10🔥 Pagi Yang Berantakan!

123 23 2
                                    

🔥Fire In Love♥
Part10




Stevi melenguh pelan saat meregangkan otot, tubuhnya terasa sakit pagi ini. Entah karena dirinya yang terlalu lelah, atau memang dirinya tidak lagi setangguh dulu. Stevi mendudukkan badannya diatas tempat tidur dan perlahan membuka mata seiring mulut yang menahan jualnya di dalam mulut.

"Pagi sayang," sapaat berbarinton gas itu membuat mata Stevi seketika membulat penuh. Gadis itu sempat terkesiap kaget, namun saat mendapati siapa yang ada di hadapannya, tatapan gadis itu berubah dingin. Gio tersenyum sinis, bahkan sikap gadis itu masih sama saja saat terkahir ia temui. Memang hanya Steven yang bisa mendekapnya erat.

"Sejak kapan?" tanya Stevi singkat.

Gio mendudukkan dirinya di bibir tempat tidur Stevi dan mengangkat tangannya ke puncak kepala Stevi lalu sedikit mengacak poni gadis itu. "Mungkin saat princes kecil abang ini terlelap."

Stevi menarik tangan Gio dari kepalnya. "Abang, gue itu bukan anak kecil lagi. Ngak usah panggil princes princes segala." keluh Stevi.

"Kapan ya terakhir abang panggil adem abang ini princes, kayaknya udah lama banget, ya?"

Stevi melirik malas. "Ya, terus? Apa sekarang lo harus panggil itu lagi, gue udah gede kali." ujar Stevi, gadis itu mengalihkan tatapannya dari Gio dan memilih turun dari tempat tidur.

Gio menahan lengan Stevi saat gadis itu hendak berlalu darinya. "Sebesar apa pun lo sekarang, sedewasa apa pun lo, buat gue lo tetap princes gue yang dulu."

Stevi menoleh dingin, melepaskan tangan Gio dari lengannya. "Ia, terserah lo aja."

"Semalam siapa yang bantuin kamu?"

Pertanyaan yang Gio lemparkan mampu membuat langkah Stevi membeku, hal semalam tidak seharusnya sampai di telinga Gio. Same jelas akan terancam dengan itu, Stevi menoleh dan menatap lurus. "Lo tau? Dari siapa?"

"Ngak penting," sahut Gio, menata langkah menuju Stevi.

"Lo ngak harus turun tangan, ini urusan gue. Ngak ada kaitannya dengan kalian, atau siapa pun. Paham?" Stevi berujar dengan berani, peringatan itu jelas sebuah kalimat yang kasar untuk diucapkan seorang adik pada sang kakak. Namun hal lumrah di telinga Gio, karena memang gadis itu tidak bersikap baik padanya sejak lama.

Stevi mengambil beberapa pakaian dari lemarinya dan melangkah menunju kamar mandi, Stevi meninggalkan Gion yang terdiam menatap punggungnya. Setelah beberapa belas menit, Stevi keluar dari kamar mandi dengan pakaian bersih dan handuk kecil di kepalanya. Gadis itu tak lagi menjumpai Gio di kamarnya, mungkin Gio sudah hengkang sejak ia masuk ke kamar mandi. Stevi mengeringkan rambutnya dengan hairdryer lalu setelah cukup kering, ia menyisirnya dan mengikat asal. Gadis itu menarik kunci mobil, dan tas yang selalu ia gunakan saat ke kampus.

"Pagi manis."

Sapaan yang Stevi terima saat hendak menuju area tengah membuatnya lekas menoleh. Keningnya mengernyit seiring kalimat pelan yang keluar dari bibirnya. "Kak, Eca? Kok?" Stevi menatap perempuan yang memang tak asing, namun kehadirannya menjadi tanda tanya tersendiri di benak Stevi.

Eca tersenyum, dan menyunggingkan dagunya. Stevi mengikuti arah tunjuk Eca, Stevi sangat paham dengan gerakan Eca meski hanya sebuah isyarat. Gadis itu mencelos malas, ternyata tidak hanya Gio yang datang ke Villanya, Steven juga disana. Pantas saja wanita cantik yang tadi menyapa Stevi itu ada disana, karena Steven juga ada di sana.

Esya Caroline, wanita usia 25 tahun itu sudah cukup lama mengenal Steven. Hanya saja, baru beberapa bulan ini mereka pacaran. Stevi tahu itu dari Nando, laki-laki itu sempat meledek Stevi jika dirinya memiliki calon kakak ipar. Stevi bisa menyimpulkan dengan cepat, tidak ada abangnya yang dekat dengan Elnando selain Steven. Jadi siapa lagi?

Fire In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang