“Mas, kunci mobilnya mana?” Aku mengulurkan tangan meminta kunci mobil darinya.
Mas Aan yang sudah rapi dan siap berangkat kerja memandangku. Sepertinya dia bingung dengan perkataanku.
Aku yang berdiri di ambang pintu, berjalan menghampirinya yang masih berdiri di teras.
“Mulai hari ini kamu berangkat kerja naik motor aja. Kalau enggak mau, naik saja angkutan. Sini kunci mobilnya.” Aku mengulurkan tangan ke arahnya.
“Tapi kenapa, Dek? Enggak seperti biasanya kamu seperti ini.” Mas Aan mengulurkan kunci mobil padaku.
“Aku enggak mau, mobilku dinaiki wanita mu***an itu,” tegasku.
Betapa b**ohny suamiku itu. Mau-maunya dia dimanfaatkan sama wanita itu. Masih untung kemarin aku mendengar percakapan mereka.
“Oh, iya. Uang yang ada di rekening kamu sudah aku transfer ke rekening aku semua.”
Semalam saat dia tidur, aku buka HP miliknya dan mentransfer semua uang yang ada di rekeningnya ke nomor rekeningku melalu M-Bangking yang ada di HP Mas Aan. Untung saja aku belum lupa dengan nomor PIN-nya.
“Apa Dek.” Mas Aan memegang kepalanya. Sepertinya dia syok mendengar aku telah menguras habis uangnya.
“Halah! Duit lima juta aja ekspresinya gitu amat. Entar akhir bulan kamu pasti juga dapat lagi,” ucapku sambil memandang layar HP. Kebetulan ada pesan masuk dari salah satu teman.“Oh iya, Mas. Jangan khawatir. Aku sudah sisa in. Lima ratus ribu buat kamu beli bensin.”
“Aduh, Dek. Kenapa kamu jadi begini sih?” tanyanya dengan wajah murung.
Rasanya aku ingin ketawa melihatnya seperti itu. Eh ... tapi kasihan juga sih. Biarlah dari pada uangnya habis diporoti wanita itu. Mending aku yang simpankan uangnya.
“Aku butuh buat tambahan modal, Mas.” Sebenarnya aku tidak membutuhkannya. Aku sudah punya cukup modal sendiri.
Mas Aan mengendurkan dasinya. Sepertinya dia merasa sesak napas dengan perbuatanku. “Kamu kan punya tabungan yang lumayan, Dek. Kenapa harus pakai uangku yang seumprit sih?”
“Mas, Sayang.” Aku mendekatinya, bergelayut manja di tangan pria itu.“Dulu aku masih bisa berbagi denganmu, Mas. Namun sekarang, uang istri, milik istri. Uang suami juga uang istri. Jadi suka-suka aku dong! Lagian dari pada uangmu habis enggak jelas. Aku enggak mau ya, uang kamu habis digunakan untuk membahagiakan pacar kamu itu.” Aku memandangnya melotot.
Mas Aan tambah gusar. Sebelum dia membawa pulang si Bunga, aku selalu patuh dan melayaninya dengan baik. Masalah uang pun aku tak pernah hitung-hitungan dengannya.
Jatah bulanan juga aku hanya minta secukupnya. Sisanya Mas Aan sendiri yang menyimpan. Akan tetapi, sejak saat dia membawa Bunga pulang, hatiku berontak. Aku tidak mau diperlakukan seenaknya.
“Dek, padahal Bunga itu baik loh! Dia enggak seperti yang kamu pikirkan.” Mas Aan mencoba membela wanita itu.
Ah ... kenapa dia bisa terperdaya oleh wanita itu. Andai kamu tahu kebusukannya, Mas.
“Mas, mana ada wanita yang rela kalau suaminya punya pacar lagi. Masih beruntung aku masih mau menerimamu setelah kamu membawa pulang wanita itu. Kalau Mas Aan, aku usir, mau tinggal di mana kamu, Mas.” Aku berdiri di hadapannya dengan kedua tangan bersedekap di dada.
“Dek, masa kamu tega sih sama aku.”
Rasanya aku tidak tega juga melihat wajahnya memelas begitu. Akan tetapi, semua harus dilakukan demi kebaikan bersama.
"Kamu yang tega, Mas.” Aku menunjuknya. “Kamu terang-terangan bawa pacar kamu pulang ke rumah.
Kamu kira aku tidak sakit hati melihatnya,” ucapku menepuk dada.
“Akh ... sudahlah, terserah kamu mau bagaimana.”
Akhirnya dia menyerah juga. Selama ini dia ternyata menganggapku sebagai wanita penurut yang selalu menuruti keinginannya. Memang aku mau menuruti perkataannya, apabila yang diperintahkannya itu baik. Namun, bila apa yang dimaunya itu buruk. Jangan harap aku mau menurutinya.Sepatuh-patuhnya istri pada suami, kalau di sakiti akan keluar sifat buasnya.
Aku tidak sama dengan perempuan di luar sana yang hanya bisa menangis saat suami punya wanita lain. Bagiku, menangis tidak ada gunanya. Apakah dengan menangis suami akan kembali ke dalam pelukan? Tidak! Mereka justru akan semakin menindas karena merasa dibutuhkan.
Aku harus menyadarkan Mas Aan agar dia tahu apa yang dilakukannya itu salah. Aku juga harus membuktikan padanya kalau Bunga tidak benar-benar mencintainya.
“Mana kunci motornya? Sudah siang, bisa-bisa aku terlambat kerja nanti.” Mas Aan mengulurkan tangannya.
Aku memberikan kunci motor padanya. Mas Aan pun berangkat kerja.
Aku merasa bahagia. Wanita itu sekarang tidak akan lagi menikmati jalan-jalan pakai mobil atau berbelanja menggunakan uang Mas Aan.Bersambung ....
Jangan lupa tinggalkan jejak bintang, komen, dan follow. Kamu suka bacanya, aku semangat ngetiknya. Salam hangat dari emak empat anak 😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Suamiku Mau Menikah Lagi, Aku Miskinkan Dia (TAMAT)
Romance"Mas, siapa wanita itu?" Aku menunjuk wanita yang ikut pulang bersama Mas Aan. "Dek, kita bicarakan di dalam, ya. Tidak enak kalau dilihat orang." Kami masuk ke dalam rumah . "Athira, izinkanlah aku untuk menikah lagi?" Mas Aan memandang wanita can...