- Playdate Part 2 -

955 124 11
                                    

Tidak ada yang lebih membuat Diana khawatir daripada melihat gadis kecilnya memalingkan wajah dari dirinya. Bibir gadis itu tampak mengerucut dan kedua alisnya mengernyit. Kedua lengan gadis kecil itu tersilang di depan dadanya.

Putri Athanasia sedang marah. Dan itu karena Ibunya. Dia sudah bersikap seperti itu selama satu jam sejak mereka berdua duduk untuk acara minum teh rutin mereka sore itu.

Athanasia bahkan belum menyentuh kue coklat yang sangat dia sukai itu. Hal ini tentu membuat Ibunya khawatir.

'Apa dia masih marah karena aku dan Felix menggodanya tadi?'

Diana mengambil kue coklat dan mulai mengambil sesendok untuk disuapkan ke mulut Athanasia.

"Lihat Athy sayang, ada kue coklat kesukaanmu. Mama sengaja meminta Hannah membuatkannya untukmu. Ini pasti enak." rayunya dengan lembut.

Athanasia melirik sekilas ke arah garpu yang disodorkan Ibunya. Kue coklat itu jelas terlihat menggoda. Lelehan coklat tampak menetes sedikit dan mengenai rerumputan hijau.

'Ck. Harusnya itu masuk mulutku.'

"Ayo buka mulutnya sayang. Tangan Mama mulai pegal."

Tawaran menggiurkan itu biasanya tidak mungkin ditolak oleh si pencinta coklat. Tapi tidak untuk kali ini. Athanasia ingin menunjukan ketidaksukaannya pada keputusan Ibunya untuk meminta Lucas menjadi teman bermainnya di Istana.

Kenapa Ibunya memilih Lucas? Bukankah ada Helena? Atau teman-teman perempuan lainnya? Jennette pun bukan pilihan yang buruk. Walaupun mereka baru beberapa kali bertemu, entah kenapa Athanasia merasakan kedekatan tersendiri dengan gadis pemalu itu. Lalu ada juga Ezekiel. Pilihan yang tidak terlalu bagus karena anak laki -laki itu terlalu mirip dengan Paman putih. Tapi jika dibandingkan dengan kakak gila itu... Oh Athanasia tidak tau lagi. Dua pilihan itu jelas ada di urutan terakhir dari pemilihan teman bermain untuknya.

"Tidak! Athy masih marah sama Mama dan Felix!" seru Athanasia ketus. "Pokoknya Athy tidak mau berteman dengan kakak itu!"

"Athy sayang.."

Diana merasa pilihannya tidak salah. Lucas, dia anak yang baik menurutnya. Selain itu dia sopan, tidak mudah terprovokasi dengan sikap suaminya yang sangat berlebihan. Terlebih dia mirip dengan sosok 'pacar' yang diidamkan putrinya. Namun sepertinya Athy lupa dengan gambar berharganya itu.

"Kalau begitu, beritahukan dulu alasanmu menolak Lucas menjadi temanmu. Apa dia tidak sesuai dengan kriteria temanmu?" tanya Diana.

Athanasia menatap Ibunya heran. Bagaimana Ibunya tidak menyadari keanehan dan kegilaan Lucas?

"Mama."

"Ya?"

"Mama terlalu polos seperti Felix. Kakak itu.. Hmph!" Kata-kata Athanasia terpotong. Lidahnya terasa kelu seketika. "Kakak itu.. G.. Gg.. Hmph!"

'Kakak itu gila!!'

Athy ingin berteriak seperti itu. Namun entah kenapa tidak bisa.

"Hmm? Apa sayang?" tanya Diana bingung. Putrinya seperti sedang menahan sesuatu dan itu terlihat aneh sekarang.

"Kakak itu j..ja.. Hmmp!" Lagi - lagi tidak bisa. Semua kata-kata buruk tentang Lucas tidak bisa dia katakan di depan Ibunya. "Kakak itu hebat." Anehnya lagi tanpa sadar dia malah melontarkan kata-kata pujian yang terlontar untuk Lucas.

'Dasar gila! Ini pasti perbuatannya!' umpat Athy dalam hati. Bulu kuduknya serasa berdiri serentak. Dia jijik dengan ucapannya sendiri. Bisa-bisanya dia menyebut Lucas hebat. 'Ya dia hebat menipu orang!'

The Two Fairies ( Who Made Me A Princess Fanfiction)Where stories live. Discover now