Matahari telah terbenam. Kini adalah saat yang tepat untuk mereka mencoba wahana terkahir yaitu Rumah hantu. Orang lain berkata, banyak pengunjung yang pingsan ketika memasuki rumah hantu tersebut. Walaupun itu hanyalah tempat hiburan, tapi hantunya seperti nyata.
Tetapi sebelum itu, Granger mengajak Guinevere, Harith dan Nana pergi ke restoran cepat saji terdekat untuk menyantap hidangan makan malam. Tempat sempurna untuk pengunjung yang lapar. Restoran itu sangat mewah, terdapat dua kursi di masing-masing bangku yang tampak cocok bagi sepasang kekasih yang romantis. Sepertinya Granger sengaja mengajak mereka ke tempat seperti ini.
Granger pun segera memesan dua bangku untuk empat orang, diantaranya adalah ; dia, Guinevere, Nana dan Harith. Pekerja restoran itu mengangguk dan segera mempersilahkan keempatnya untuk duduk ke tempat yang telah disediakan.
Ketika Granger dan Guinevere duduk, kecanggungan mulai menyelimuti mereka. Ternyata, Granger memang sengaja mengajaknya ke restoran seperti ini. Sedangkan Nana dan Harith duduk di bangku yang berada di belakang mereka.
"A-Ahmm, apakah setelah ini kita akan pulang?" Guinevere memulai, meskipun dia harus berusaha keras untuk melawan kegugupannya. Sebelumnya, dia belum pernah sekalipun duduk berhadapan dengan seorang Pria.
"Masih ada satu wahana yang harus kita kunjungi. Jadi, kita makan terlebih dahulu." jawabnya.
"Oo. T-Tapi Granger, apa ada yang slaah denganku? Kenapa dia memperhatikanku?" Guinevere khawatir karena terdapat salah satu Pria asing lainya yang sedang memperhatikannya.
"Jangan khawatir, Gwen. Lebih baik kau hiraukan saja orang seperti itu." Granger mencoba menenangkannya sambil meletakan salah satu tangannya diatas tangan Guinevere tanpa sepengetahuan Gadis itu.
Tidak berselang lama moment tersebut, kemudian pekerja restoran yang mendorong troli makanan telah sampai. Mereka pun segera menyantap hidangan makan malamnya.
•••
Setelah semuanya selesai, mereka berempat kembali masuk kedalam taman hiburan itu bernama Moniyan park. Mereka tidak ingin lewatkan sebuah wahana yang sangat menyenangkan.
"Granger, kita ingin pergi kemana?" tanya Guinevere khawatir akibat lengan tangan kanannya yang kini sedang ditarik Granger.
"Ini dia!" seru Granger. Dia pun segera kembali membeli tiket untuk memasuki rumah hantu.
Setelah membeli tiket, pekerja rumah hantu itupun segera mempersilahkan mereka untuk masuk dan bersenang-senang disana. Namun sayangnya, saat ini para pengunjungnya sudah mulai sepi karena taman hiburan ini akan tutup tidak lama lagi.
"Tuan cringer! Apa yang kau lakukan kepada kami?! Kami takut! Hiks!" rengek Nana dan Harith secara bersamaan yang membuat Granger menjadi risi.
Salah satu lengan Granger tiba-tiba dipeluk oleh Guinevere yang juga tampak sangat ketakutan."G-Granger, kenapa kau mengajakku tempat seperti ini? Aku ingin pulang! Hiks!" rengeknya.
"Gwen?" Granger mulai menatap serta mengamati setiap sisi wajah Guinevere dengan ekspresi yang ketakutan. Dia tampak lebih mirip seperti anak kecil yang cengeng."Manis sekali," batinnya.
"Jangan macam-macam, apa yang kau lihat?! Aku ini bertanya kepadamu!" Guinevere mencemooh, pandangannya menghadap kedepan, namun dia masih bisa mengetahui gerak-gerik Granger.
"Lebih baik aku pulang saj---AAAAAAAHH!!" Tiba-tiba Guinevere menjerit ketakutan ketika melihat sesosok hantu pertama yang muncul dihadapan mereka.
Seluruh tubuh Hantu itu dilumuri darah, wajahnya seram ditambah lagi dia berjalan semakin dekat kearah mereka. Tapi itu semua tidaklah nyata dan hanyalah seseorang yang memakai kostum hantu dengan sedikit make up seram.
KAMU SEDANG MEMBACA
Violin & Violet: The Beginning of Love [END]
FantasyGuinevere Baroque, seorang Gadis aristokrat dari keluarga bangsawan baroque, menolak untuk dijadikan alat pernikahan politik oleh kedua orang tuanya. Paxley, yang juga keluarga bangsawan di daerah moniyan empire, telah mengusulkan pengajuan pernikah...