11🔥 Kemunculan Rega

97 16 0
                                    

🔥Fire In Love♥
Part11



Alin memalingkan tatapannya saat tak sengaja Stevi menciduki dirinya sedang menatap gadis itu dengan seulas senyum.

Stevi mengulum senyum, mengaduk bakso yang ada di depannya. "Udah, kalau mau lihat. Lihat aja, ngak ada yang akan ngamuk." ucapnya santai, lalu memasukkan satu bakso kecil ke mulutnya.

Alin menoleh cepat, dan menyengir lebar. "Sungguh? Lo ngak marah kalau gue lihat gini." Alin mengembangkan senyum manisnya sembari menatap lurus pada Stevi.

Stevie terkekeh geli. "Lo pikir gue bakalan grogi? Ya, ngak lah." tandanya santai dan kembali melahap baksonya.

Alin berdecak takjub dengan kekehan Stevi yang sangat jarang bisa ia lihat. Kepalanya meng geleng-geleng kagum. Bukan hanya tentang pesona gadis itu, Alin juga takjub dengan pribadi gadis itu. Kebanyakan para cewek akan histeris saat Alin mulai memainkan senyum manisnya. Namun gadis itu, sama sekali tidak terpukau. Sungguh? Alin sepertinya butuh jampi-jampi untuk membuat gadis itu bisa histeria dengan ketampanannya. "Emang cuma lo yang ngak luluh sama ketampanan gue, gue jadi heran. Jurus apa sih yang lo pakai?"

Gadis yang sedang mengunyah bakso itu menoleh sekilas dan berujar. "Karena hidup gue, ngak pakai hati." katanya penuh penekanan.

Alin mengangguk malas. "Ia, paham. Gue yang cinta, lo yang logika." timpalnya.

"Itu paham." tukas Stevi singkat membuat Alin hanya bisa mencebik bibir.

"Oh ya, entar malam jalan yuk!" ajak Alin tanpa enggan mengalihkan matanya dari Stevi, memperhatikan gadis yang dengan lahap memakan baksonya.

"Gue lagi ngak pengen kemana-mana."

Alin mendengus, memasang wajah memelas nya. "Ayo lah, kita dinner. Please, sekali ini aja." mohon-nya.

Stevi menilik dengan satu alis tinggi, membuat tatapan gadis itu terlihat aneh. "Dinner kok maksa?"

Alin semakin memasang wajah memelas, mengatup kedua tangannya di depan Stevi. "Please." mohonnya lagi.

Stevi menghala napas. "Ia." putusnya singkat, dan itu mampu membuat senyum Alit melebar luas.

Gadis itu kembali melahap habis baksonya, Stevi tak peduli seperti apa tanggapan orang tentang porsi makannya. Yang penting perutnya kenyang. Stevi hanya sarapan beberapa sendok, jujur nasi goreng pacar Steven menggiurkan. Tapi sikon yang memaksa napsu makan Stevi mundur.

"Alin."

Teriakan keras membuat Alin menoleh, begitu pun Stevi.

"Natan?" gumam Alin dengan tatapan bingung, laki-laki itu datang dengan tiga temannya yang lain.

Defri berdecit malas. "Pantesan, dicari kemana-mana ngak ketemu. Taunya nge-bucin di sini. Tuh, di depan ada yang bikin heboh."

Alin balas mendengus. "Telat lo pada," tukas Alin, memasang wajah malas.

Nathan mendelik heran. "Jadi lo tahu, si Rega pindah ke kampus kita." timpalnya.

Alin berjengkit kaget. "Hah? Rega? Kak Rega maksud lo?"

Natan mengangguk malas, reaksi itu terlalu berlebihan saat sebelumnya ia menanggapi Ciko dengan dengusan malas. "Siapa lagi, tuh cewek-cewek pada histeris di depan liat pesona kakak lo itu." cibirnya.

Alin menarik tas nya dan berlalu, laki-laki itu menoleh setelah berjarak beberapa meter dari yang lain. Alin terkekeh sendiri lalu kembali berlari mendekati meja yang tadi ia tinggalkan. Laki-laki itu menggenggam tangan Stevi, membuat si empunya tangan menoleh bingung. "Ayo, ikut!" ajaknya.

Fire In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang