🔥Fire In Love♥
Part14•
•
•Bunga yang terkadang biasa akan sangat mempesona mata saat mulai bermekaran, saat harum mampu menggugah dan membuat banyak kupu-kupu datang menghampiri. Begitu hal nya dengan satu rasa dalam kata yang simpel terucap namun sukar terjelaskan, CINTA.
Stevi menatap bayangannya di depan cermin, gadis itu tak bisa melepaskan bayangan Alin dari benaknya. Meski sudah dua hari tak bertemu, namun wajah terakhir yang menatapnya ambigu masih tergambar jelas.
"Alin, please. Pergi dari otak gue," Stevi menggerutu pelan, berkali-kali mencuci wajahnya dengan paksa agar bayangan laki-laki itu lenyap, sayangnya itu terlalu sia-sia. Stevi melenguh kasar, melirik bayangannya sinis. "Bukan kah ini terlalu berlebihan? Dia sudah lama tidak muncul tapi wajahnya masih terngiang di otak lo." Stevi memejam matanya sesaat menikmati sensasi dingin untuk kesekian kalinya, perlahan Stevi membuka matanya dan kembali menatap bayangannya dengan satu alis tertarik naik, gadis itu seolah menyadari sesuatu yang nganjal. "Lama? Ini kan baru dua hari, Stevi." ucapnya melirih.
Seseorang yang masuk ke toilet mengagetkan Stevi, membuat gadis itu tersadar dari perdebatan otak dan hatinya. Stevi kembali membasah wajahnya sebelum buru-buru keluar dari toilet.
Alis gadis itu yang semula sama rata langsung menancus tinggi saat mendapati Rega tiba-tiba berdiri di depannya saat dirinya baru beberapa meter menjauhi area toilet.
"Gue pengen tanya sesuatu?" ujar Rega dengan tatapan lurusnya dan serius.
Gadis di hadapannya itu hanya bergeming dengan suara yang tak kalah lurus dari tatapan Rega, "apa?"
"Lo pasti tahu, kenapa Alin babak belur?"
Sesaat Stevi hanya diam, mata hazel itu menatap Rega dalam diam. Stevi tak mungkin memungkiri mengapa laki-laki itu bisa terluka, dan pulang dalam keadaan babak belur. Namun ini sudah dua hari, harusnya laki-laki itu sudah jauh lebih baik bukan. Otak Stevi menimbang semua kemungkinan.
"Lo tau dia berantem sama siapa?" Lanjut Rega menyelidik.
"Harusnya lo bukan tanya gue, tapi Alin." jawab Stevi dengan nada datarnya, gadis itu tak menampakkan ekspresi apapun, baik takut maupun gelisah membuat Rega sulit menebak. Gadis itu berjalan melewati Rega.
"Tunggu!" Rega menahan lengan Stevi membuat gadis itu dengan cepat menoleh dan menyentak kasar tangan Rega. Mata hazel Stevi saling menatap lurus dengan mata hitam Rega. "Alin nggak mau cerita sama gue, jadi gue minta lo, tolong kasih tau gue apa yang sebenarnya terjadi karena ini bukan pertama kalinya Alin babak belur setelah menemui lo." ujar Rega memohon.
Stevi tertegun, lagi-lagi Rega membuatnya terdesak dalam diam. Namun wajah datar gadis itu terlalu sukar untuk bisa di tebak dari luar, perasaan dalam hatinya sangat sulit tertampakkan di wajah itu.
"Lo masih ngak mau jujur?" desak Rega.
Stevi tersenyum sinis, mata hazel itu mengatup sayu dalam hitungan detik. Hal yang Stevi lakukan saat bersiap mengeluarkan perlakuan tegas, perlahan tapi pasti tatapan gadis itu berubah tajam. "Pertama, gue nggak suka di sentuh. Kedua, gue bukan bodyguard yang harus selalu tahu apa yang terjadi terhadap Alin. Dan ketiga, gue ngak punya alasan yang akurat untuk semua pertanyaan lo. Paham?" tegas Stevi. Gadis itu kembali memutar badannya, hendak kembali berlalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fire In Love
Hayran Kurgu,🍁🍁💛🍁🍁, Ini tentang dendam, dendam yang berkepanjangan dua keluarga. Dendam yang menghancurkan kehidupan dua kelurga, hingga menyisakan luka masing-masing. Stevily Franstevano adalah anak bungsu Frans Stevano dan Camelia Ananda, Stevily atau y...