34. Bye

1.4K 157 2
                                    

Hari terakhir, tiga jam lagi Ten dan Seo Twins harus kembali ke Thailand. Meninggalkan Haechan dan Johnny di Korea berdua. Memberikan jarak untuk yang kedua kalinya.

Ingin menetap lebih lama, ingin untuk tidak kembali. Ingin tinggal di sini, di negara yang menjadi saksi dari perjalanan hidup keluarga kecil Seo. Tapi mereka teringat akan tujuan akhir. Suatu hal yang mewajibkan mereka untuk berpisah, setidaknya ini perpisahan kedua dan terakhir.

Harapan mereka seperti itu.

Yangyang, Winwin, dan Kun sudah kembali ke Thailand lebih dulu. Entah apa yang mereka bertiga lakukan, Ten tidak tahu pasti. Yang Ten tahu mereka bertiga melakukan sesuatu untuk membantunya.

Ten dan Seo Twins pulang dengan Taeyong, Yuta, dan Jaehyun. Tiga orang yang dikenal dengan sifat protektif terhadap tiga dunia Johnny. Sebelas dua belas dengan protektifnya seorang Seo Johnny. Hanya saja Johnny sedikit lebih mudah cemburu.

Tatapan San dan Hendery dari tadi tidak berhenti dan tidak berpaling dari si bungsu. Mereka berdua duduk manis di samping Ten dengan menunduk memperhatikan adiknya yang tengah bermain sendirian.

Hati kecil Johnny terenyuh. Bahagia melihat dua kakak yang dulu sangat bersemangat dengan kehadiran adik mereka, sekarang sudah tumbuh dan benar-benar menjaga adik mereka.

"Don't cry, love," ucap Ten yang memperhatikan suaminya.

"No, i'm not," jawab Johnny dengan menyedot ingusnya dan mengusap air matanya.

Haechan bangun, ia mendekati Johnny dan meminta sesuatu. Membuat Ten, San dan Hendery bingung.

"Echannie have this! One for kak Dery, one for kak San, and last spesial one for uncle Tennie!" tangan kecil Haechan memberikan benda lucu ke tangan mereka.

"What is this, love?" Ten menggendong Haechan ke pangkuannya. Dengan gemas Ten mencium pipi gembil bayi kecilnya.

"Eumm... Diah? Dad! What is this?" Haechan malah bertanya kepada ayahnya yang hanya diam saja sejak tadi.

"Hadiah."

"Yes! Itu," Haechan mengangguk dengan cengiran khasnya. Tidak bisa mengulang dengan benar jawaban ayahnya, jadi Haechan hanya bertingkah lucu.

Haechan selalu benar, karena Haechan lucu.

"Renjunnie kasih Echan ini," dia keluarin gantungan kunci berbentuk beruang berwarna cokelat dengan pita kupu-kupu di leher.

Hadiah yang Haechan dapat dari Renjun setelah dirinya berhasil meminum obat saat demam beberapa bulan lalu.

"Kata Injun, ini hadiah. Harus dijaga baik-baik. Terus kata Injun juga, kalau nanti Echannie lupa sama Injun, Echannie bisa kenalin Injun sama hadiah."

Ten tidak mendengar kalimat selanjutnya. Ia memeluk Haechan erat, penuh kasih sayang dan perasaan yang campur aduk. Ia tahu makna kalimat Haechan. Ia tahu, Haechan ingin menemukan dan bertemu lagi dengan keluarganya.

"Karena uncle, kak San, dan kak Dery sahabatnya Echan, jadi Echan kasih."

-~~~-

*chup!

Ciuman terakhir dari dua kakak kembar untuk adik bungsunya mendarat gemas di kedua pipi si bungsu. Dengan air mata yang mulai berlinang, Haechan diam di tempat. Ingin menahan dua sahabat barunya, tapi ia tak bisa.

San dan Hendery menatap adiknya sedih. Melihat Haechan menangis adalah suatu hal yang sangat amat tidak si kembar inginkan. Walaupun dulu saat Haechan bayi San dan Hendery sering meminta adiknya menangis, tapi air mata kali ini membuat hati kecil mereka menangis juga.

"Hiks..." satu isakan keluar. Haechan menatap si kembar, berlari dengan merentangkan kedua tangannya. Berhambur ke dalam pelukan si kembar, diterima dengan senang hati tentunya. 

Tiga bayi, harta keluarga Seo berpelukan di tengah-tengah bandara. Menjadi pusat perhatian dari beberapa pengunjung bandara. 

"Hiks, don't go huwaaaa!!" rengek Haechan dan air mata yang terus mengalir.

"No, echannie don't cry, hiks..." kata Hendery dengan tangan mengeratkan pelukan kepada dua adiknya.

Sementara San sudah menangis sampai tidak bisa berkata apa-apa.

Beberapa menit kemudian Ten mengambil Haechan, menenangkan si bungsu. Dan Johnny menenangkan si kembar.

"Echannie, you're a good boy. Tetap jadi anak yang baik, ya? Kalau Echannie baik, uncle cepat kembali," kata Ten ditengah pelukan.

Haechan mengangguk. Dari sini ia percaya jika dirinya baik, Uncle dan dua sahabatnya akan kembali.

"Ten, Hendery, San, ayo." Taeyong dengan berat hati harus memberhentikan acara pelukan keluarga kecil itu.

Hendery dan San berpindah gendongan ke Yuta dan Jaehyun, sementara Ten menggendong Haechan dan memberikannya kepada Johnny dengan berat hati. Ten masih mau menggendong bayi beruangnya lebih lama. 

"Tunggu, ya. Jaga diri, jaga Haechan, jaga hati..."

"Selalu."

-~~~-

Seorang perempuan muda dengan buru-buru membuka pintu apartemen. Seseorang yang sudah ditunggu kedatangannya akhirnya tiba. Dengan tatapan tajam dan mengintimidasi, perempuan tersebut memperhatikan laki-laki bertubuh jangkung itu.

"Apa?" tanya pewaris keluarga Kim.

"Lis, Yugyeom udah pulㅡ Lah, udah sampai aja," kata laki-laki lain dari arah kamarnya.

"Gimana?" tanya Lisa.

"Capek gue. Maksa banget lagi, males sebenarnya, mending gue cuddle sama lo gak sih?"

"Ogah."

"Serius anjing!" umpat Lisa saat dua sahabatnya malah membahas yang lain, melenceng dari topik utama.

"Iya, gue serius! Si nenek-nenek itu minta gue buat ketemu dulu sama anaknya. Katanya kalau gue ketemu sama anaknya nggak bakalan nyesel." Yugyeom menceritakan apa yang terjadi di acara makan malam barusan.

"Terus?"

"Ya... gue iyain aja. Lagian nih, ya. Siapa sih yang gak kenal sama Ten Lee? Terus lagi, dikira gue kagak tahu apa kalau dia udah nikah."

"Emang aneh sih orangnya."

-~~~-















Konflik konflik konflik.

-selamat malam sabtu, the real weekend, wkwkwkwk
inget, alurnya emang belibet dan sloooooowwww~

.hope u like it, everyone!

Memories || JohntenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang