4🔥 first Kiss

286 26 1
                                    

🔥Fire In Love♥
Part4



Stevi menepis bayangan yang sejak tadi menganggu benaknya, bayangan itu membuat Stevi tidak bisa memejamkan mata. Padahal sudah satu jam yang lalu ia mengurung diri di kamar.

"Tuh, cowok." guming Stevi memelan.

Stevi dibuat gusar dengan bayangan kejadian tadi, saat bibir ranumnya menempel tepat di atas bibir Alin.

"Ciuman pertama gue, kenapa dia?" Stevi mengusap bibir ranumnya, gadis itu memejamkan matanya. Hatinya di selimuti rasa malu, dan jantungnya juga aneh. Tiba-tiba hatinya berdetak lebih kencang.

"Dia siapa?"

Stevi menoleh cepat, dan mendudukkan tubuhnya di tempat tidur. Gadis itu berada tepat di tengah-tengah. "Bang Steven," Stevi menyipitkan matanya. "Denger semuanya?"

Steven tersenyum pelan, mendekati Stevi dan duduk di bibir tempat tidur yang tingginya hanya sekitar 30 cm. "Dia siapa?" Sugutnya lagi.

"Bukan siapa-siapa," jawab Stevi mengilah.

Steven menelisik wajah Stevi yang terlihat salah tingkah. "Bukan siapa-siapa tapi kok gugup gitu, pacar ya? Kenalin lah sama Abang."

"Apa sih? Udah, jangan ngacau!" tandas Stevi menegas.

Steven terkekeh, kepalanya mengangguk-angguk kecil. "Abang tidur temenin kamu disini ya."

Stevi mengangguk sekenanya. "Ya, lagian udah lama juga ngak tidur bareng Abang."

Steven menilik dengan raut heran. "Kamu kan udah gede? Ngak malu kalau tidur masih di temenin?" Dengan ringan Stevi menggelengkan kepalanya.

Gadis itu bergeser hingga duduk di sebelah abangnya.

Steven tersenyum pelan, merangkul tubuh Stevi. Tangan kekar menepuk-nepuk lembut bahu sang adik. "Meski lo udah dewasa, bagi Abang lo itu adalah malaikat kecil yang harus selalu Abang jaga."

Stevi mendongak wajahnya, sejenak menatap Steven lalu kembali turun menatap lantai. Gadis itu tersenyum dalam diam. "Cuma Abang yang Stevi butuhkan, karena hanya Abang yang kasih perhatian seperti sama Stevi." Gadis itu bergumam dalam hati.

"Bang."

"Em," jawab Steven dengan nada mendeham, laki-laki itu melirik sang adik yang masih diam menatap lantai kamar.

"Makasih," gumam Stevi dengan suara nan kecil, dan hampir tak terdengar jelas.

"Heh? makasih?" ucap Steven menatap Stevi tak yakin, mungkinkah gadis itu mengucapkan terimakasih. Steven hanya mendengar samar, namun itu di perkuat dengan anggukan tegas Stevi. Steven menaikan satu alis. "Buat apa?"

Stevi berdecak dengan nada malas. "Ck, ya buat semuanya lah," sahut Stevi ketus.

Steven tersenyum lirih, ini pertamanya Stevi mengeluarkan kata terimakasih untuknya. Steven mengusap puncak rambut Stevi.

Suara deritan pintu membuat Steven dan Stevi menegakkan wajah lurus. Elnando menatap keduanya dengan tatapan datar.

"Apa gue boleh gabung? Kamar udah penuh semua." ujar Elnando yang masih mengambang di pintu kamar.

Steven mengangguk. "Tentu, tapi kita tidur di bawah." jawab Steven.

"Kenapa tidak?" sahut Elnando dengan seulas senyum, laki-laki itu pun menutup pintu kamar.

Elnando langsung merentangkan sebuah karpet berukuran sedang yang langsung menutupi seperempat kamar itu. Steven pun ikut duduk di karpet setelah alas itu terbentang.

Fire In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang