"Oh, whatta coincidence!"
-
Ryujin hanya seorang gadis penjaga shelter kucing milik almarhum neneknya. Sebenarnya, dia bisa bekerja di tempat yang lebih memproduksi duit daripada menjaga ruko kecil pinggiran jalan yang hitungannya cuma berkisar segelintir manusia yang bakal melancong kesana.
Rutinitas hariannya sekedar duduk-duduk santai di tepi kasir, bermain bersama kucing-kucing jinaknya. Bukan cuma kucingnya, kucing tetangga dan teman-temannya pun dirawatnya disana.
Kalau kata sahabatnya, Yeji, dia sudah mirip babu tanpa upah yang jelas bagi orang-orang di sekitarnya. Tapi, Ryujin malah tertawa padahal jelas kata-kata Yeji menyinggung perasaannya yang demi apapun-- sangat sensitif dan perlu perawatan intensif seperti bayi!
Meskipun ia sering menyeletuk asal kalau ia bisa saja mengutuk Yeji jadi kucing, tapi tetap saja gadis pendek itu tidak menaruh marah atau kesal setitikpun pada sahabatnya. Ryujin anak yang optimis, untungnya memang.
"Bunda, mau kemana?" Tanya Ryujin sedikit bingung, habisnya, jarang-jarang ibunya tersayang itu menjinjing tas warna merah segar itu (kesannya norak dimata Ryujin) dengan riasan make up minim dan perintilan aksesoris yang sewarna.
"Bunda mau arisan dulu. Kamu yang jaga shelter, ya. Oh iya, kalau ada gadis, matanya bulat sambil bawa-bawa kucing abu-abu bertanya soal bunda, jawab saja bunda lagi sibuk urus rumah. Kamu baik-baik dengan dia, jangan jutek. Dia anak baik, kamu pasti nyaman!"
Loh, memangnya apa urusan ibunya kalaupun Ryujin mau nyaman atau tidak? Kok, sepertinya spesial sekali..
"Memangnya kenapa?" Tanya Ryujin, ibunya tersenyum anggun; "sudahlah, kamu ikuti saja kata bunda. Jangan bikin kacau shelter lagi, bunda malas urus. Sudah, bunda mau berangkat dulu!"
Wanita paruh baya itu berlalu begitu saja, membuat Ryujin berdecak malas melihat kelakuan ibunya. Datang arisan itu ada polanya, setiap dua minggu sekali lalu dapat undiannya waktu akhir bulan. Itu 'pun Ryujin sendiri bisa paham polanya, ibunya akan pulang membawakan barang-barang branded setiap tiga bulan sekali.
Tapi sumpah, Ryujin sama sekali tidak penasaran bagaimana ibunya bisa dengan mudah menghitungkan nasibnya sendiri. Huh, seandainya Ryujin bukan kaum malas berpikir- mungkin, sekarang dia sudah lebih jago menghasilkan duit daripada ibunya.
Tring.. tring..
Ini sudah tahun kedua dia menjaga shelter kucing setelah wafatnya sang nenek, walaupun dia jarang menjaga tapi tetap saja Ryujin paham suara bel klasik yang bakal berbunyi setiap ada pengunjung-pengunjung anyar setiap harinya.
"Selamat data-"
"Bibi Sohee!"
Ryujin belum selesai mengucap salam, orang itu sudah buru-buru nyelonong sambil memanggil nama ibunya- tapi, tentu Ryujin tidak lupa pesan ibunya tadi.
Cewek dengan mata bulat sambil membawa kucing abu-abu. Iya jelas, orang dihadapannya kini. Ryujin sudah menahan napas, dia bisa kelepasan dengan omelan beruntun yang pedas kepada orang ini kalau saja ancaman ibunya yang mengatakan bahwa dia tidak boleh jutek dengan orang ini tidak terputar dalam pikirannya. Ryujin malas melihat ibunya mendumel siang dan malam lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
WINGS (胡蝶夢) ✓
Fanfic2SHIN ONESHOT COLLECTION; ❝run away from reality, live in the dream of you.❞ copyright: 2020, written by applefalls. [!] ever was #1 in ryuna!