Hari ini, Fila berencana pergi refreshing bersama Ara ke kebun binatang. Tepatnya di Mini Zoo Malino Highlands, Kabupaten Gowa. Semua bekal seadanya sudah disiapkan oleh mereka tadi malam. Maklum, selain menghemat pengeluaran, rumah mereka juga sedikit jauh dari tempat tersebut.
Sekitar pukul tujuh lewat tiga puluh menit, Fila sudah berada di depan indekos. Setelah beberapa menit menunggu, keluarlah 'pelangi'. Bagaimana tak disebut pelangi, head to toe-nya warna-warni. Bayangkan saja, jilbabnya warna pink, bajunya putih dengan motif polkadot kombinasi pink, kuning, dan ungu, dipadu padankan dengan celana kulot mocca muda, kakinya dihiasi wedges cokelat, ditambah dengan tas selempang kuning menyala. Matahari bahkan mungkin minder dibuatnya. Dan tidak lupa, cat eye sunglasses berwarna hitam menutupi mata sipitnya.
"Mau ke mana, Bu? Sekalian aja bawa cat tembok," kata Fila sambil tertawa terpingkal-pingkal melihat Ara muncul di depan pintu.
"Bilang aja kamu iri. Susah juga sih punya temen tomboi plus buta fashion. Ini lagi in tau," jawab Ara sambil berpose bak Syahrini. Ya, Syahrini yang ketumpahan cat tembok, menurut Fila.
"Bodo amat lah. Gece dong, Ra. Nanti kesiangan nih." Fila melirik jam tangannya.
"Iya iya ..." Ara berlari mendekati Fila yang duduk di atas sadel motornya.
"Eits, tunggu. Kita 'kan mau jalan kaki. Ngapain pakai wedges sih, Ra? Ampun deh. Ganti sana!" Fila mencegat Ara yang baru saja hendak duduk di belakang Fila.
"Udah kece gini kamu suruh ganti." Ara tampak cemberut.
"Whatever. Kalau kaki kamu sakit, lecet-lecet, aku nggak peduli ya," jawab Fila dengan cuek.
Ara menghela napas berat. "Ya udah deh. Tunggu." Gadis itu pun terpaksa menuruti titah sahabatnya. Segera ia berlari kembali ke kamar.
Selang beberapa menit, Ara kembali. Wedges yang tadi dipakainya kini sudah berganti posisi dengan sepatu kets putih.
Dengan muka tertekuk, Ara bertanya pada Fila, "Gimana?"
Fila hanya tersenyum memperlihatkan gigi putihnya sambil mengacungkan dua jempolnya. Ara hanya bisa pasrah. Sambil menarik napas panjang segera ia naik ke belakang Fila. Mereka pun segera berangkat. Namun, baru beberapa meter dari indekos Ara, Fila menghentikan laju motornya.
"Kenapa, Fi? Ada yang lupa?" tanya Ara.
"Waduh, kayaknya bannya kempis deh." Fila turun mengecek ban motornya.
"Terus? Gimana dong?" Ara sedikit panik.
"Mmm ... di depan kayaknya ada bengkel. Kita singgah situ sebentar."
"Oh, oke deh. Ayo!"
Sesampainya di bengkel, ternyata bengkelnya masih tutup. Mereka pun bingung harus bagaimana. Karena jika harus mencari bengkel lain, lumayan jauh jaraknya. Di tengah kegelisahan Fila dan Ara, tiba-tiba saja Rafa lewat di depan bengkel.
"Eh kalian pagi banget udah ada di sini. Mau kemana?" tanya Rafa tanpa turun dari motornya.
"Ini nih, kita mau jalan-jalan. Tapi bannya kempis," jawab Fila.
"Kayaknya nggak kempis. Ini bocor kali, mau ditambal," kata Rafa sambil memeriksa ban motor Fila.
"Yah ... yang bener kamu, Fa. Masa nggak jadi pergi sih. Udah siap-siap. Udah keren gini." Ara mulai meringis.
"Jadi gimana ini?" Fila berjongkok lesu.
"Bentar ya," jawab Rafa. Ia tampak menelpon seseorang.
Tak lama kemudian, keluarlah seorang cowok dari rumah yang ada di belakang bengkel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Life is Like An Ice Cream
Romansa(VOTE & KOMEN SETELAH BACA YA) Nafila Insyirah, gadis penyuka es krim dan hobi menonton pertandingan sepakbola. Gadis manis ini terkenal cuek dengan kaum lelaki yang berusaha mendekatinya. Meski begitu, ia justru memiliki beberapa sahabat lelaki. Ia...