🐊 Bear Ternyaman

5.5K 797 172
                                    


Ada sebuah pepatah yang berbunyi,

Baik mata di rantau orang, jangan sampai berbuat salah.

Saat berada di perantauan, harus selalu bisa menjaga sikap dan perilaku dengan baik.

Ya meskipun bukan hanya di perantauan saja, di manapun berapa juga harus selalu menjaga sikap, bahkan di rumah sendiri pun juga tetap harus menjaga sikap.

Apalagi jika sedang di perantauan, jangan pernah berbuat salah karena tidak akan pernah tau kita sedang berhadapan dengan siapa.

Seperti aku saat ini...

Siang ini aku ikut dr. Bams menghadiri rapat di salah satu lembaga daerah. Selama bergabung dengan lembaga tanggap bencana Peduli Saudara baru kali ini aku ikut rapat yang mana sebenarnya aku sendiri bingung tugasku di sini ngapain.

Aku hanya dokter umum biasa, masuk kerja juga baru genap satu bulan. Bisa-bisanya dr. Bambang Setiawan alias dr. Bams sang kepala klinik mengajakku hasir rapat yang cukup penting ini.

Kenapa aku bilang penting, karena berdasarkan insting manusia setengah dewaku, yang hadir rapat ini adalah pejabat-pejabat daerah yang cukup berpengaruh.

Kembali ke pepatah tadi! Mama dan papa juga tak pernah lelah menasihati ku agar selalu bisa menjaga sikap, maka saat ini aku mencoba menerapkan pepatah itu. Aku tetap diam dan bersikap sopan meskipun sejak tadi ada seseorang yang sepertinya sangat penasaran denganku.

Sebagian wajahku yang tertutup masker sepertinya sangat menarik perhatiannya. Terbukti dari matanya yang selalu terarah kepadaku.

Ya sudah, daripada dia tidak tenang selama rapat lebih baik aku buka maskerku agar kegantenganku yang paripurna ini jelas terlihat oleh matanya.

Dan benar saja, wajah orang itu langsung berbuah serius ketika melihat Wajahku dengan jelas.

Aku kasih senyum dikit dan orang itu malah semakin terkejut, matanya semakin tajam jelas sekali ada kilatan peperangan di sana.

"Silahkan Pak Rangga barangkali ada tambahan?" pertanyaan salah satu anggota rapat berhasil mengalihkan pandangan orang itu dariku.

Ya. Orang itu tadi adalah Rangga. Mantan suami Shanum. Seseorang yang sudah meninggalkan luka teramat dalam di hati Shanum.

Aku baru dua kali ini bertemu dengan dia. Tapi sepertinya aku membuat kesan pertama yang tak terlupakan baginya karena buktinya dia masih ingat betul dengan Wajahku ini.

Aku dan Rangga pertama kali bertemu beberapa waktu yang lalu sebelum aku pindah kerja di Jombang. Saat itu Rangga sedang ada perjalanan dinas ke Semarang, dia mengaku sakit dan minta agar dirinya rawat inap di rumah sakit tempat aku kerja dulu, tapi secara tegas aku menolak karena semua hasil pemeriksaannya bagus dan tidak ada satu hal pun yang mengharuskannya opname.

Setelah itu Hal tidak menyenangkan terjadi, Rangga mencoba memberikan imbalan uang agar aku mau memberikan pengantar rawat inap untuknya, dan dia semakin marah ketika secara terang-terangan aku menolak bahkan menantangnya. Sampai akhirnya dia pergi dengan perasaan marah.

Awalnya aku hanya menganggapnya pasien biasa tapi sebelum pergi dari rumah sakit dia berpapasan dengan Shanum. Jelas sekali ketegangan di wajah Shanum waktu itu membuat rasa penasaranku semakin tinggi. Dan akhirnya Shanum mau cerita tentang Rangga padaku.

Setelah beberapa waktu kemudian, berkat kecanggihan ilmu Intel yang aku miliki akhirnya aku tahu kenapa Rangga begitu kekeh ingin opname, usut punya usut dia menghindari suatu rapat nasional yang mana dia harus mempresentasikan capaian kerja lembaga yang dia pimpin.

9. Master JenggalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang