"in my imagination you're waiting,
lyin' on your side
with your hands between you thighs."-
Puluhan orang selalu saja datang berbondong-bondong hanya untuk sekedar bertanya apa dia sudah memiliki pacar? Akankah dia memutuskan untuk menikah?
"Tidak."
Hanya itu jawaban darinya, balasan yang selalu miskin kata namun menyiratkan berbagai emosi-- beribu ekspresi yang tertimbun meski hanya dalam sepatah kata yang keluar dari bibirnya.
Seluruh mata dalam ruangan luas itu tertuju padanya, ada yang menatapnya nanar; terkejut; tak percaya; dan aneh.
Hal itu selalu terjadi padanya, setiap akhir tahun-- dalam perkumpulan keluarga besar. Tak hanya orang tuanya, melainkan juga paman dan bibinya.
"Umurmu sudah hampir tiga puluh tahun, apa kau sama sekali tidak memikirkan masa depanmu?"
Nyinyiran itu juga selalu memenuhi kupingnya, mau tak mau gadis itu harus meluaskan kesabaran lagi-- masa depannya itu memang penting, namun kebahagiaan lebih utama baginya.
"Tentu saja, bi. Aku sudah memikirkan apapun yang jadi bagianku, bibi tidak perlu repot membantu memikirkannya."
"Yuna!!"
"Aku harus pergi dulu, ibu. Katakan selamat malam pada ayah."
Gadis jangkung dengan pipi gembil disertai senyum secerah mentari itu berlalu begitu saja, meninggalkan kesenyapan pada sisa pertemuan tahunan.
Ini bukan pertama kalinya, sudah kali ketiga dalam tiga tahun berturut-turut. Tentu hal itu mengundang kebingungan dari berbagai pihak, gadis jangkung itu hanya memberi jejak abu-abu soal kehidupan pribadinya.
Benar, Yuna hanya akan selalu menghindari pertanyaan itu, namun boleh diakui bahwa kalimatnya kali ini sedikit lepas dari kata sopan.
Yuna sudah hampir kehilangan kesabarannya.
-
Napas Yuna tersendat, tak beraturan setelah tubuh bongsornya berhasil memasuki mobil sedan hitamnya; menjauhkannya dari serangan pertanyaan yang melelahkan.
Anxiety-nya kumat lagi, semakin hari hanya akan semakin bertambah parah.
Rasanya seperti hendak mati ketika ketakutannya itu kembali lagi, menggerayangi seluruh isi pikirannya sampai membuatnya tak berkutik-- terisak ketakutan.
Namun kali ini, Yuna sama sekali tak mampu menangis.
Memang, ia takut.
Tapi Yuna sama sekali tak mampu menitikkan air matanya lagi.
Tidak, dia harus berubah.
Demi seseorang yang sangat ia kasihi, yang ia selalu yakini bahwa sosok itu menunggunya datang dengan penuh kerinduan.
you
hei? tunggu aku, ya
aku akan segera menemuimuYuna tersenyum tipis, meski ia belum mendapatkan balasan dari pesan singkatnya-- dia tahu betapa gadis itu begitu mencintainya.
KAMU SEDANG MEMBACA
WINGS (胡蝶夢) ✓
Fanfiction2SHIN ONESHOT COLLECTION; ❝run away from reality, live in the dream of you.❞ copyright: 2020, written by applefalls. [!] ever was #1 in ryuna!