1🔥 Hidup Baru

450 44 3
                                    

🔥Fire In Love♥
Part1

🍂🍂🍂

.

.

Waktu mungkin telah merubah bocah laki-laki itu menjadi seorang pria yang tampan, sudah belasan tahun berlalu setalah kematian sang kakak dan sang mama. Semua harus bangkit, termasuk Aliandra. Laki-laki yang kerap dipanggil Alin itu kini telah menjelma menjadi pria idaman para gadis.

Alin memiliki sikapnya tengil, pecicilan dan paling susah di ajak serius. Postur badannya sih bisa dikatakan lumayan menggiurkan, dengan tubuh tegap nan tinggi membuat Alin kadang menjadi sorotan saat lewat.

Laki-laki itu kini sudah menjadi salah satu mahasiswa di Universitas Gunadarma, sudah setengah semester Alin menghabiskan waktunya di kampus itu.

"Alin, lo ngak ikut anak-anak buat cari partner di gedung Bahasa?" Ciko mengusik Alin yang sejak tadi sibuk dengan sebuah buku di depannya.

Jurusan Musik, tepatnya kelas Musik B atau kelas Alin. Mereka ada tugas untuk membuat musik yang dikolaborasikan dengan anak jurusan Bahasa A dan nilai tugas tersebut akan diambil untuk nilai UAS.

Alin menoleh dan tersenyum usil, laki-laki itu mencebikan bibirnya. "Males gue, kalau gue ikut yang ada lo pada ngak kebagian patner, " ujarnya diselangi cengengesan kecil dari bibirnya.

Salah satu teman kelas Alin tertawa geli sambil mengangguk setuju, Amar sangat mengakui itu. Jika Alin ikut bersama yang lain saat ini, pasti mahasiswa bahasa yang kebanyakan perempuan itu akan menjadi riuh dan histeris dengan kedatangan Alin.

"Ia sih, bisa-bisa si Dito ngak kebagian patner," sambung Amar.

"Eh, tapi lo pada tau nggak?" timpal Defri membuat beberapa rekan kelasnya itu menoleh bersamaan kearahnya.

Aline menyugut tak sabar, "apaan?"

"Anak bahasa itu, cantik-cantik." Defri tersenyum genit, sifat khas dalam dirinya jika membahas tentang para ladies.

Amar menanggapi ucapan Defri dengan sumringah. "Itu mah, gue udah tau."

"Ya, cuma mau kasih ibauan aja, kalau mereka bisa jadi gebetan baru kita." Defri tersenyum manis, membuat Amar ikut tersenyum pelan.

Alin terkekeh geli melihat tingkah teman-temannya. "Eh, kita cuma jadi patner-an satu bulan. Ya kali bisa jadi pacar ... " gumamnya, Alin menyisir rambutn dengan jari-jarinya, "kecuali, kalau mereka mau jadi pacar kita untuk satu Minggu," lanjut Alin dengan senyum tengilnya.

Defri terkekeh. "Ya, ngak apa-apa dong! Sambil menyelam minum air," gurau Defri.

Seorang laki-laki masuk ke kelas, membuat Alin dan yang lain menyapanya dengan lambaian tangan.

"Dari mana lo, Tan?" sapa Defri ramah.

Natan tersenyum masam dan memilih duduk di sebelah Alin. "Biasa, cewek gue gambek terus. Pusing gue," dumelnya, laki-laki itu menoleh malas pada Alin. "Lin, lo di panggil sama bu Laila sana!" ujar Natan menyugut.

Alin menatap Natan sekilias, "ada apaan? Perasaan gue nggak bikin masalah."

Natan mengendik bahu, "udah sana! Nanti gue yang di tuduh ngak sampaikan amanah lagi," sugut Natan.

Fire In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang