Seorang gadis berkulit sawo matang tengah asyik membaca lembar demi lembar buku di sudut ruangan perpustakaan. Fila, begitulah ia sering disapa. Tengah fokus dengan buku di tangannya. Sambil sesekali menggoyangkan kaki dan menguyah permen karet yang sebenarnya dari tadi sudah hilang rasa manisnya. Lembar demi lembar halaman dibacanya.
Tak berapa lama, ia pun bangkit menuju meja peminjaman lalu bergegas meninggalkan tempat itu.
Baru saja melangkahkan kaki keluar, tiba-tiba seorang cowok hitam manis dan berperawakan tinggi menyapanya.
"Assalamu 'alaikum, Adek manis ...," sapa cowok itu pada Fila. Rupanya Narya Anggara, senior yang cukup banyak digilai cewek-cewek di kampus.
"Wa 'alaikumussalam, Kak," jawab Fila sambil hendak berlalu meninggalkan Arya-sapaan akrab pemuda itu.
Namun, tiba-tiba Arya mencegat. "Bentar, Fi. Kamu bisa temani kakak makan nggak? Soalnya temanku lagi keluar. 'Kan nggak asyik makan sendiri. Aku traktir deh," bujuk pria itu.
"Maaf, Kak. Makasih sebelumnya tapi aku nggak bisa." jawab Fila sesopan mungkin.
"Eits, bentar dulu. Kok buru-buru banget sih, Dek?" Arya berusaha menghentikan langkah Fila.
"Sekali lagi maaf ya, Kak. Aku masih ada kuliah soalnya. Aku duluan ya."
Belum sempat menjawab, gadis itu sudah menghilang dari hadapannya. Arya hanya bisa mengacak-acak rambutnya melihat Fila berjalan menuruni tangga perpustakaan.
Akhir-akhir ini Arya memang sering mengajak Fila jalan, tetapi gadis itu selalu menolak dengan halus. Meski begitu, Arya masih saja sering menyapanya dengan panggilan yang kadang terdengar cukup romantis. Hal itulah yang membuat Ara-sahabat Fila, suka menggodanya.
"Cie ... yang tadi datang telat. Eh tahu nggak? Tadi Kak Arya nanyain kamu. Cie ...," ejek Ara saat dosen mereka telah meninggalkan kelas.
Dengan muka cemberut Fila menimpali, "Apa sih? Orang telat juga. Masih aja." Gadis itu menghela napas.
"Jangan gitu dong, Fi. Lagipula kenapa sih? Kak Arya itu 'kan baik, pintar, cakep lagi. Kurang apa coba? Hah?" tanya Ara keheranan.
"Udah ah. Aku cuma nganggap dia kakak. Aku yakin Kak Arya juga gitu kok. Cuma nganggap aku adek. Lagipula aku nggak mau mikirin yang kayak gitu sekarang. Mending kuliah aja dulu yang benar," ucap Fila sambil tersenyum geram mengelus-elus kepala Ara.
"Haduh .... Ih kamu tuh ya. Nggak peka," ujar Ara kesal.
"Peka? Peka itu ... yang ada gambar-gambar provinsi, pulau, benua, samudera. Itu kan?" tanya Fila mulai jail.
"Uh. Itu peta!" jawab Ara geram sambil mengatupkan gigi-giginya yang putih.
Fila menempelkan telunjuk di bibir. "Bu Regina udah datang tuh." kata Fila mengalihkan fokus Ara.
"Tau dari mana?" tanya Ara yang masih sedikit kesal.
"Sepatunya," bisik Fila.
"Wua ... dasar nih anak," tukas Ara sambil menahan tawa.
Terlihat Bu Regina, dosen yang terkenal paling tegas di antara dosen-dosen yang lain berjalan menuju ruangan. Dengan nada sepatu pantofel yang berirama konstan. Didukung dandanan dan fashion elegan. Paduan gamis kuning mustard dan blazer krem membuat penampilannya begitu segar untuk dipandang.
Meski begitu, dosen berparas menawan ini menjadi salah satu momok menakutkan khususnya bagi mahasiswa jurusan MIPA.
Suasana ruang kuliah yang tadinya riuh berubah menjadi tenang. Semuanya larut dalam keseriusan. Mereka sudah tahu aturannya. Jika ada kegaduhan sedikit saja, bukan hanya teguran, bisa jadi mereka dikeluarkan dari ruangan. Tentu akan sangat memalukan jika sampai hal itu terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Life is Like An Ice Cream
Romance(VOTE & KOMEN SETELAH BACA YA) Nafila Insyirah, gadis penyuka es krim dan hobi menonton pertandingan sepakbola. Gadis manis ini terkenal cuek dengan kaum lelaki yang berusaha mendekatinya. Meski begitu, ia justru memiliki beberapa sahabat lelaki. Ia...