- Precious -

1.4K 213 35
                                    

Sudah hampir setengah hari Tuan Putri kecil itu hilang tanpa jejak. Seluruh dayang dan para prajurit di Istana Emerald dikerahkan untuk mencarinya.

Diana, Sang Ibu, yang awalnya sangat tenang mulai panik saat jam sudah menunjukan pukul setengah enam sore. Langit di ufuk barat sudah berubah warna menjadi jingga. Tapi putrinya masih belum juga menunjukan batang hidungnya. Diana tidak menyangka putrinya akan benar-benar hilang seperti sekarang.

"Athanasia!" Ia berteriak semakin keras. Degup jantungnya terasa semakin tidak karuan. 'Bagaimana ini. Bagaimana jika Athy diculik.'
Diana berjalan semakin cepat mengelilingi seluruh taman.

"Yang Mulia, kembalilah ke dalam. Biar kami yang mencari Tuan Putri." Lilian yang mengikuti Diana berusaha menyelaraskan langkahnya.

"Athanasia!" Diana menghiraukan perkataan Lilian dan terus menerus memanggil anaknya. Tenggorokannya terasa kering, tapi Ia tidak peduli.

Apa Ia harus memberitahukan hal ini kepada suaminya? Athanasia sudah terlalu lama hilang. Ia khawatir jika dibiarkan terlalu lama, sesuatu yang buruk akan terjadi.

"Lilian, pergilah ke Istana Garnet. Beritahukan hal ini pada Felix." perintah Diana pada akhirnya. Claude harus tau hal ini.

Lilian mengangguk lalu berlari dengan tergesa-gesa menuju Istana Garnet.

"Athanasia.. Dimana kamu." gumam Diana penuh kekhawatiran.

Athanasia adalah putri yang begitu berharga bagi dirinya dan Sang Kaisar. Putri yang dengan susah payah dia pertahankan dengan segenap jiwa dan raganya.
Jika Athanasia hilang..

Tidak! Diana sama sekali tidak bisa membayangkan hidupnya tanpa Athanasia.

"Ayo kita cari lagi." ujar Diana seraya mengajak para dayang yang lain menuju Istana Topaz. Istana terpencil yang jarang dikunjungi dan dutempati oleh keluarga kekaisaran.

.......

"Paduka, apa Anda yakin sudah membacanya sebelum ditandatangani?"

Felix begitu keheranan melihat betapa cepatnya Sang Kaisar menyelesaikan pekerjaannya yang tertunda. Tangan Claude bergerak dalam kecepatan yang tidak normal bagi manusia biasa, seolah olah Ia dikejar oleh monster bernama waktu. Tujuannya bekerja tanpa henti hanyalah satu yaitu agar bisa menghabiskan waktu luangnya dengan keluarganya.

"Aku berbeda denganmu, Felix." sindir Claude.

"Tentu, Paduka. Saya hanya ksatria biasa, bukan pria serba bisa seperti Paduka."

Felix tertawa canggung. Dalam hatinya Ia menangis dan mencoba menyemangati diri sendiri agar bisa menerima kenyataan hidupnya. 'Setidaknya Paduka mau bekerja dengan benar hari ini. Ya itu sudah cukup. Bersabarlah Felix Rovein.'

Claude sendiri sama sekali tidak memperlihatkan rasa ibanya. Ia masih membalik kertas-kertas di atas mejanya sambil terus melirik jam.

'Sebentar lagi makan malam. Apa Diana sudah menemukan Athanasia?'

Sudah cukup lama sejak Diana meninggalkan ruangannya, tapi Ia tak kunjung juga mendengar suara putrinya. Apa putri nakal itu sedang membuat masalah dan membuat Diana kesulitan? Ini sebenarnya bukan hal yang aneh dan baru. Athanasia sering kabur dari pengawasan lalu bersembunyi di gua rahasia baru yang belum mereka ketahui.

Claude berpikir sejenak sebelum akhirnya mengangkat kepalanya untuk melihat Felix.

"Felix. Pergilah keluar dan beritahukan kepada Diana bahwa sebentar lagi kami akan makan malam di Istana Emerald."

"Baik Paduka." Felix menundukan kepalanya lalu berjalan menuju pintu keluar.

Sesaat dia membuka pintu, suara langkah kaki dan nafas yang terengah-engah terdengar dari kejauhan.

The Two Fairies ( Who Made Me A Princess Fanfiction)Where stories live. Discover now