[7] i'm high, you're there

505 57 14
                                    

"you should be at home,
let me take you there."

-

"Hey, terimakasih. Aku sudah mencarinya kemana-mana, kau tahu. Terkadang dia begitu.. menyusahkan.."

"Haha, dia masih muda, biarkan saja.. jiwanya liar. Aku bertemu dengannya saat hendak balik ke mobil setelah memberi beberapa bahan masakan, dia terlihat mabuk. Kau bisa menjaganya?"

"Kau meragukan aku setelah sekian tahun kita berteman, Yeji?"

Gadis berkacamata bundar itu hanya tertawa lalu menggeleng, "tolong bawa dia pulang, dia bisa kapanpun kehilangan kesadarannya, she's so damn high."

Sosok berpostur mungil itu pun sontak memutar tubuhnya, menghadap kearah gadis jangkung yang merebah damai dengan kedua belah tangannya menggenggam korek dan kotak rokok. Melihat fakta menyedihkan dari seseorang yang begitu disayangi begini menyedihkan membuat sesak lara merebak dalam tubuhnya.

Meskipun langkahnya terkesan ragu, namun hatinya tetap memaksa untuk mendekati sosok itu. Napasnya tertahan ketika mengendus aroma alkohol begitu menyengat, menggeleng kuat-kuat sebagai bentuk usaha penahanan diri.

"Yuna... Yuna Shin..."

Samar mendengar seseorang menyebut namanya, sosok diatas matras itu perlahan menaikkan dagunya; mendapati orang lain dengan wajah yang begitu segar dalam ingatannya pun kembali terputar yang lambat laun mulai kabur akibat pengaruh alkohol yang kuat.

"Ryujin-ah..."

"Kau harus mulai belajar memanggilku eonnie, kiddo. I'm older than you, remember?"

Yuna hanya tertawa remeh lalu memaksakan tubuhnya yang lemas itu beranjak dari matras, kini tinggi tubuhnya bersanding lebih unggul daripada sosok yang tadinya harus menunduk untuk menatapnya.

"Hmm.. kalau dilihat dari tinggimu, kau lebih cocok jadi adikku, Ryu," dan gadis yang lebih rendah itu hanya menggeleng malas lalu menarik salah satu tangan raksasa milik Yuna sebelum menggenggamnya; "let's go home. it's late."

Yuna tersenyum lebar seraya melingkarkan lengannya pada bahu Ryujin, sementara Yuna merasakan tangan sang gadis tengah merangkul pinggulnya.

"Yeji, terimakasih atas pinjaman matrasnya! Aku akan kembali besok!" seru Ryujin dengan senyum sambil melambaikan tangannya kearah Yeji yang hanya menggeleng heran sebelum menutup pintu rumahnya.

-

Yuna tak henti-hentinya berceloteh seiring mobil yang ditumpangi Ryujin berjalan membelah kesunyian malam. Kota pun tidak seramai waktu menjelang petang, hanya tersisa segelintir kendaraan yang membarengi mobilnya.

"Hmm.. Ryujin-ah, k-kau hutang penjelasan waktu i-itu... hik... meninggalkanku di perpustakaan s-sendirian... k-kau.. t-tanpa alasan... hik...." celetuk Yuna, napasnya tersengal seiring bicaranya terbata-bata. Ryujin hanya membiaskan senyum miris mendengar yang lebih muda terdengar sangat menyedihkan saat ini.

Ryujin ingin sekali memeluknya, tapi ia tak bisa. Ada hal yang lebih serius yang harus ia lakukan, yaitu menyetir mobilnya sampai di asrama Yuna.

"Aku tidak meninggalkanmu tanpa alasan, Yuna. Aku ada panggilan darurat dari eomma, aku sudah bilang padamu." ujar Ryujin dengan penekan, berharap Yuna dapat memahami situasinya.

WINGS (胡蝶夢) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang