15. Remember

1.6K 199 4
                                    

Malam ini Haechan tidur di kamar Johnny. Menangis dan badannya bergetar hebat karena ketakutan. Sampai-sampai tadi Johnny langsung loncat dari kasur mendengar alarm bayi milik anaknya.

Dengan  baju tidur dan dibalut selimut yang tebal Johnny memeluk balita itu. Mata yang setengah mengantuk namun berusaha ditahan agar tidak tidur sebelum balitanya benar-benar tertidur nyenyak. Urusan besok dia harus datang terlambat ke kantor tidak masalah,selama anaknya bisa tenang.

"Ssstt,cup cup...Don't be afraid, Daddy's here." Johnny mengusap lembut punggung Haechan. Membuat balita itu lebih tenang dan lebih nyaman.

Haechan mengeratkan pelukannya. Masih dengan sesenggukan,"Daddy...hiks... Dalah.. hiks mah akit,huhuhu." (Darah ...hiks Rumah sakit,huhuhu.)

"Calm down Haechan. Don't worry, there's no blood here."

Kaget? Sangat. Bagaimana bisa balita itu berkata tentang darah,sementara dia tergores sampai berdarah saja tidak pernah. Apakah bayangan kecelakaan itu datang ke mimpi Haechan?

-~~~-

Taeyong tersenyum simpul dan menatap manik mata Ten. Dia duduk di hadapan laki-laki manis itu dan tangannya digenggam erat. Mirip seperti dahulu ketika Ten bersemangat untuk mendengarkan semua cerita tentang hari-hari Taeyong.

"Sejujurnya aku bingung memulai dari mana. Tanyakan apa yang ingin kamu ketahui,Ten." Taeyong berkata. Membiarkan seberapa jauh Ten sudah mencari tau tentang masa lalunya.

Kun dan Jaehyun hanya diam memperhatikan. Menjawab ketika ditanya,dan diam jika tidak diminta berbicara. Biarkan dua sahabat yang sudah dipisahkan ini berbicara.

Ten menghela napas setelah beberapa detik memikirkan hal yang paling ingin dia tanyakan,"Kapan aku bercerai dengan mantan suamiku?"

"Tidak pernah." Taeyong menggeleng dan menjawab singkat. Jawaban Taeyong membuat Ten bingung.

"Kalian tidak pernah berpisah,Ten. Tidak pernah ada kata perpisahan ataupun perceraian di antara kau dan Johnny." Taeyong menatap mata Ten yakin.

"Kalian masih status yang sama,menikah."

"Tapi kenapa Mama bilang kalau aku dan Johnny?--wait,siapa dia?"

"Suami mu." Jaehyun menjawab.

"Suami? Ah!"

Taeyong menatap Ten senang. Apakah ini pertanda Ten mengingat tentang Johnny? Taeyong harap begitu.

"Johnny Seo. Nama yang bagus. Okey back to topic."

Sayangnya Ten belum mengingat Johnny:(

-~~~-

"Echan takut petir..." ucap San tiba-tiba membuat Winwin yang ikut berbaring di samping San gelagapan karena topik yang secara tiba-tiba.

"Echan siapa?" tanya Winwin.

"Uncle Winwin engga kaya Papa,kan?" Hendery langsung duduk dan menatap Winwin heran.

"Kaya Papa?"

"Iya kaya Papa. Papa lupa sama Daddy sama Echan." San peluk pinggang Hendery dramatis.

"Bagaimana kalian tau?" Yuta akhirnya mengalihkan pandangannya dari laptop ke si kembar dan kekasihnya.

Hendery mengedikkan bahunya,"karena Nyonya Lee selalu bilang engga boleh membahas tentang Daddy sama Echan di depan Papa. Dan Papa engga pernah membahas Echan."

Oh my god,ini kenapa anak usia lima tahun bisa berpikir seperti itu?! Yuta terkejut. Dia usia lima tahun dulu masih memikirkan masalah puzzle yang engga bisa pas karena salah posisi. Yuta malu:(

"Kalau Echan takut sama petir,kalian biasanya ngapain biar Echan engga takut lagi?" Winwin akhirnya membahas tentang hal awal. Penyebab awal pembicaraan mereka kali ini.

San langsung melepaskan pelukannya dan duduk menatap Winwin bersemangat,"biasanya kita peluk Echan. Sama kasih miaw biar Echan berhenti menangis."

-~~~-














kakak-adek walau berantem terus pasti bakal kangen satu sama lain. Dan tanpa sadar mereka hapal sama kebiasaan masing-masing.

.hope u like it!:3

Memories || JohntenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang