XIV. Semua Pasti Berlalu

320 26 31
                                    

Lima bulan kemudian.
Granger PoV

Oh ya Tuhan, aku tidak menyangka bahwa semuanya tidak berjalan sesuai harapanku. Tapi aku akan meyakinkan kembali diriku. Aku tidak boleh menyerah disini.

Granger, ya itulah namaku dan aku adalah seorang pemburu iblis. Mungkin terdengar aneh kalau diucapkan dengan bahasa yang berbeda, tapi aku harus berterimakasih kepada orang tuaku yang telah memberi nama indah ini kepadaku, meskipun mereka sudah tiada.

Pemburu iblis sepertiku biasanya mendapatkan misi untuk menolong seseorang yang tersesat atau dalam bahaya. Walaupun akhir-akhir ini misi tersebut sudah jarang ada lagi permintaannya. Itu berita bagus kan? Semua orang sudah mengerti tentang bahaya.

Tapi terakhir kalinya aku menjalani misi tersebut, aku berhasil menyelamatkan seorang Gadis yang berasal dari kerajaan Gorge. Aku tidak tahu bagaimana bisa dia tersesat. Padahal sebelum memasuki hutan dark forest sudah ada papan peringatan. Haha dia memang agak lucu.

Gadis itu bernama Guinevere, namanya yang indah dan juga sifatnya yang berbeda dari kebanyakan gadis lainnya, itu sungguh unik, aku menyukainya.

Tapi akhir-akhir ini, ada permasalahan diantara kami berdua, sehingga kami terpaksa harus berpisah. Sebenarnya sehari setelah kejadian kala itu, aku sudah mengatakan sesuatu yang jujur dan meminta maaf kepadanya.

Flashback

"Gwen, a-aku minta maaf, ini semua salahku. Kau boleh menghukumku sekarang juga, tapi jangan tinggalkan aku." Aku melontarkan perkataan yang sekiranya bisa membuat hatinya tenang.

"Bodoh! Kau pikir aku anak kecil yang dengan mudahnya menerima ucapanmu itu?!" sahutnya yang terlihat marah sembari mengerutkan keningnya.

Kemudian dia mencoba beranjak berlari pergi meninggalkanku, tapi aku mencoba menahannya sekali lagi.

"Akan ku katakan sekali lagi! Kau menyukaimu dan aku benar-benar mencintaimu!" Itu adalah ungkapan perasaan ku yang ke-dua kalinya.

Sepertinya ucapanku barusan hanya sia-sia, karena dia malah mengeluarkan sihir di tangannya sambil mengatakan,"Apa kau bisa diam?! Kalau tidak, bisa-bisa aku menamparmu langsung ditempat!"

"Baiklah... Lakukan saja. Aku tidak keberatan dengan hal itu. Setidaknya aku mendapatkan sentuhanmu lagi," sahutku basa basi sambil terus mencoba memadamkan amarahnya.

"Chh!! Bukan waktunya untuk bercanda!" Dia lantas langsung melayangkan tamparannya, tapi entah kenapa tiba-tiba dia menghentikannya lalu kembali menarik tangannya.

"Lepaskan aku."

"Ini, aku kembalikan ini kepadamu." Alih alih menuruti perkataannya, aku justru mengembalikan sebuah kalung yang kala itu pernah kuberikan kepadanya.

"Aku tidak butuh itu lagi!" Dia berketus sambil mengepalkan tangannya kuat kuat, sebagai isyarat penolakan.

Aku pun membuka lebar paksa jari jemari di tangannya kemudian langsung ku berikan kepadanya kalung tersebut, walau dia terus memberontak.

"Mungkin kau sudah sangat membenciku. Aku tidak keberatan kok kalau kau memang ingin berpisah denganku. Tapi tolong biarkan benda ini ada padamu. Terserah apa yang akan kau lakukan dengannya," kataku memohon seraya sambil menggenggam tangannya yang lembut.

"Chh! Aku akan membuangnya!" jawabnya yang mendadak memalingkan wajahnya.

Setelah itu dia langsung beranjak pergi dariku sambil membawa kalung itu ditangannya tanpa memberikan kata perpisahan terakhirnya. Disaat itulah aku berpikir bahwa ini semua sudah terlambat.

Violin & Violet: The Beginning of Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang