"never knew that God would sent me to a beautiful soul, just like you."
-
Natal tahun ini, mungkin jadi pengalaman pertama bagi Shin Ryujin, tak dapat menghadiri acara keluarganya untuk merayakan natal.
Dirinya tak bisa duduk bersila di antara saudara sepupunya, menerima kado yang dibungkus cantik dan rapi serta menikmati cookies dan coklat hangat buatan ibunya.
Daripada melakukan hal itu, Ryujin justru harus terperangkap di dalam kamarnya. Berebah di atas ranjang dengan terbalut selimut yang setebal salju di halaman rumahnya.
"Uhuk-uhuk!"
Ryujin sakit keras.
Sudah sekitar satu bulan, ia terus mengalami demam tinggi sampai kesulitan untuk mencerna makanan; bahkan terkadang, ia harus muntah karena tak bisa makan apapun. Menyedihkan.
Ayah dan ibunya pun tak kurang-kurang dalam membayar dokter untuk menyembuhkan putri semata wayang mereka itu, namun dokter-dokter itu hanya akan menyerah di tengah masa pengobatan.
Penyakit Ryujin tak bisa dideteksi oleh alat-alat ajaib mereka.
Tok... tok... tok...
Sontak, Ryujin buru-buru merubah posisinya menjadi sedikit was-was; Ryujin akan selalu merasa lebih sensitif saat ia tengah mengalami sakit.
"Ryujin, apa kau mau cookies dan minum coklat hangat? Ibumu baru saja membuatnya untukmu," suara ayahnya menggema dari sebalik daun pintu, sesekali beliau mengetuk pintu kamar putrinya lagi karena tak kunjung mendapat sahutan.
Ryujin mendengus lemah, "letakkan saja di depan, nanti akan ku ambil sendiri!"
Keheningan kembali merayapi atmosfer. Begitu Ryujin mendengar suara tuk pelan dari luar, mulutnya kembali terbuka, memanggil sang ayah.
"Ayah.."
Meskipun tak perlu sulit-sulit keluar dan menyaksikannya sendiri, Ryujin bisa merasakan bagaimana ayahnya itu berhenti untuk melangkah meninggalkan kamarnya.
"Iya, nak?"
"Terima kasih, untuk makanannya."
Hening.
Ryujin menghela napas pelan.
"Sama-sama. Kalau kau ingin sesuatu, panggil ayah saja, ya? Ayah akan ada di bawah, bersama yang lain.. dan, oh, Ryujin?"
Ryujin mengernyit, "ya?"
"Nanti akan ada dokter untuk merawatmu."
Ryujin membuang napasnya, "baiklah."
Tak lagi ia dengar sahutan dari sang ayah, hanya suara derap langkah kaki menuruni tangga yang mengisi sunyi.
-
Ryujin kembali merebahkan diri di atas ranjang, bagaimana juga dirinya masih lemah.
Sudah hampir satu bulan, ia tak mengkonsumsi apapun selain air putih dan bubur — itupun kalau berhasil ia telan.
"Sakit ini menyedihkan, aku tidak tahu kalau Tuhan begitu membenciku sampai perlu memberikan penyakit ini.."
Ryujin menggerutu pelan, bibirnya mengerucut seraya mencoba menggigit cookies buatan ibunya — namun, lagi dan lagi, ia muntah.
KAMU SEDANG MEMBACA
WINGS (胡蝶夢) ✓
Fanfiction2SHIN ONESHOT COLLECTION; ❝run away from reality, live in the dream of you.❞ copyright: 2020, written by applefalls. [!] ever was #1 in ryuna!