7. Pemuda Berwajah Teduh?

111 24 10
                                    

Kedekatan Fila dan Rafa juga membuat Raihan sedkit terganggu. Terlebih lagi setelah ia tahu kalau Rafa baru saja putus dengan pacarnya. Raihan sering curhat kepada sahabatnya Gio. Gio yang prihatin melihat sahabatnya bersedih lalu menegur Fila saat melihatnya berjalan bersama Rafa keluar dari gedung rektorat.

"Fila. Sini deh," ucap Gio melambaikan tangan pada Fila dan Rafa.

"Kalian dari mana sih. Kok bareng mulu'?" tanya ketua umum sebuah organisasi internal kampus itu saat Fila dan Rafa sudah duduk di sampingnya.

"Habis konsul, Gi. Memangnya kenapa?" tanya Fila heran.

Gio menatap lekat-lekat kedua mahasiswa itu. "Kayak orang pacaran aja. Jujur deh! Kalian pacaran kan?" Pemuda bertubuh agak gempal itu tiba-tiba menginterogasi.

"Bener tuh. Kalo pacaran ya bilang aja sama kita. Nggak usah nyangkal," sahut teman Gio yang lain yang juga sedang berkumpul di bawah pohon bersamanya.

"Ya ampun .... Enggak. 'Kan kebetulan PA-ku sama, jadi ya sering bareng." Fila berusaha menjelaskan.

Namun, sepertinya penjelasan Fila tak juga mampu membuat teman-temannya itu puas. Melihat Rafa yang membisu dan hanya memamerkan senyum, mereka semakin gencar menuntut jawaban sesuai dugaan mereka.

Fila hanya bisa menghela napas panjang. Ia tak tahu lagi bagaimana membuat sahabat Raihan percaya. Selama ini, ia merasa persahabatannya dengan Rafa tampak biasa saja. Tak ada yang aneh ataupun sangat spesial. Kenapa banyak yang menafsirkan berbeda? Apa memang terlihat seperti itu dari kacamata orang lain? Fila tak menegrti.

"Iya. Kita pacaran. Puas? Memangnya kenapa sih?" Rafa tiba-tiba membuka suara. Bukannya membantu Fila mengklarifikasi, pernyataannya malah membuat gadis itu melongo.

Fila cepat-cepat menyangkal pernyataan Rafa. Ia tahu betul karakter Rafa. Cowok satu itu lebih suka membenarkan pemikiran orang-orang jika yang diajak bicara tidak percaya.

"Astaga nih anak. Beneran, Gi ...Yan ... Dia bercanda," bantah Fila.

"Nggak mau ngaku." Gio tersenyum sinis dan memalingkan wajah.

"Terserah kalian deh." Fila pasrah. Ia merasa percuma menjelaskan, karena kedua pemuda itu lebih memercayai argumennya sendiri. Gadis itu bisa memaklumi tindakan Rafa.

"Fila, kurangnya Raihan apa sih? Kayaknya sebelas dua belas sama Rafa. Kok kamu lebih milih nih anak sih?" tanya Gio jengkel. Kalimat terkahirnya berhasil membuat Rafa mengerutkan sepasang kening legamnya.

Fila menghela napas panjang sekali lagi. Ia diam. Percuma juga dia menjelaskan, toh teman-temannya itu tetap tidak mau memercayainya. Ditambah lagi, Rafa yang iseng membenarkan pemikiran Gio dan temannya.

Rafa berdiri. Ia mulai risih duduk berlama-lama di dekat Gio. "Aku lapar nih. Kita makan yuk baru pulang," ajaknya pada Fila.

"Aku makan di kos Ara aja." Fila berusaha menolak.

"Temenin aku dulu. Nanti maag kamu kambuh lagi. Lebih parah dari sebelumnya."

Tahu dari mana nih anak kalau penyakit maagku pernah parah? tanya Fila dalam hati.

Belum sempat gadis itu mengeluarkan suara hatinya, Rafa sudah menarik lengannya untuk bergeser ke kantin. Membuat teman-teman Raihan semakin memandang curiga pada mereka.

Rupanya bukan hanya Gio dan temannya, Ara juga ikut penasaran. Desas-desus kabar itu sampai juga ke telinganya. Ia tak membuang waktu untuk segera menanyakan benar tidaknya gosip yang beredar tentang sahabatnya dan Rafa.

"Ya nggak lah. Aku dari dulu cuma sahabatan sama dia. Ya memang sih ... Rafa tuh cakep, pintar, suka nolong aku, jago tilawah juga. Tapi aku tau, dia itu playboy," ujar Fila seolah menggarisbawahi dan menegaskan kata terakhir.

Life is Like An Ice CreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang