Lantunan azan menggema di langit Makassar beberapa menit lalu. Fila beringsut dari kasur empuk menuju kamar mandi. Segera ia mengambil air dan melaksanakan wudu, membasuh mulai dari tangan berurutan hingga ke mata kaki. Kemudian mengangkat kedua tangannya untuk merapalkan doa.
Mukena berwarna biru muda telah terpasang di tubuhnya ketika samar-samar ia mendengar ucapan salam dari seseorang yang dibalas oleh sang ibu. Suara itu sudah sangat ia kenali.
Hanya berselang beberapa detik, pemilik suara itu kembali mengetuk. Kali ini di pintu kamarnya. Fila mempersilakannya masuk.
"Aku kan udah bilang. Nggak mood belajar hari ini, Ra," ucap Fila saat Ara sudah mendaratkan pahanya di atas tempat tidur.
Ara memajukan bibirnya sejenak. "Jangan biasain belajar karena mood. Kalo dibiasain, nanti otakmu manja," katanya seraya menyilangkan kedua lengan di depan dada.
"Tumben nyadar." Fila tersenyum dan melirik sang sahabat.
"Kasian reputasi pacarku yang langganan beasiswa prestasi kalo ketauan dapet pacar yang males belajar."
"Idih. Ya udah. Aku mau salat asar dulu. Kamu udah?"
"Aku lagi males." Fila tertawa kecil. Ia mengerti. Bukan dalam arti sebenarnya. Sahabatnya itu tengah memberi kode bahwa ia sedang kedatangan 'tamu bulanan'. Keduanya sudah saling paham dengan istilah itu.
Sambil menunggu Fila selesai, Ara merogoh handphone dari dalam tote bag-nya. Menjelajah di beberapa akun media sosial miliknya. Sampai akhirnya ia hanya sibuk mengamati satu akun yang memang selama ini tidak pernah absen untuk ia pantau. Akun milik sang pacar.
Merasa tidak ada yang perlu ia khawatirkan, Ara beralih menggulir beranda facebook. Status demi status ia lewatkan, hingga mata jelinya menangkap sesuatu yang membuat tangannya berhenti. Sebuah komentar dari Fay di akun milik sang sahabat.
"Bukannya baca-baca buku, kamu malah asyik facebook-an ya?" Ia tersentak ketika Fila tiba-tiba menanyainya.
Ara tidak menggubris. Ia fokus pada hal lain. "Kamu sering chat-an sama Kak Fay ya?"
Fila mengerutkan kedua kening. "Nggak kok. Paling aku chat kalo dia duluan yang komen status aku di wa. Di fb juga gitu. Kenapa emangnya, Ra?"
Ara menghela napas. "Kamu beruntung, aku yang pacarnya aja harus rebut hp-nya dulu buat masuk ke akunnya terus komen sendiri atau nge-like."
Ara turun dari tempat tidur, melepas jilbab kemudian kembali membenamkan diri di atas kasur. Gadis itu kembali meraih ponsel. Matanya seperti fokus ke benda pipih itu, tetapi pikiran justru tidak berada di sana.
Ia benar-benar tidak mengerti jalan pikiran sang pacar. Apa maksudnya menyatakan cinta padanya dulu, jika ternyata selama ini masih saja mencari perhatian dan peduli pada perempuan lain yang tak lain sahabat pacarnya sendiri?
Fila tersenyum, ia tahu gadis penyuka pink itu tengah memikirkan sesuatu. "Tadi ngejekin aku nggak mood. Sekarang malah dia yang bete. Kamu mikirin apa? Jangan bilang kamu cemburu sama aku? Atau kalian lagi berantem?" tanya Fila yang kini ikut merebahkan badan di sampingnya.
"Ih enggak. Aku cuma sebel aja Kak Fay kayak gitu," jawab Ara sekenanya. Jauh di dalam hatinya ia justru merasa khawatir. Ara merasa sangat lelah dengan hubungan asmara yang ia jalani sekarang.
Gadis itu menoleh pada Fila yang tengah memejamkan mata dan memeluk sebuah buku sementara salah tangannya menggenggam sebuah pensil. Ara kembali memandangi langit-langit kamar berwarna biru itu.
"Kamu sendiri mikirin apa?" tanya Ara tanpa menoleh. Fila menggeleng sambil tersenyum simpul.
"Soal ayahmu gimana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Life is Like An Ice Cream
Romance(VOTE & KOMEN SETELAH BACA YA) Nafila Insyirah, gadis penyuka es krim dan hobi menonton pertandingan sepakbola. Gadis manis ini terkenal cuek dengan kaum lelaki yang berusaha mendekatinya. Meski begitu, ia justru memiliki beberapa sahabat lelaki. Ia...