3. Sahabat Playboy

137 34 30
                                    

Fila duduk sendiri di bawah pohon depan perpustakaan sambil menggoyangkan kaki. Sesekali celingak-celinguk seperti mencari keberadaan seseorang. Tiba-tiba ia dikagetkan dengan jentikan jari di depan wajahnya.

"Hei!" seru Rafa. Pria itu berdiri di belakang Fila.

Fila berbalik ke belakang sambil mengusap-usap dadanya. "Astagfirullahal azim ... Rafa, kebiasaan deh. Kaget tau."

"Maaf, maaf." Rafa memamerkan senyum manis di sela jejeran gigi ginsulnya.

Kamu kok manis banget sih, Fa, gumam Fila dalam hati. Ia yang biasanya cuek bebek malah tanpa sadar ikut terhipnotis dengan senyum manis Rafa.

Astaga, aku mikirin apaan sih. Fila menegur dirinya sendiri.

"Kenapa? Aku cakep ya?" Lagi-lagi Rafa kembali tersenyum, lebih manis dari sebelumnya. Ia bahkan mengedip-ngedipkan matanya.

"Ih, kepedean kamu. Aku hampir keselek permen karet." Fila mencoba menyangkal. Rafa hanya bisa tertawa mendengar jawaban Fila. Pemuda itu duduk di samping Fila, meletakkan ransel di antara tubuhnya dan sahabatnya itu.

Fila melirik tangan kiri Rafa yang sedang memegang es krim. Pria itu memindahkannya ke tangan kanan dan membuka bungkusannya yang sudah bisa ditebak jelas dari warnanya, rasa cokelat.

Rafa menoleh sambil tertawa kecil. "Mau?"

"Cuma satu."

Pria itu menyodorkan es krimnya. "Ambil aja. Aku takut kamu ileran nanti."

Fila mengerucutkan bibir. Meskipun sedikit kesal, tetapi akhirnya ia meraih es milik sang sahabat.

"Kamu nggak malu? Udah besar masih makan es krim kayak gitu," tanya Rafa saat gadis berjilbab cokelat itu mulai menjilati es krimnya.

Fila menggeleng. "Kamu sendiri?"

"Selama aku suka kenapa harus malu. Sama kayak orang. Sejelek apa pun, sebodoh apa pun, kalau udah buat aku meleleh ya aku bisa apa."

Gadis itu tertawa. "Dasar playboy."

"Aku bakal berhenti kalau kamu mau sama aku." Ucapan itu membuat Rafa mendapat tusukan stick es krim di pipinya.

Pria itu sontak mengelapnya menggunakan permukaan baju kaosnya.

Fila menatap jam yang melingkar di tangan kirinya, lalu menoleh seolah sedang menvari seseorang.

Rafa jadi penasaran. "Lagi nyari siapa sih? Dari tadi celingak-celinguk melulu."

"Nyari Ara. Dari tadi aku telpon juga nggak diangkat." Gadis itu tampak meremas-remas tangan sambil menggoyangkan sepatu ketsnya.

"Lagi di depan kali. Oia, nanti jadi 'kan ngerjain tugas di rumah aku?" tanya Rafa yang mulai kambuh lagi cueknya. Ia tampak sedikit acuh dengan kegelisahan Fila.

"Iya, insya Allah jadi kok," respons Fila singkat.

"Aku ke depan dulu ya? Mau nyari Ara. Makasih es krimnya." Fila bangkit dari tempat duduk sambil menyantolkan ranselnya di punggung.

"Kamu jahat banget sih. Main ditinggal." Rafa tampak begitu kesal dengan sikap Ara.

"Sorry, Fa. Tapi aku mau nyari Ara. Nanti kita ngobrol lagi ya." Fila berlalu meninggalkan Rafa yang masih manyun.

Fila berjalan-jalan di sekitar gedung A mencari keberadaan Ara. Setelah beberapa menit mencari, akhirnya ia melihat seorang gadis duduk di bawah pohon sambil tertunduk menangkup wajah dengan kedua telapak tangan. Fila menghampirinya. Meskipun wajahnya ditutupi, ia sangat mengenalnya. Gadis itu pasti Ara.

Life is Like An Ice CreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang