🔥Fire In Love♥
Part12•
•
•Alunan musik dari dalam club menyambut Alin saat laki-laki itu baru turun dari mobilnya, orang-orang berlalu lalang masuk dan keluar dari club.
Laki-laki mengatur langkah pasti, masuk ke dalam club. Penjaga yang memang sudah mengenalnya menyapa laki-laki itu dengan anggukan dan seulas senyum kecil yang tidak terlalu tertampakkan.
"Hai, El." sapa Alin saat mendekati meja meja bar. Laki-laki itu duduk di depan Elnando yang sibuk mengelap gelar-gelar kristal berkelas.
Elnando mengulas senyum kecil, dan balas menyapa. "Hai, Lin."
"Stevi nya ada?"
"Ada sih, cuma ---" Elnando melirik lorong, laki-laki itu mencicit pelan. "sebaiknya lo tunggu di sini aja." imbaunya.
Alin ikut menatap lorong itu sesaat, lalu kembali menatap Elnando dengan raut heran. "Kenapa?"
"Ngak semua hal lo harus tau." sahut Elnando singkat.
"Baik lah." jawab Alin pasrah, laki-laki itu kembali menatap lorong yang biasa ia lewati menuju kamar gadis itu. Ada beberapa orang yang berlalu lalang keluar dari lorong namun Alin tidak menemui gadisnya.
Helaan napas kasar Alin hembuskan, dirinya memang harus mengerti, ini bukan kehidupannya. Ini tempat berbeda, dimana dirinya tidak bisa memiliki atau pun mengetahui segalanya. Ada batasan yang memang Alin anggap sebagai hal yang harus ia hargai, sebagai privasi Stevi.
"Hai, boleh gabung?"
Sapaan lembut seorang gadis membuat Alin menoleh. Laki-laki itu tertegun mendapati tiga gadis dengan pakaian kurang bahan, menurut Alin. Ketiganya melempar senyum manis pada Alin, salah satu bahkan sudah duduk mesra di sebelah Alin. Caca mengambil posisi paling nyaman disebalah Alin, sementara Amara dan Iren memilih bersandar pada meja bar.
"Boleh gabung?" ulang Caca yang duduk di sebelah Alin. Gadis itu melirik dua rekannya yang bersandar pada meja bar, memberi isyarat jika laki-laki itu miliknya.
Alin menggeleng, menepis kekauannya. "A, gue ---nungguin seseorang." jawab Alin gelagapan, membuat beberapa gadis itu menatapnya dengan tawa kecil.
"Santai aja sama kita," timpal gadis yang masih berdiri, Iren. Gadis itu mencolek dagu Alin. Mata hitam Alin mengerjap, sangat jelas jika perlakuan kedua gadis itu membuat Alin mematung kaku.
Elnando terkekeh pelan melihat Alin yang ambigu menanggapi tiga gadis yang memang biasa melayani para tamu yang datang. Alin terlalu terlihat lugu dan polos untuk mereka, padahal ini bukan pertama kalinya laki-laki itu datang ke club. "Udah, sana kalian bertiga. Dia udah ada yang punya." kata Elnando.
"Kalau disini kan milik bersama." sahut Iren dengan santainya, sesekali ia melirik Alin lalu melempar senyum manisnya.
Elnando menyodorkan tiga minuman berwarna, tak lain ada wine. Masing-masing gadis itu mengambil minuman mereka, termasuk Amara yang sejak tadi hanya memperhatikan kedua temannya itu.
"Mau?" tawar Caca dengan nada merayu, Alin lekas memberi gelengan membuat bibir Caca cemberut.
Iren yang semula berdiri memilih berdiri di sebelah Alin dan merangkul pundak Alin manja. "Ayo, main sama kita." rayu-nya.
"Gue lagi nungguin seseorang." jawab Alin kekeh, laki-laki itu melepaskan rangkulan Iren karena risih.
Elnando yang terus memperhatikan sekali tertawa geli.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fire In Love
Fanfic,🍁🍁💛🍁🍁, Ini tentang dendam, dendam yang berkepanjangan dua keluarga. Dendam yang menghancurkan kehidupan dua kelurga, hingga menyisakan luka masing-masing. Stevily Franstevano adalah anak bungsu Frans Stevano dan Camelia Ananda, Stevily atau y...