🐊 Bakso Rusuk

4.8K 808 148
                                    

Shanum

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Shanum

"Udah nangisnya?"

Aku hanya bisa menggeleng untuk menjawab pertanyaan abah karena masih sesenggukan, begitu susahnya menyudahi rasa penyesalan ini.

Abah mendekatiku untuk mengusap punggungku. Mukena ku sudah sangat basah karena air mata. Setiap habis ngaji sama abah pasti aku tidak bisa menahan tangis.

"Apa yang kamu rasakan?"

"Shanum takut, Bah! Dosa Shanum begitu besar sama Allah."

Abah tersenyum untuk menenangkan, semenjak tidak ada umi aku lebih bisa dekat dengan abah.

"Rahmat Allah lebih besar, Nduk! Yang penting kamu terus berusaha memperbaiki semuanya. Salah itu adalah bentuk dari sifat manusia, dan menjadi lebih baik itu adalah sikap. Kamu tau kenapa bintang itu bercahaya?"

"Karena berada di kegelapan malam." jawabku masih sambil terisak.

"Ya itu ibaratnya, bintang bercahaya karena berada di tengah kegelapan. Seperti halnya bintang, manusia juga akan bercahaya jika dia bersabar di tengah banyaknya cobaan."

Aku semakin menunduk lagi, kali ini aku merasa bersalah karena selalu merepotkan abah. Tapi abah ku yang mulai menua ini sama sekali tidak keberatan jika aku memeluknya hanya untuk menangis.

"Kalau kata Sayyidina Umar Bin Khattab, 'terkadang orang dengan masa lalu paling kelam, akan menciptakan masa depan paling cerah.'"

Jika sedang ngobrol dari hati ke hati dengan abah seperti ini rasanya hatiku tenang.

Setahun lebih aku harus meratapi nasib, sibuk menyalahkan sana sini tanpa mau berinstropeksi diri, sibuk menyalahkan takdir dan berandai-andai. Anda saja begini, andai saja begitu sampai membuat aku kehilangan banyak hal besar dalam hidupku.

Aku kehilangan kesempatan mengajar di instansi yang aku impikan, aku kehilangan kesempatan bersosial lewat organisasiku, dan terakhir aku kehilangan hafalanku, aku amnesia di tahap yang paling parah. Dan ini yang paling aku sesali, sampai rasanya sangat putus asa.

Saat ini aku mulai mengulang semuanya dari awal, aku ngaji lagi dengan abah. Tak peduli seberapa ayat yang aku dapat setiap harinya yang penting aku bisa mulai lagi.

Setahun itu aku benar-benar tak peduli apapun, hanya sibuk meratapi nasib, merasa orang paling menderita sedunia, sampai aku tak pernah lagi yang namanya Murajaah, dan ya.. Aku amnesia pada ayat-ayat yang dulu aku usahakan untuk dihafal selama bertahun-tahun.

Penyesalan terbesarku adalah kehilangan hafalanku.

Tidak semua hilang, tapi yang jelas bacaanku tidak akan sempurna di setiap juz nya. Maka dari itu, aku minta pada abah untuk membantuku mengulang semuanya dari awal.

Sejujurnya aku sedang merasa di titik paling rendah dalam hidupku. Aku merasa semuanya hancur. Bukan hanya kegagalan pernikahan itu tapi buntut panjangnya aku harus amnesia.

9. Master JenggalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang