XI. Petanda?

534 37 32
                                    

"Para hadirin tamu yang terhormat, selamat datang di acara pernikahan yang istimewa di hari yang membahagiakan ini untuk pasangan yang akan mengikat janji suci atas kesetiaan dan cinta mereka dihadapan hadirin sekalian," himbau seorang wali penuh wibawa kepada seluruh pengunjung yang ada di acara tersebut.

Hiruk pikuk terdengar di seluruh sisi ruangan. Semua orang sudah tidak sabar ingin melihat keduanya saling mempikat dan bertukar cincin. Itu adalah moment yang sangat dinanti bagi pasangan mempelai, maupun para tamu.

Tak lama kemudian, sepasang kekasih yang hendak melangsungkan pernikahannya itu mulai berjalan menaiki atas panggung seraya saling merangkul lengan keduannya.

Namun suasana diantaranya terasa canggung, Pengantin wanita mencoba menolehkan kepalanya kearah Pria yang diduga sebagai calon suaminya tersebut. Dan mendadak ia terkejut bercampur perasaan bahagia hingga seluruh wajahnya tersipu.

"T-Tampan..." Pengantin wanita yang terpikat itu sudah tidak bisa lagi menyingkirkan pandangannya dari Pengantin pria yang diduga sebagai calon suaminya tersebut.

"Woah! Tuan Pemburu iblis dan Putri Gorge benar-benar serasi!" sorak para tamu."Setuju!" tambah lainnya.

Pengantin wanita itu mendadak terdiam, menyadari bahwa adanya kejanggalan."A-Apa yang?!" Sudah dipastikan jika Putri Gorge adalah Guinevere, didampingi dengan Pria Pemburu iblis disampingnya yang diduga sebagai calon suaminya, Granger.

Belum sempat mencemooh bagi Guinevere, tiba-tiba acara dimulai.

"Tuan, apakah anda bersedia untuk menikahi wanita ini? Mencintainya & setia kepadanya? Baik dalam keadaan kaya maupun miskin, sehat maupun sakit, hingga maut memisahkan?" tanya Wali tersebut yang memberlangsungkan acara ini.

"Aku bersedia!" jawab Granger sedikit meningkatkan nada suaranya, menggambarkan karakteristik kejantanannya yang kuat dan pemberani.

"Baiklah selanjutnya, Nona, apakah anda bersedia menikahi Pria ini? Mencintainya & setia kepadanya? Baik dalam keadaan kaya maupun miskin, sehat maupun sakit, hingga maut memisahkan?" tanyanya kembali.

"...." Guinevere terdiam cemas."Aagh! Ya! Ini adalah kesempatan emas ku untuk memilikinya! Jelas-jelas dia sudah merampas... Merampas seluruh waktu berharga ku yg hanya terjadi satu kali dalam hidupku! T-Tapi kenapa sulit sekali bagiku untuk mengucapkan dua kata itu?!" gerutunya tidak karuan sampai-sampai seluruh wajahnya dibanjiri keringat.

"Gwen, apa yang kau pikirkan?" tanya Granger lembut dengan sedikit senyuman tipis di wajah tampannya, yang kini dia sedang berlutut dihadapan Guinevere seraya memakaikan cincin di jari manisnya, tak lupa juga dengan tambahan kecupan, sebagai bukti kecintaan & kasih sayang terhadapnya.

Guinevere terdiam bahagia setelah lamanya menunggu moment yang sangat dinanti dalam hidupnya tersebut, sampai pada akhirnya, ia terbangun dari tidurnya. Wajahnya memerah, keringat membasahi seluruh tubuhnya serta detak jantungnya yang berdegup dengan cepat. Ya, itu semua ternyata hanyalah mimpi semata.

"AAAHH!! Tadi... B-Barusan itu... Apa?" Guinevere langsung bangkit dari ranjangnya lalu bertanya kepada dirinya sendiri dengan penuh perasaan kebingungan sembari menolehkan kepalanya, melihat jam yang telah menunjukkan pukul 12 malam."K-Kenapa dia... Maksudku si brengsek itu berada di dalam mimpiku..?"

•••

"SKAKMAT! Hahaha! Kau kalah Granger!" ucap Alucard antusias atas kemenangannya dalam permainan catur bersama rekan dekatnya, Granger.

"Chh! Kalau begitu aku mau pulang saja!" pungkas Granger ketus yang mendadak dingin, seperti orang yang sedang membenam amarah.

Violin & Violet: The Beginning of Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang