"Masih atau tidaknya pasti kau tidak akan peduli dan tidak akan bisa membuatmu menyukaiku kembali, bukan," jawab Saena sambil menahan air matanya.
Jimin terus menatap Saena.
"Kau bisa menungguku?" tanya Jimin.
"Menunggu untuk apa?"
"Menungguku putus dari Haerin," balas Jimin. Saena terkejut dan segera menggelengkan kepalanya.
"Kenapa?" tanya Jimin yang penasaran.
"Aku tidak mau. Aku ini penggemar mu, tidak mungkin aku akan menunggumu putus dengan Haerin eonni," jawab Saena.
Jimin masih terus menatap Saena. Dia tau bahwa Saena sedang menahan air matanya. Tapi, kalau boleh jujur, Jimin memang sedikit menaruh rasa pada Saena. Jimin benar-benar menarik ulur perasaan Saena saat ini.
"Jangan pernah berkata seperti itu lagi. Tidak perlu memikirkan bahwa aku pernah menyukaimu. Ah bukan pernah tapi masih," jelas Saena.
"Alasanmu menyukaiku?" tanya Jimin.
"Aku menyukaimu tanpa ada alasan apapun. Aku mencintaimu bukan 'karena' tapi memang murni aku menaruh perasaan padamu." Jimin kembali terpaku dengan setiap kalimat yang dikeluarkan Saena.
"Mencintai seseorang itu tidak perlu ada kata 'karena' dan pertanyaan 'alasannya?' karena memang perasaan tumbuh secara tiba-tiba. Kita tidak akan tahu dimana dan dengan siapa perasaan itu akan jatuh. Entah jatuh pada saat yang tepat atau tidak. Entah jatuh pada seseorang yang juga sama memiliki perasaan pada kita. Itu sudah hukum alam, bukan," lanjut Saena. Dia tersenyum pada Jimin yang entah sejak kapan terus menatap Saena.
"Ya, sudah, aku pulang, ya. Jaga dirimu baik-baik. Mungkin setelah ini kita akan jarang untuk bertemu lagi atau mungkin tidak akan pernah? Haha, aku juga tidak tahu."
"Kenapa ada kata tidak pernah?" tanya Jimin.
"Kita sibuk dengan kehidupan masing-masing 'kan. Kau pasti sibuk dengan kegiatanmu dan aku sibuk dengan kegiatanku juga," jawab Saena.
Satu mobil berhenti tepat di belakang Saena dan Jimin memberitahu bahwa asistennya akan mengantar Saena sampai tujuan dengan selamat.
"Terima kasih banyak atas semuanya. Makan malam dan tumpangannya. Ah, iya, satu lagi," ucapan Saena sengaja dipotong. Saena berjalan mendekat pada Jimin dan berbisik,
"I Loved You," Saena menjauhkan badannya lalu tersenyum. Dia berjalan menuju mobil dan masuk ke dalam mobil. Sebelum mobil berjalan ia menyempatkan melambaikan tangan pada Jimin.
Jimin masih tetap berdiri di tempatnya dan memandangi mobil yang ditumpangi Saena hingga menghilang dari pandangannya. Ia memegang dadanya. Jantungnya berdetak begitu cepat dari biasanya.
Dia pun masuk ke dalam dan bertemu dengan member yang lain. Duduk di samping Taehyung dan mulai menanyakan sesuatu.
"Jantungmu pernah berdetak cepat dari biasanya tidak?" tanya Jimin.
"Pernah," jawab Taehyung santai.
"Ketika kau melakukan apa?"
"Olahraga tentu saja." Jimin berdecak kesal.
"Bukan. Sepertinya bukan karena itu kali ini. Jantungku berdetak cepat dan aku tidak sedang olahraga," ucap Jimin.
"Kau... Jatuh cinta?" tanya Taehyung sambil menatap Jimin.
"Pada siapa?"
"Saena?" Jimin langsung memukul lengan Taehyung.
"Sembarangan. Tidak mungkin," jawab Jimin.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Truth Untold ; PJM
Acak"Oh, astaga, kukira bertemu dengannya secara langsung akan begitu menyenangkan."-Shin Saena "Berhenti mengeluh, gadis kecil." -Park Jimin ♠전하지 못한 진심 - 박 지민 Since: March, 2020 #17 wttys2020 (06 March 2020)