31. Only if You Dare

1.6K 392 111
                                    

Tarik nafas lagi. Enjoy the tense.

***

Hari sudah menjelang sore ketika dia tiba di warung ibu Yanti. Pakaiannya sudah dia ganti dan senyum lelah sudah mengembang di wajah ketika dia masuk ke warung.

"Assalamualaikum, Bude." Volume suara dia kendalikan karena melihat banyaknya anak buah Herman di sana termasuk Aryo yang sedang duduk di meja pojok dan mengobrol dengan salah satu laki-laki.

Setelah mencium tangan ibu Yanti dia naik ke atas untuk meletakkan ransel dan langsung tahu Aryo mengikutinya dari belakang. Tubuhnya membalik ketika mereka sudah sampai di lantai atas.

"Mau ngapain?" tanyanya.

"Lo nggak apa-apa kan?" tanya Aryo memindai tubuhnya.

Kepalanya menggeleng. "Bapak saya yang sakit, bukan saya."

"Kenapa nggak telpon gue?" tanya Aryo kesal.

"Bajunya kecuci, jadi nomernya hilang. Saya nggak hafal karena angkanya banyak banget."

Aryo bersumpah serapah kesal. "Gue hampir susulin lo ke sana. Lo nggak bisa hilang begitu, paham?"

"Saya nggak hilang, saya pulang kampung. Kan wajar."

"Ya wajar, tapi lo nggak telpon gue saat gue minta. Lo nggak bisa..."

"Saya capek, mau mandi dan bantuin Bude. Besok saya harus kuliah dan ada ujian, tapi buku Manajemen saya nggak ketemu terakhir itu."

"Hilang." Dengkus Aryo kesal. "Gue tunggu di bawah. Cepetan turun, atau gue susulin ke kamar dan gue macem-macem, paham?" Aryo sudah berlalu ke bawah.

Kemudian dia meletakkan ransel dan bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Di dalam kamar mandi, dia menatap dirinya sendiri saat menghadap cermin.

Fayadisa Sidharta, personal code 65476. Undercover mission, level 5. Masuk ke dalam, cari buku merah, keluar dan serahkan buku merah ke Niko atau Arsyad. Lakukan dengan baik dan selamat, Fa. Ini berlaku untuk Faya dan Nafa. Kalian harus bekerja sama.

Kata-kata itu dia ulang berkali-kali saat dia menatap wajahnya sendiri di cermin. Paham benar dia harus mengembalikan fokusnya yang hilang tiga hari kemarin. Kemudian dia menghirup nafas dalam, sambil meyakinkan dirinya sendiri bahwa semua akan berjalan baik.

Setelah itu dia pergi ke kamar, mulai mengenakan pakaian khusus di balik kaus hitam dengan gambar kelinci di depannya. Juga memasang micro earphone dan memastikan benda itu tidak terlihat. Mengantungi beberapa alat Mahendra yang berukuran kecil hanya untuk berjaga-jaga, juga mengenakan jam digital usang yang biasa dia kenakan dan juga berfungsi sebagai tracker device. Dia sudah siap, untuk apapun yang terjadi malam ini.

"Halo, Biru," bisiknya.

"Hai, kelinci kecil." Suara Mahendra di sana.

"Saya akan masuk malam ini." Saat diperjalanan kembali tadi, dia sudah menghubungi Niko dan Arsyad. Jadi mereka di markas besar sudah siap.

"Paham, kami memantau di sini. Ingat titik penjemputannya. Hitam dan tim Black Command akan ada di sana menjemputmu." Hitam adalah kode Arsyad dan Black Command adalah tim khusus yang dipimpin Niko. "Pastikan kamu keluar dengan selamat, dengan atau tanpa paket."

"Baik."

"Apa kakak saya tahu?" tanya Mahendra lagi. Faya tahu maksudnya adalah Hanif.

"Itu tidak relevan. I'm out." Dia menyudahi pembicaraan dan tidak mau membuang waktu.

Warung sudah sepi dan hanya ada Aryo saja yang duduk menunggunya di bawah.

"Loh, Bude. Pelanggan yang lain kemana?"

Only if You DareTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang