[14] i was in heaven

344 52 9
                                    

"i dreamt you said my name,
you looked at me the same."

-

Helaan napas terdengar menderu, cukup panjang untuk sekedar mengalihkan fokusku dari kesibukan menata bunga-bunga pada jajaran rak.

"Kenapa napasmu begitu?" cecarku sedikit dongkol, kubenarkan sedikit posisi celemekku yang sedikit kotor terkena tanah basah ketika aku memberi pupuk.

Pemudi yang semula bernapas gusar di hadapanku pun kini mendongak, masih dengan memegang kedua lututnya yang bergetar akibat sedikit berlarian.

Oh, wajah itu terlihat familiar..

"Pupuk!"

Hanya sepatah kata yang mampu ia ujarkan pada akhirnya, hal itu mengundang gelengan heran dariku seraya meletakkan satu sak pupuk tanaman.

Benar, itu dia. Selalu rutin datang kemari per-bulan sejak tiga bulan lalu; terkadang untuk membeli bunga, bibit bunga, pot, bahkan pupuk tanaman.

"Ini."

"Hehe, terima kasih! Aku bayar bulan depan, ya? uangku hanya cukup untuk makan satu minggu. Boleh, ya?"

Aku sedikit mengerutkan kening, meski ia sudah mengucapkan hal itu setiap datang kemari; aku masih tak gagal dibuatnya heran.

"Lalu kenapa membelinya sekarang? Kenapa tidak bulan depan saja?"

Ia yang tengah mencoba mengusung satu sak pupuk itu untuk diletakkannya di atas motor, kini tersenyum malu padaku.

"Pupuk 'kan penting untuk tanaman, kalau tidak memberinya pupuk bisa layu. Aku tidak mau tanaman-tanaman yang aku rawat sepenuh hati, jadi layu karena aku tak bertanggung jawab."

Luluh, hatiku bak tersentuh cerita menyedihkan seorang pengemis yang mengais iba untuk mendapat sesuap nasi.

Kuanggukkan kepalaku, meski sedikit tak percaya-- aku tetap membiarkannya membawa pergi satu sak pupuk tanpa uang muka.

"Ya sudah, bulan depan harus kesini lagi-"

"Aku tidak bisa janji kapan tepatnya."

Baru saja hendak menuliskan nota, aku kembali mendongak-- aku baru sadar kalau sosok di hadapanku kini terlihat sangat menyedihkan.

Mulai dari sosoknya yang menjulang itu dengan postur yang agak membungkuk untuk dapat berbicara padaku yang jauh lebih pendek darinya, menggendong tas punggung dengan jaket abu-abu yang basah kuyup karena hujan deras yang mengguyur kota siang tadi.

"Aku tak bilang kau harus kemari dengan tanggal yang aku tentukan, datanglah sebisamu. Pokoknya bulan depan, kamu cuma beruntung karena hari ini aku sedang promo."

Kuhela sejenak napasku, sedikit melirik pemudi itu seusai berujar, mendapatinya tengah tersenyum sumringah-- membuatku mau tak mau sedikit tersenyum melihatnya.

"Siapa namamu?" tanyaku buru-buru, tentu saja, aku tak bisa mengingat semua nama pelangganku begitu saja.

Pemudi itu tersenyum, "Yuna."

Aku sedikit tersenyum seraya menuliskan namanya diatas kertas nota yang aku bawa, mencatatkan pembeliannya sebagai bukti konkrit bahwa telah dibawanya pergi satu sak pupuk dari tokoku.

"Ini notamu," kataku seraya menyerahkan nota itu kepadanya yang mengangguk, lagi-lagi ia tersenyum ramah padaku.

"Terima kasih! Sampai jumpa bulan depan!"

WINGS (胡蝶夢) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang