Waktu kian bergulir. Kini Fila sudah berada di akhir masa perkuliahan. Seperti mahasiswa lain, ia mulai sibuk dengan proposal. Bolak-balik mencari referensi di perpustakaan kini menjadi rutinitas wajibnya. Ditambah lagi, ia harus mengumpulkan data-data yang relevan dengan penelitiannya di suatu sekolah.
Padatnya kegiatan akhirnya membuat sakit maag yang dideritanya sejak lama kini kambuh dan lebih parah dari sebelumnya. Fila sering merasakan sakit di bagian dada. Bahkan terkadang ia kesulitan untuk menarik napas panjang. Ia juga merasa ada cairan di dadanya yang naik turun ketika ia sedang menunaikan salat. Hal itu membuatnya sangat tersiksa. Ibunya pun menyarankan agar berkonsultasi ke dokter.
Fila pun menuruti nasihat ibunya. Ia mengunjungi sebuah rumah sakit yang menurut beberapa orang, merupakan rumah sakit terpercaya.
Bangunan berlantai tiga itu tampak dipenuhi manusia. Mulai dari para staf, pasien maupun keluarga pasien yang berjalan ke sana ke mari. Gadis itu segera mengambil nomor antrean.
Langkahnya mantap menuju kursi yang berada tepat di depan poli ahli dalam. Sesekali ia menghela napas dan melihat jarum jam di pergelangannya yang terasa lamban bergerak.
Entah sudah berapa menit ia habiskan duduk bersandar di kursi panjang itu. Di samping kiri-kanannya juga ada pasien lain seperti dirinya.
"47!" teriak seorang perawat yang berjaga di dekat pintu masuk ruangan.
Ia patut lega. Kini gilirannya untuk diperiksa. Ia sudah sedari tadi menunggu. Badannya bahkan lelah juga meski hanya terduduk.
Fila masuk, mengikuti instruksi perawat. Setelah berat, tinggi badan serta tekanan darah, ia bergeser ke depan sang dokter. Duduk di hadapan pria berjas putih itu sambil menjawab beberapa pertanyaan seputar keluhan penyakitnya.
Puas bertanya, pria itu lantas menyuruh seorang asistennya untuk melakukan pemeriksaan. Fila diminta berbaring di sebuah tempat tidur dalam sebuah bilik. Asisten yang berjenis kelamin perempuan itu kemudian memintanya membuka kaos kaki. Juga membuka dua buah kancing bagian atas kemejanya, agar dadanya mudah ditempeli kabel elektroda.
"Kamu nggak apa-apa. Jantung kamu baik kok," ucap dokter setelah melihat hasil pemeriksaan rekam jantung gadis itu.
Baik apanya kalau masih sakit, bantah Fila dalam hati.
"Dari hasil rekam, jantungmu baik-baik saja. Ini cuma karena pengaruh penyakit maagmu yang sudah parah. Ini saya resepkan obat. Intinya, kamu harus jaga pola makan. Untuk sementara jangan makan makanan yang bisa memicu penyakit maagnya ya," tutur dokter yang rambutnya sudah mulai beruban di beberapa helai.
"Kalau makanan kecut nggak bisa juga ya?"
"Jangan dulu ... " jawab si dokter yang diikuti muka kecewa Fila.
"Yang pedes-pedes?" tanya Fila lagi.
Kali ini sang dokter tertawa. "Apalagi itu. Sebaiknya hindari dulu ya ...," ujar dokter menimpali. Ia tampak sibuk menuliskan resep obat.
Semua yang aku suka, gerutu Fila dalam hati.
Gadis itu segera meninggalkan ruangan setelah menerima catatan resep. Ia beralih ke tempat pengambilan obat. Usai mendapat obat yang dibutuhkan, gadis itu kemudian bergegas ke tempat parkir.
Sebelum memacu kendaraan meninggalkan area gadung bernuansa cat putih itu, Fila membuka akun facebook dan mengetik status. "Dokternya rese'. Masa makanan yang kusuka dilarang semua." Hal itu dilakukannya sebagi ungkapan kekesalan.
Rupanya Rafa yang juga sedang online melihat statusnya. Ia lantas mengomentari. Namun, Fila sudah offline lagi dan tidak sempat melihat komentar Rafa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Life is Like An Ice Cream
Romance(VOTE & KOMEN SETELAH BACA YA) Nafila Insyirah, gadis penyuka es krim dan hobi menonton pertandingan sepakbola. Gadis manis ini terkenal cuek dengan kaum lelaki yang berusaha mendekatinya. Meski begitu, ia justru memiliki beberapa sahabat lelaki. Ia...