penjara, laki-laki laknat itu urusan gue." Mareno melanjutkan.

"Yang satunya?" Niko bertanya. "Harusnya ada dua, kan?"

"Menghilang. Gue dan Mahendra kehilangan jejaknya. Jadi memang si pemerkosa bajingan ini adalah saksi kunci," jawab Mareno.

"Nggak sebaiknya dia kita kasih perlindungan?"

"Sudah, Bapak Besar sudah turunkan orang untuk melindungi si bejat itu di penjara sampai persidangan selesai." Mareno berujar lagi.

Only if You DareTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang