- How To Be A Good Queen -

1.9K 241 36
                                    

Beberapa bulan setelah pengangkatannya menjadi Ratu, Diana mulai menjalankan tugasnya sebagai pendamping Sang Kaisar. Urusan rumah tangga Istana yang semula dipegang oleh Kepala Pelayan sekarang diambil alih olehnya. Mulai dari anggaran belanja Istana hingga urusan kepegawaian semua dipegang oleh Diana. Awalnya dia sedikit kesulitan namun perlahan dia mulai terbiasa dan untungnya ada Lilian yang sekarang menjadi asisten pribadinya.

Terkadang dia juga keluar Istana untuk menghadiri acara-acara amal ataupun melihat langsung kehidupan rakyat yang kekurangan dan memerlukan bantuan. Claude pada mulanya kurang setuju dengan Diana yang bersikeras ingin mendatangi langsung tempat-tempat padat penduduk di pinggiran kota Kekaisaran, tapi yah dia lemah pada istrinya. Dia mengijinkan Diana dengan syarat wanita itu harus terlindungi dengan maksimal dan penampilannya harus disamarkan hingga tidak ada yang bisa mengenalinya sebagai Sang Ratu.

Seperti siang ini, dia sedang mengunjungi panti asuhan di pinggir kota bersama putrinya yang sudah mulai bisa berjalan.

"Lady!! Tolong bacakan buku yang ini!" seorang gadis kecil berlari menuju ke tempat Diana duduk sambil membawa buku cerita. Buku cerita yang dia bawa tampak sudah lusuh dan sobek di beberapa halaman.

"Ah cerita tentang putri salju dan ketujuh kurcacinya? Kamu ingin mendengar cerita ini, Gretta?" tanya Diana lembut.

Gadis itu mengangguk penuh semangat. Beberapa anak lain juga mulai tertarik dan mendekati Diana.

Melihat betapa lusuhnya buku itu, Diana tau buku yang dia pegang sekarang sudah dibaca berulang-ulang oleh semua anak yang ada di panti asuhan. Buku yang ada di perpustakaan panti sangatlah terbatas, alhasil mereka jadi tidak memiliki pilihan lain selain membaca ulang buku yang ada.

Anak-anak duduk melingkar di atas karpet dengan Diana dan Athanasia yang duduk di tengah tengah mereka. Cerita yang mereka sudah hafal di luar kepala itu menjadi sangat menarik dan terdengar baru saat Diana yang bercerita. Wanita cantik itu bukan hanya membaca kata demi kata dengan suara-suara yang menarik, dia juga menggunakan tangan dan mimik wajah agar anak-anak tidak bosan.

"Astaga! Cantik sekali dia. Kenapa dia ada di rumah kita? tanya kurcaci tertua yang paling bijak. Entahlah!! Cepat seret dia keluar! Wanita ini sudah memakan semua makan siang kita! Si pemarah berteriak." Diana bercerita kepada anak-anak sambil menyesuaikan mimik wajahnya agar sesuai dengan kepribadian para kurcaci.

Semua mata anak-anak tampak berbinar-binar mendengarkannya. Begitu pula dengan Athanasia. Ibunya memang paling pintar dalam bercerita.

"Yang Mulia baik sekali mau datang ke tempat kami yang terpencil ini." ujar Ibu Panti yang sedari tadi memerhatikan interaksi Diana dengan anak-anak.

"Yang Mulia Ratu memang ingin mengunjungi setiap panti asuhan yang ada di Kota Kekaisaran secara rutin. Beliau ingin semua kebutuhan anak-anak ini terpenuhi. Jika diijinkan bahkan dia ingin mengutus beberapa orang kepercayaannya untuk berkeliling ke panti asuhan di seluruh Obelia." Lilian menjelaskan. "Anda tidak perlu khawatir lagi soal uang untuk membeli keperluan mereka, Nyonya. Istana akan rutin mendistribusikan makanan pokok, buku, baju dan keperluan sekolah lainnya.

"Benarkah? Jika demikian, kami akan sangat berterima kasih.."

Mata Ibu pemilik panti tampak berkaca-kaca. Tidak menyangka jika akhirnya anak anak bisa makan cukup tanpa lagi berebut atau menulis dengan pensil yang terlalu kecil.

"Ya. Paduka sudah menyetujui rencana Yang Mulia Ratu." Lilian tersenyum lalu menyerahkan sapu tangannya untuk wanita paruh baya itu. Dia bisa melihat perjuangan pemilik panti mengurus dan membesarkan anak-anak, tangan yang semakin terlihat berkeriput karena sering mencuci laundry, kantung mata yang semakin hitam karena kurang tidur mengurus anak-anak yang masih bayi, badan yang semakin kurus karena tidak sempat mengurus dirinya sendiri.

The Two Fairies ( Who Made Me A Princess Fanfiction)Where stories live. Discover now