5🔥 Nyanyian

187 28 1
                                    

🔥Fire In Love♥
Part5




Jengkel, dan merasa dipermainkan, itu yang saat ini Alin rasakan. Tapi entah mengapa, hati kecilnya tak bisa menolak keinginan gila gadis yang belum lama ia kenal itu.

Alin membuka jendela kamarnya saat mentari telah begitu tinggi, bersama suara kicauan burung yang riang dan terpaan sejuk angin pagi mengenai wajah Alin.

Semalam, saat mereka sampai di Vila. Stevi langsung menyuruhnya beristirahat, dan keduanya tak lagi bertemu setelah masing-masing masuk kedalam kamar. Stevi hanya sempat mengatakan, 'jangan pergi kemana-mana karena vila ini jauh dari pemukiman warga.' imbauan itu terngiang jelas di benak Alin.

"Ternyata tempatnya asik, nyaman juga. Ngak ada berisik yang menggangu kayak di kota," gumam Alin, laki-laki itu tersenyum pelan sambil menatap pemandangan hijau di depannya.

Tok

Tok

"Lo udah bangun, belum?" suara Stevi bergumam dengan santai, menyusul suara ketukan. "Itu, sarapan dulu!"

Alin mendekati pintu, dan perlahan menarik ganggang pintu. Gadis itu berdiri tepat di depan pintu kamarnya. "Lo buatin gue sarapan?" Alin menatap sumringah gadis gadis hadapannya.

"Ngarep," tandas Stevi dengan raut malas.

"Terus siapa yang buatin? Perasaan semalam cuma kita berdua yang ada di vila." Alin menatap curiga.

"Bawel lo, udah syukur gue tawarin makan." ketus Stevi.

Alin terkekeh pelan, gadis itu tak peenah menanggapi ucapan orang dengan tenang atau sedikit santai. "Ya, gue pengen tau aja siapa yang siapin. Kalau setan, gue mana mau makan?" Alin mencicit pelan membuat Stevi memutar mata hazelnya yang kemudian terlihat menajam.

"Dari zaman batu sampai sekarang zaman milenial, ngak ada hantu yang bisa masak." tandas gadis itu sedikit emosi.

"Terus?"

Stevi mendesis kesal. "Yang masak bibi, penjaga vila. Puas? Mau makan aja ribet," dumel Stevi, gadis itu memutar badannya hendak berlalu.

"Eh, stev."

Stevi menghentikan langkahnya dan menoleh santai. "Apa lagi? Butuh sesuatu yang lan?"

"Enggak, cuma mau bilang --- makasih." jawab Alin sambil menggaruk tengkuknya dan tersenyum kikuk.

"Ya," jawab Stevi singkat.

Alin menutup pintu kamarnya setelah Stevi kembali melangkah menjauhinya.

Laki-laki itu pun membereskan tempat tidurnya yang masih berantakan, lalu setelahnya pergi mandi.

Alin bukan tipe laki-laki yang betah berlama-lama di kamar mandi, namun ia tetap membutuhkan waktu lebih dari sepuluh menit untuk membersihkan ke seluruhan tubuhnya.

Handuk kering itu menyapu berih sisa air yang membasahi tubuh Alin saat laki-laki itu keluar dari kamar mandi.

Tok

Tok

"Siapa?" gumam Alin seraya mendekati cariernya yang terletak di atas meja lalu mengenakan celana jeans-nya.

"Hantu." balasan itu membuat Alin sedikit terkikik. Meski baru, suara Stevi yang memiliki has sangat ia keneli, serta tambahan kedataran suara yang tak bernada.

Fire In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang