19🔥 Berjanji Untuk Terus Bersama

67 11 1
                                    

🔥Fire In Love♥
Part19





Steven memasuki sebuah cafe, bahkan sebelum masuk ke dalam ruangan mata Steven sudah tertuju pada sosok tegap yang duduk seorang diri di pojok kiri ruangan. Mata Ricard juga tertuju pada Steven, Cafe berdinding kaca itu tak membatas penglihatan keduanya. Dengan langkah santai Steven menuju ke arah Ricard.

"Tumben ngak di kawal bodyguard?" ucap Ricard setengah bergurau, namun cengengesan tak membuat Steven tersenyum ramah padanya.

"Mereka bukan bodyguard," timpal Steven sinis dan memilih duduk di depan sang kakak. "Ngak usah basa-basi, ada apa?" lanjutnya dingin.

Ricard mengangguk pelan, menganggap situasi seperti biasa. Laki-laki itu selalu bersikap santai dengan sikap adik-adiknya yang kadang sama sekali tak menganggapnya sebagai seorang kakak. "Gue punya beberapa informasi dan gue butuh bantuan lo buat nyelidiki." ucapnya santai.

"Heh?" Steven mendelik tak yakin. "Sejak kapan lo mau ikut dalam masalah ini? Bukannya_," Steven mengambangkan kata-katanya.

"Kalian ngak pernah tahu apa yang gue lakuin selama ini." timpal Ricard.

"Yah, kita memang ngak pernah tau dengan kesibukan lo." ucap Steven sinis, matanya memutar malas ke sisi lain.

"Jadi lo mau bantuin atau ngak?" tegas Ricard, tatapannya yang semula santai menjadi serius.

Steven semula diam, hingga kalimat lain keluar dari bibir Ricard. "Gue lakuin ini semua, buat Stevi. Karena gue akan lakuin apapun demi kebahagiaan kalian dan Stevi."

Steven memutar tatapannya, menatap Ricard lurus. Meski tak ada izin untuk melanjutkan perkataannya. Ricard kembali menerangkan kemauannya. "Selidiki om Farhan," lanjutnya.

Bibir Steven merekah perlahan, tawa sinis itu lolos dari bibir laki-laki itu. "Heh? Kenapa?" gumamnya memelan.

"Dari semua bukti yang gue dapatin selama ini, banyak hal yang mengarah ke om Farhan."

Steven tertawa miris. "Segitunya lo ngebelain keluarga Cevardo, kenapa? Udah terlalu banyak uang yang dikasih perusahaan meraka sama lo sampai-sampai keluarga sendiri lo jadikan kambing hitam." decakan
eluar dari Steven.

Ricard tertawa sinis, lidahnya menggesek di sela giginya. Ada rasa emosi saat yang ia tahan dalam sikap tenangnya. "Lo akan tau, kalau berhasil selidikin sendiri." Ricard menyodorkan amplop coklat besar pada snag adik. "Ini beberapa dokumen dan berkas yang sejak dulu gue kumpulin. Bawa pulang, dan pahami. Gue harap lo paham. Kambing, domba dan lembu itu hampir sama, lebih teliti lagi." ucap Ricard dengan nada mengimbau, laki-laki itu beranjak dari kursinya dan meninggalkan Steven.

Steven masih terdiam, menatap amplop yang di serahkan Ricard padanya. Ucapan Ricard kembali terulang di benaknya. 'Gue harap lo paham. Kambing, domba dan lembu itu hampir sama.'

"Pesanannya." sapaan pelayan cafe membuat Steven terksiap, pelayan itu meletakkan minuman hangat dan spaghetti di depan Steven.

"Saya ngak merasa pesan makan?" ucap Steven heran.

Pelayan cafe itu tersenyum ramah. "Kakak tadi titip pesan, makanannya diantar kalau dia udah balik. Makanannya udah di bayar kok." tuturnya. "Permisi." Pelayan itu berlalu meninggalkan Steven.

Fire In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang