18. She Was Right

123 40 4
                                    

Jaehyuk rasa hidupnya bukan habis gelap terbit terang, tapi sebaliknya, habis terang terbitlah gelap.

Baru seminggu berlalu setelah keluarganya berbahagia merayakan promosi jabatan anak sulung mereka, hari ini mereka tertimpa musibah.

Rumah yang sudah mereka huni selama dua dekade dilahap si jago merah.

Sekembalinya Jaehyuk dan Seeun dari sekolah, hanya tersisa dinding dan puing-puing rumah serta segala macam barang yang dengan susah payah diselamatkan.

Jaehyuk tidak tau harus merasa apa, dilihatnya bagaimana ayahnya menenangkan ibunya yang sedang menangis. Kakaknya sedang berbicara di telepon dengan orang yang ia anggap penting karena raut wajahnya menunjukkan begitu. Adiknya berusaha membantu para tetangga memunguti barang-barang yang bisa diselamatkan dan yang terjebak di reruntuhan rumah.

Pasalnya Jaehyuk tidak tau, bagaimana keadaan buku Ryujin.







"Kak, kenapa diam aja? Bantuin!" Teriak Seeun dengan suara bergetar, gadis itu sudah ada di dalam rumah mereka yang hancur.


Jaehyuk yang dari tadi pikirannya kosong langsung tersadar, setelah memeluk ibunya, dia mulai menghampiri Seeun, "Kamu tunggu Ibu aja, Ayah kayaknya harus ngurus semuanya juga, ini biar Kakak." Ucapnya meminta adiknya keluar dari kawasan yang sebenarnya masih berbahaya ini.

"Aku mau cari gantungan kunciku..." Rajuk Seeun yang sepertinya baru saja menangis karena matanya bengkak.

"Yang mana?" Tanya Jaehyuk

"Yang Abang kasih..." Balasnya dengan wajah sedih

"Yaudah, nanti Kakak cariin. Kamu mending duduk disana sama Ibu." Saran Jaehyuk mendorong adiknya pelan untuk keluar dari area berbahaya tersebut.





Sekarang tugasnya bertambah lagi, Jaehyuk harus mencari buku Ryujin dan gantungan kuncinya Seeun.






















Setelah semua barang sudah dikumpulkan semaksimal mungkin, Jaehyuk dan keluarganya mengungsi ke rumah kosong salah satu saudara mereka.


Perihal buku Ryujin, keadaannya masih baik, hanya bagian sampulnya sedikit kotor akibat abu.

Lain dengan gantungan kunci Seeun yang sudah tercerai-berai, sampai Jeonghan menenangkannya, bahwa tidak apa gantungan itu rusak, toh nanti bisa dibeli lagi.




Suasana keluarganya menyedihkan sekali,  saat makan malam, tak ada satu pun yang memulai percakapan, hanya dentingan alat makan yang terdengar.


"Disini cuman ada 3 kamar. Abang tidur bareng Kakak ya, biar Seeun yang sendirian." Ucap Ayah saat melihat ketiga anaknya mengambil pakaian mereka yang bisa diselamatkan.

"Iya, Yah." Balas Jaehyuk, meski di dalam hatinya dia tidak begitu senang, pasal sudah lama sekali dia tidak sekamar dengan Jeonghan.













Benar saja, satu sifat Jeonghan yang paling membuat Jaehyuk malas. Jeonghan akan memarahinya kalau dia membuat suara sekecil apapun, pasalnya Jaehyuk adalah orang yang senang berbicara sendiri sebelum tidur.

Belum lagi kebiasaan Jeonghan yang mengganti bantal dengan tangannya, membuat tangannya menjulur kadang sampai ke kepala Jaehyuk.















Setelah semalaman tersiksa, paginya Jaehyuk bertamu ke rumah Hyunsuk dan menceritakan segala musibah yang menimpanya.

"Lo tinggal sendiri, kan? Gue boleh nggak tinggal sama lo aja? Gue liat ada kamar lebih disini..." Pinta Jaehyuk kepada Hyunsuk di akhir ceritanya.

Come and Find MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang