21. Sang Mentor

48 8 2
                                    

Terhitung hari ini adalah minggu kedua Fila dan Ara bimbingan belajar untuk persiapan tes CPNS. Arya bersama dua temannya bergantian memberikan materi. Arya khusus mengajarkan bagian Tes Intelegensi Umum (TIU).

Fay tidak ikut terlibat dalam mengajar. Jika mengandalkan kepandaian saja, pria itu sangat memenuhi kriteria. Sayangnya, peserta bimbingan pasti akan melihat pengalaman dari para mentor sebelum memutuskan ikut. Dan Fay sendiri belum berhasil lulus dalam ujian CPNS tahun lalu. Karenanya, Fay hanya berperan sebagai panitia. Salah satu yang ia lakukan adalah membagikan materi lain yang tidak ada di dalam modul latihan atau membagikan kertas putih kosong untuk peserta gunakan mencari jawaban dari soal yang diberikan mentor. Seperti yang ia kerjakan sekarang.

"Rajin sekali. Udah ngerjain dari rumah," ucapnya saat berada di belakang kursi Fila.

Fila tersentak. Ia hanya menanggapi dengan tersenyum lalu segera meraih kertas pemberian pria itu.

Sang sahabat memperhatikan dari baris kursi lain sambil menopang dagu. Gadis itu berusaha mencuri pandang sampai sang pacar keluar dari kelas. Ara menyandarkan badan ke kursi sambil mengembuskan napas kasar. Terkadang ia merasa pacarnya aneh. Dulu sebelum mereka jadian, pria itu tampak begitu perhatian padanya. Namun, beberapa bulan setelah menjadi pasangan kekasih, sang pacar justru lebih sering tak memedulikannya. Walaupun pria itu masih sering menuruti kemauannya. Itu pun jika Ara sudah merengek dan hampir merajuk. Sangat berbeda dengan sosok yang ia kenal saat awal berpacaran.

Saat-saat seperti ini kadang kala membuatnya ingin bebas seperti Fila. Untuk apa memiliki kalau seperti tidak memiliki. Serasa hanya tempelan. Waktu akan membuatku jatuh karena tak lagi memiliki daya perekat, gumamnya dalam batin.

Ara tersenyum tipis menyadari dirinya berubah menjadi puitis karena gundah.

"Baik, kemarin pembahasan kita sampai di nomor ...." Suara Arya membuat Ara terjaga dari lamunannya.

Para peserta terdengar kompak menjawab pertanyaan Arya. Ara menunduk hendak membuka modul latihan yang masih tertutup rapi, tetapi ia baru menyadari telah asal mencoret sampul plastik modul saat termenung tadi. Ia menggosokkan telunjuk untuk menghapus tinta itu. Sayangnya tidak juga berhasil. Akhirnya Ara memutuskan untuk mengabaikan dan segera membuka halaman modulnya.

Fay yang memperhatikan sejak beberapa menit lalu, tersenyum dan menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah sang pacar. Tatanan kursi yang membelakangi pintu masuk membuat pria itu leluasa mengamati tanpa terlihat. Tak lama setelahnya, Fay kembali menatap Fila. Ia tersenyum samar. Tatapan matanya beralih kosong, sebelum akhirnya ia melangkahkan kaki beralih ke ruangan lain.

Pria itu tidak menyadari, meski Arya tengah mendiskusikan beberapa soal dengan para peserta bimbingan belajar, ia masih sempat memergoki tingkah sang sahabat. Konsentrasinya menjadi sedikit terganggu.

"Jawabannya kayaknya nggak ada, Kak." Sahutan Fila membuat Arya tersadar.

"Bagaimana dengan yang lain?" tanya Arya.

Beberapa peserta tampak tersenyum malu-malu. Pria itu segera menerka bahwa yang lain belum mengerjakannya di rumah. Atau mungkin sudah mencoba mengerjakan tetapi belum sepenuhnya mengetahui atau mungkin juga takut menjawab.

Arya memutar tubuh tegapnya menghadap Fila. Lalu meminta gadis itu menjelaskan sedikit hasil analisisnya.

"Kalo kita masukkan nilai a = 2, b = 3, c = 2 ke rumus ABC, hasil yang didapat itu -1/4. Nggak ada yang cocok sama pilihan jawabannya. Mungkin ada kesalahan pengetikan soal atau apa." Arya tersenyum simpul mendengar penuturan Fila.

Fila melanjutkan, "Kalo misalnya nilai c diganti jadi -2, bukan +2, baru nemu jawaban yang cocok. Hasilnya 5/4."

Mentor berkulit sawo matang yang masih berdiri di depan papan tulis kembali mengembangkan senyum. Pria itu mengangguk-anggukkan kepala. Ia kemudian membenarkan semua yang dijelaskan oleh si gadis. Arya lantas menulis dan menjelaskan ulang langkah pengerjaan soal di whiteboard agar yang lain juga bisa lebih memahami.

Life is Like An Ice CreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang