🐊 Bundadari

9.6K 940 152
                                    

Shanum.

Satu nama yang mempunyai arti diberkahi Allah. Abah dan umi menghadiahkan nama itu untukku dengan harapan agar bayi perempuan mereka menjelma menjadi perempuan yang beruntung, bahagia dan sejahtera.

Alhamdulillah, detik ini aku bersyukur karena doa itu terkabul.

Aku beruntung karena bisa hidup bahagia dan sejahtera. Aku bahagia dan sejahtera karena hidup beruntung. Nah tuh silahkan bingung dengan kalimatku!

Nggak usah dipikirkan ya? Nanti kepalanya pusing. Biar aku saja yang jelaskan.

Jadi, aku benar-benar merasa beruntung dengan hidupku yang sekarang. Hidup dengan orang-orang yang selalu menyayangiku, selalu mendukungku dan tak segan untuk menegurku saat aku salah. Ya meskipun dulu pernah mengalami hal yang buruk, tapi aku anggap itu masa lalu sebagai loncatan untuk mencapai masa kini dan masa depan yang lebih baik.

Kata orang kan roda kehidupan terus berputar, dulu sedih sekarang bahagia. Kalau ada yang hidupnya masih sedih terus, coba cek rantainya, siapa tahu putus.

Ngomong apaan sih aku ini? Kok jadi ngelantur.

Intinya, apapun rasa kehidupan kita sekarang ini, jangan lupa bahagia. Hati adalah sumber segalanya, jaga dia.

"Eca gimana keadaannya?"

Pertanyaan pertama yang keluar dari mulut Mas Haris seusai dia memberhentikan mobilnya di halaman sebuah rumah yang cukup luas, bersamaan juga aku mengakhiri renungan pagi. Mas Haris adalah sosok lelaki yang sangat berarti di hidupku, dia adalah seorang pekerja keras dan juga suami yang sangat bertanggung jawab pada keluarganya.

"Alhamdulillah udah terkondisikan, palingan juga udah nggak berarti bagi dia!"

Mas Haris tertawa pelan dan menyetujui ucapanku. Almeera Candrakanti, biasa dipanggil Eca adalah salah satu anak yang paling mencolok di panti asuhan milik abah ini. Walaupun dia santri panti yang paling kecil tapi powernya luar biasa, apalagi kalau nyanyi, asal teriak dan nadanya entah kemana.

Pantas saja wakil rakyat tidak mau mendengarkan suara rakyatnya, mungkin salah satunya karena rakyat bersuara merdu seperti Eca.

"Hati-hati jaga mereka, para kekasih Allah itu!"

Aku mengangkat tangan sebagai tanda kesanggupanku atas nasehatnya. "Kalau aku orang terkasih bagi Mas Haris bukan?" tanyaku bermaksud menggodanya.

"Nggak diragukan lagi pokoknya!" jawabnya sembari tertawa.

Aku mencium tangan Mas Haris dan mengucapkan terimakasih padanya lalu segera turun. Setelah mobilnya menjauh aku segera memasuki rumah panti yang bangunannya berada di pinggir jalan persis. Karena itu, abah sengaja meminta agar dibangun pagar yang lumayan tinggi untuk melindungi penghuni panti.

Panti asuhan Al-Ikhlas ini sudah abah bangun sejak aku masih sekolah menengah pertama. Dulu para anak yatim ini menjadi santri dan tinggal di pesantren abah yang dekat dengan rumah. Lalu abah memutuskan untuk memisahkan mereka agar yang yatim mendapat perhatian lebih.

Sebenarnya ada satu kejadian yang membuat abah akhirnya punya niat membangun panti ini. Kata umi, dulu sewaktu ada acara khataman salah seorang anak yatim ada yang sakit, demamnya lama sekali sampai harus di bawa ke rumah sakit.

Dari hasil pemeriksaan dan penjelasan dokter, anak itu tidak punya penyakit serius. Umi berinisiatif memeluk anak yang waktu itu masih berusia 8 tahunan. Dan berkat kelembutan sikap umi, akhirnya anak itu mau cerita bahwa dia pengin dipeluk orangtuanya seperti santri lain saat wisuda. Saking kepinginya sampai dia sakit.

Umi terenyuh dan akhirnya diskusi panjang dengan abah sampai mendapat keputusan membangun panti ini. 

Sebenarnya daftar anak di panti ini lumayan banyak, tetapi yang tinggal menetap hanya sekitar 17 anak  yang mana mereka sudah tidak punya ayah dan ibu, sedangkan sisanya adalah anak-anak kampung sini yang masih punya salah satu orangtua. Mereka biasanya ke sini untuk ngaji dan mendapat santunan.

9. Master JenggalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang