3🔥 Keluarga Yang Kacau

266 28 2
                                    

🔥Fire In Love♥
Part3



Stevi mengerjap pelan, perlahan membuka pelupuk matanya yang terasa berat. Pandangan yang semula samar, perlahan semakin jelas. Stevi miringis, saat hendak mengangkat tubuhnya punggung kepalanya terasa sakit.

Gadis itu mengedarkan pandangan, sudah sangat jelas dimana ia berada sekarang. Dinding, tabir serta aroma khas itu, semua orang pasti mengenalinya.

"Siapa yang bawa gue kesini?" Guming Stevi, gadis itu memaksakan diri untuk duduk.

Stevi menoleh cepat saat seseorang menarik tabir ruangan, gadis itu sedikit terjengah saat melihat Alin datang membawa jaketnya.

"Lo?" gumam Stevi menatap Alin lurus.

Laki-laki itu tersenyum, meletakkan jaket dan kunci mobil Stevi di nakas. "Ini jaket dan kunci mobil lo." Alin melipat tangan di atas dada, Stevi menatapnya dengan begitu intens seakan sedang mengintimidasi dirinya. "Lo ingat, kan? Kalau lo ... pingsan." Alin mencicit di kalimat akhirnya.

Stevi mengangguk, jelas ia ingat. Terakhir dirinya menghadapi beberapa laki-laki bertubuh kekar, mereka meminta kunci mobilnya dan sesuatu membentur ke pala belakannya. Mata hazelnya itu menilik Alin tajam, "terus kenapa lo nolongin gue?"

Alin bersedekap, pertanyaan macam apa itu? Laki-laki itu mendengus. "Gue tolongin lo, ya, karena lo itu temen gue." jawab Alin memberi penjelasan dengan gelagapan.

"Lo bukan teman gue," tukas Stevi menegas, "aaw ---" Stevi meringis memegangi kepala bagian belakangnya.

"Jangan banyak gerak dulu, kepala lo kena pukul, mungkin masih ada efeknya."

Stevi mendelik kesal. "Gue, juga tahu."

Alin tak bisa menahan saat gadis itu dengan kasar menarik infusnya, laki-laki itu hanya bisa menahan saat Stevi hendak pergi. "Jangan pergi dulu."

Stevi melepas tangan Alin darinya, dan menatap laki-laki itu lurus. "Lo tenang aja, nanti semua gue ganti. Duit lo, termasuk jasa lo."

"Ini bukan masalah uang atau jasa, tapi ini masalah keselamatan lo."

Stevi berdecit, "jangan sok peduli!" ujarnya penuh penekanan.

"Emang gue peduli, gue udah telpon kakak lo sebentar lagi dia pasti datang."

"Heh? Lancang! Lo siapa berani banget buka handphone gue?" bentak Stevi, gadis itu menarik kasar ponselnya dan mengecek panggilan. Mata hazel Stevi mendelik tajam pada Alin. "Berengsek, minggir lo!"

Stevi mendorong tubuh Alin sekuat tenaganya membuat tubuh laki-laki itu terhuyung mundur. "Lain kali, urus diri sendiri. Jangan sok peduli sama orang lain!" Stevi berlalu setelah memaki Alin dengan emosi.

Gadis itu mengenakan jaket kulitnya, dan memasukkan handphone di saku jaket.

"Stevi."

Stevi menegakkan wajahnya, langkahnya terhenti saat seseorang laki-laki mendekatinya. Laki-laki itu tak lain adalah kakaknya sendiri, Ricard. Bersamaan dengan itu hati Stevi mengumpat. "Siit."

Gadis itu seolah tak menyukai kedatangan sang kakak, semua akan riweh, apalagi dia tahu kenapa sekarang gadis itu ada di rumah sakit.

"Abang kan udah bilang, jangan tiru jalan Steven apa lagi jalannya Gio, kamu itu perempuan Stevi. Abang nggak mau sesuatu yang buruk menimpa kamu."

Stevi mengceloskan wajahnya, segala terkanya sangat tepat. Ricard selalu menyalahkan Gio maupun Steven dalam segala situasi. Ricard sangat tidak mendukung pekerjaan kedua adiknya itu.

Fire In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang