- The Queen (Part 2) -

2K 256 28
                                    

"Paduka, apa Anda sudah lama menunggu?" ucap Diana yang baru sampai di tangga paling bawah. "Maafkan aku, ternyata persiapannya jauh lebih rumit dari yang aku kira." Diana tersenyum dan melirik Rey yang entah kenapa mulai menggoyangkan badannya tidak tenang, wajahnya terlihat malu malu layaknya anak remaja.

"Tidak. Aku baru saja tiba disini bersama Athanasia." Claude menjawab dengan matanya yang  masih terpaku melihat kecantikan Diana. "Bisakah aku meminta tangan calon istriku?" Tanpa mengalihkan pandangannya, Claude berbicara pada Rey.

"Ah! Salam kepada matahari Obelia." Rey menunduk setelah menyadari dirinya masih memegang tangan calon Ratu yang akan menikah hari ini. "Semoga ketampanan.."

"Rey!" Diana memukul lengan pria di sampingnya. Bisa bisanya pria itu salah menyebutkan salam formal kepada Sang Kaisar. "Kemakmuran." Diana mengoreksi Rey seraya melirik wajah kekasihnya. Apa dia marah atau merasa tidak nyaman?

Tidak sama sekali. Claude masih menatap wajahnya. Tidak peduli dengan salam keliru yang dikatakan Rey. Saat ini di matanya hanya ada Diana.

"Ah.. Astaga.. Iya. Semoga kemakmuran dan kejayaan Obelia selalu bersama Anda Paduka." Dengan tergesa gesa pria itu memperbaiki.

"Tangan. Berikan aku tangannya saat aku masih bisa berbaik hati." Seperti biasa, pria bergelar kaisar itu selalu tidak sabaran. Kalimat perintah penuh penekanan itu terdengar mengerikan di setiap telinga yang mendengarnya, tak terkecuali telinga sang pengantin wanita.

"Baik Paduka. Lady Diana sepenuhnya milik Anda hari ini." Perlahan Rey menyerahkan tangan Diana ke atas tangan Sang Kaisar. "Semoga Anda berdua berbahagia." Si penata rias tersenyum tulus sebelum meninggalkan mereka.

"Kamu cantik sekali, Diana. Sungguh siapa gerangan pria yang berhasil membawamu ke pelaminan." Claude membungkuk dan mencium punggung tangan Diana yang tertutup sarung tangan lace transparan berwarna putih. Dia menanyakan pertanyaan bodoh. Siapa lagi yang bisa membawa kekasihnya ke pelaminan selain dirinya.

"Papa! Mama!" Athanasia berteriak memanggil orang tuanya yang masih sibuk menatap satu sama lain dengan penuh cinta. Mata biru sapphire-nya berkilauan menunjukan kekaguman pada peri cantik yang sudah bersusah payah melahirkannya. "Maa 'ntik!" (Mama cantik!)

"Benar kan Athanasia, wanita ini cantik sekali. Mama siapa ini." Claude memeluk Diana dan melirik jahil ke arah putrinya. "Akan Papa culik hari ini."

"Uhh..Mama 'thy! Mama 'thy!!" (Mama Athy! Mama Athy!) Bayi enam bulan itu berteriak kesal dalam pelukan Felix. Alangkah senangnya dia jika bisa terbang dan masuk di antara kedua orang tuanya. Lihat, wajah Papanya terlihat sangat licik. Pria itu akan benar benar memonopoli Diana hari ini. Dari pagi hingga pagi lagi.

"Wow wow. Tuan Putri hati hati. Jangan terlalu mencondongkan badan mungil Anda." Felix memeluk erat perut gembul Athanasia agar dia tidak semakin maju dan membahayakan kepala merah Felix.

"Claude! Gaunku bisa berkerut jika kamu memelukku terus! Lepaskan." Akhirnya Diana mendorong Claude hingga pria itu menjauh. Jam masih menunjukan pukul sepuluh pagi tapi rasanya Diana sudah merasa kegerahan. Mungkin karena gaunnya. Atau karena pakaian formal Sang Kaisar yang penuh ornamen itu menempel di gaunnya. Yah apapun itu, Diana tidak peduli, dia hanya butuh sedikit udara segar sekarang. Jantungnya berdebar dan pipinya terasa sangat panas.

Dia beralih melihat Athanasia yang cemberut setelah digoda oleh Papanya, "Bayiku sayang Athanasia. Hari ini Athy duduk yang manis dulu sama Felix dan Lilian. Tidak boleh menangis di dalam kapel. Apalagi berteriak teriak. Athy bisa kan?" ibu muda itu tersenyum dan menaruh jari telunjuknya di bibir putri kecilnya.

Athanasia yang melihat kecantikan Ibunya dari dekat seolah terhipnotis, dia mengangguk dengan patuh. ".. 'Thy 'ntar! Ga kan 'ngis" (Athy pintar! Tidak akan menangis.)

The Two Fairies ( Who Made Me A Princess Fanfiction)Where stories live. Discover now