2. Dreaming

2.9K 291 5
                                    

Doyoung menatap balita yang sedang bermain dengan keponakannya. Bermain dengan semangat,tidak ada raut wajah sedih,kecewa,ataupun marah disana. Hanya ada tawa dan senyum ceria. Doyoung kasihan dengan bayi itu,yang masih belum paham kejamnya kehidupan dia yang sebenarnya.

"Hyung,kenapa?"

Doyoung tersadar dari lamunannya,memberikan senyum lembut kepada sang adik,"Tidak ada,aku hanya kasihan dengan Haechan. Di usianya yang masih sangat kecil harus menjadi korban." helaan napas panjang Doyoung keluarkan.

Jungwoo mengangguk setuju. Melihat putranya dan Haechan bermain bersama,hati Jungwoo ikut merasa sakit.

*Kring!

Jam alarm makan malam berbunyi.

"Echannie,Injunnie,ayo kita makan~"

"Yeeyy! Mam!" balita itu teriak semangat mendengarkan ajakan untuk makan:3

-~~~-

"Shooting veriety show? Bukankah kau biasanya jarang muncul?"

"Sstt,sudahlah ikuti saja. Adakan veriety show dan aku akan muncul beberapa saat untuk sebagai juri."

Johnny sedang bernegosiasi dengan rekan kerjanya.

"Tapi kenapa hanya beberapa saat,kenapa tidak kau saja yang mengaudisi semuanya?"

"Kau gila atau apa?! Pekerjaanku masih banyak,aku juga masih ada Haechan. Waktu satu minggu mana cukup untuk mengaudisi semua peserta."

"Hahahaha,benar. Okey akan aku siapkan. Ah,bagaimana jika kau mengaudisi untuk babak terakhir?"

"Ah,boleh! Baiklah,intinya aku akan berangkat ke Thailand besok pagi. Jadi segera siapkan semuanya. Aku hanya punya waktu satu minggu."

"Iya iyaa."

Johnny keluar meninggalkan bangunan besar itu dan melajukan mobilnya menuju mansion besar yang ia tinggali bersama Haechan.

-~~~-

Pukul sepuluh malam Ten baru sampai di rumahnya. Keadaan sudah lemas,lesu,letih,dan lelah. Ingin segera berbaring di kasurnya atau mungkin berendam dengan air hangat untuk menghilangkan nyeri punggungnya.

Ten berjalan ke lantai dua,melewati kamar si kembar. Ia membuka pintu kamar itu dan menampilkan dua malaikat berharga Ten sedang tertidur lelap. Senyum kecil terukir dari bibir merah muda Ten.

"Maaf ya,Papa tidak bisa selalu ada bersama kalian..." Ten mengusap pelan rambut hitam dan lembut milik Hendery dan San bergantian.

"Eungg,Echan..." lenguhan keluar dari bibir San. Nama yang tidak asing untuk Ten,tapi Ten tidak mengerti siapa yang San sebut.

"Ssttt....Selamat tidur.." Ten mencium kening Hendery dan San yang mulai terlelap kembali. Dan keluar dari kamar si kembar menuju kamar miliknya yang berada di seberang.

Air hangat dan aroma susu menyentuh permukaan kulit putih Ten,"Ahhh... Sangat nyaman..." Ten memejamkan matanya dan menikmati sensasi hangat dari air.

***

"Ten,jangan tinggalin aku,ya."

"Ga akan pernah,sayang."

*Brak!

"PAPAAA!!"

"Ten,kamu kuat,harus kuat demi Echan,demi Dery,demi San,demi aku..."

***

"Huh?! Ah,god. I just dreaming..." Ten menghela napas. Napasnya terengah-engah seakan selesai berlari. Kepalanya sedikit pusing.

Kejadiannya seperti nyata. Ten tidak paham dengan mimpi sekilas ini. Dan siapa Echan,siapa laki-laki yang menggenggam tangannya? Kenapa dia didorong? Kenapa Hendery dan San berteriak? Rasa nyeri dan semuanya seperti nyata,bukan hanya mimpi.

-~~~-

Johnny memasukkan barang-barang yang ia perlukan untuk satu minggu ke depan. Pakaian,jas,sepatu,celana,jaket,topi,kacamata dan banyak lagi.

"Ah,boneka beruang." Johnny bangkit dari duduknya masuk ke sebuah ruangan bernuansa baby blue dan ramai dengan mainan anak-anak. Kamar yang ia design karena sangat bersemangat dengan kehadiran Haechan di dunia.

"Aku harap tahun ini aku bisa menemukan kalian..." Johnny berbicara sambil menatap bingkai foto. Terdapat empat orang disana. Johnny dengan laki-laki manis,Haechan yang masih sangat kecil,dan dua anak laki-laki berwajah kembar. Malaikat-malaikat kesayangan Johnny.

Selesai dengan packing Johnny menggeret kopernya di samping pintu kamar. Menatap ponsel dan mendial nomor seseorang yang sangat ia percayai.

"Dad?! Why ay you stiy wake?! And why didn't you pick me up?!"(Dad?! kenapa kamu masih bangun?!  Dan kenapa kamu tidak menjemputku?!)

Johnny terkekeh menatap layar ponselnya penuh dengan pipi chubby anaknya. Suara bersemangat dari Haechan,Johnny rindu:(

"Seharusnya Daddy yang tanya. Kenapa kamu masih bangun,hm?" Johnny melirik jam dinding di atas pintu,"Sekarang sudah jam sebelah,Fullsun."

"Naah,Daddy beyum bacain Echan ceyita!" Johnny terkekeh. Sifat anaknya akan tetap sama,dimanapun dan dengan siapapun dia. Selalu ingin mendengar cerita dari Johnny,walau lewat panggilan.

"Okey,Daddy bacain. Tapi Echan harus sambil tiduran,okey?" Balita itu tidak menjawab,tapi Johnny mendengar suara bising dan layar ponsel bergerak heboh. Tak lama layar menampilkan Haechan yang sudah berbaring dengan memeluk boneka kucing kesayangannya.

"Cudah!"

Johnny bangun,mengambil satu buku cerita kesukaan Haechan dan mulai membacakan cerita. Dan yap,tidak sampai sepuluh menit Haechan sudah terlelap dan masuk ke alam mimpi.

"Terimakasih,Doyoung."

"Sama-sama. Good luck! Jangan khawatirin Haechan,dia aman sama aku."

-~~~-











.hope u like it!;3

Memories || JohntenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang