"Konyol! Apa yang akan dia lakukan dengan test pack ini?" pikir Granger dalam hati disela kikiknya. Lalu tanpa alasan yang jelas, dia langsung menginjak benda itu hingga hancur.
"Chh! Kurang ajar si brengsek itu!" Guinevere yang merasa kesal itu langsung berpaling dari Granger dan pergi meninggalkannya.
Namun Granger segera menahannya.
Guinevere menghela nafas kesal tanpa menoleh kebelakang."Apa lagi? Aku ingin pulang sekarang. Jangan temui aku mulai saat ini--"
Ketika Guinevere sibuk mencemooh, Granger langsung menarik lengannya hingga ia berbalik arah kehadapannya.
"Gwen, apa kau sakit?" tanya Granger sedikit khawatir.
"Chh bodoh! Aku tidak akan terpengaruh olehnya lagi!" decak Guinevere kesal.
"Oh iya! Aww! Lengan ku sakit sekali akibat ulahmu tadi. Sekarang lepaskan aku. Aku ingin pulang lalu mengobatinya," tambahnya yang berpura-pura sakit.
Sebenarnya Guinevere hanya ingin kabur dari Granger yang selalu merayunya selama ini. Hal itu membuatnya merasa resah dan tidak nyaman, terlebih lagi Granger selalu mengikutinya kemanapun ia pergi.
"Hmmm, padahal aku tidak menggunakan sedikitpun tenagaku ketika menahan lenganmu tadi. Kau saja yang saat kupegang langsung berhenti." Granger menyipitkan matanya, curiga dengan alasan tersebut.
"Sial, dia mengetahuinya! Moonton *(tuhan), berikan aku petunjuk... Hiks!" gerutu Guinevere panik sembari terus mencari alasan klasik lainnya.
Guinevere memalingkan bola matanya."I-Iya, maksudku... Aww, kepalaku sakit sekali. Sepertinya a-aku harus pulang!" Dia segera memegangi kepalanya sambil menampilkan ekspresi kesakitan, berharap triknya kali ini dapat membuat Granger mempercayainya sehingga dirinya bisa pulang.
"Benarkah?" Granger mendekat, mengamati kebohongan yang terlihat jelas di wajah Guinevere.
"Kenapa mendadak jantungku berdebar-debar disaat seperti ini?! Jangan jangan... Tidak! Tidak mungkin aku menyukainya!! Ahh! Kau bodoh sekali Guin!" Guinevere memarahi dirinya sendiri seraya menutupi wajahnya yang tersipu menggunakan tangannya.
"Apa yang sedang kau lakukan?"
"B-Baiklah baiklah aku kalah!! Tapi izinkan aku pulang... Ayolah izinkan aku pergi..." Guinevere memohon disertai mata pupy eyes nya. Ya, hanya itu trik terakhir nya yang dia punya untuk mengelabui Granger.
"Owh begitu ya? Bagaimana kalau aku ikut mengantarmu pulang?" usul Granger, tatapannya terlihat mencurigakan yang membuat Guinevere berlagak ngeri terhadapnya.
"T-Tidak perlu!" pungkas Guinevere sedikit ketakutan. Dia trauma jikalau kejadian kemarin terulang kembali.
Mendadak Granger menyeringai lalu melepaskan cengkramannya, membiarkan Guinevere berlalu pergi meninggalkannya.
"AARRRGHH!!" Selang beberapa menit, tiba-tiba Granger mengerang kesakitan.
Guinevere yang mendengar hal itu langsung berbalik arah menuju sumber suara.
"Bertahanlah! Apa kau baik-baik saja?!" tanyanya panik.
"Oh ya tuhan, dia mengkhawatirkanku dengan ekspresi paniknya yang terlihat luar biasa manis sekali," batin Granger yang terus mengamati setiap sisi wajah manis Guinevere, sampai-sampai dia lupa dengan rencana yang akan dilakukannya kepada Gadis tersebut.
"Hey, lelucon macam apa ini?! Kenapa kau malah tersenyum tidak jelas? Kau ini sakit atau tidak?!" celetuk Guinevere menatap malas kearah Granger.
Granger segera tersadar dari lamunannya dan berkata, "A-Ahmm... Ya, terimakasih telah menyembuhkanku. Kau sangat luar biasa, Gwen!" ucap Granger mendadak bahagia kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Violin & Violet: The Beginning of Love [END]
FantasiGuinevere Baroque, seorang Gadis aristokrat dari keluarga bangsawan baroque, menolak untuk dijadikan alat pernikahan politik oleh kedua orang tuanya. Paxley, yang juga keluarga bangsawan di daerah moniyan empire, telah mengusulkan pengajuan pernikah...