3. Villa

2.3K 255 2
                                    

Pagi ini Hendery dan San tidak datang ke sekolah. Mereka ikut dengan Ten ke tempat photoshoot. Tidak apa ijin sekali-sekali,toh ikut Papa ke tempat kerja tidak membosankan. Kan ada kembaran:3

Lokasi photoshoot Ten kali ini di sebuah villa mewah daerah puncak. Heran sebenarnya kenapa harus di villa,tapi Ten cuek saja. Selama anaknya ikut dengan dirinya tidak ada yang perlu dia khawatirkan.

"Hai,Dery,hai San." Yangyang menyapa Hendery dan San yang sedang duduk di ayunan memperhatikan Ten yang bersiap-siap.

"Haii! Yangyang-gege!" San menyambut Yangyang semangat. Hendery hanya melambaikan tangan dan memberi senyum.

"Dengan siapa,Yang?"

"Kun-ge." jawab Yangyang dan kembali fokus dengan anak-anak. Yangyang senang melihat Hendery dan San,sifat mereka itu membuat mood semakin membaik sehingga melupakan beberapa masalah dalamnya hidup walau sebentar.

Melihat Kun datang Yangyang membawa Hendery dan San menjauh dari orang dewasa itu. Masih belum cukup umur untuk mengetahui masalah orang dewasa,pikir Yangyang.

"Ada apa,ge?"

"Ada yang ingin mengundangmu ke veriety show."

"Hanya aku?"

"Tidak,dengan Kitty dan beberapa aktor lain."

"Siapa? Dan acara apa sampai mengundang model ke veriety show,kenapa bukan aktor saja,atau penyanyi atau yang lain?" Ten penasaran. Jika di Thailand itu lebih sering mengundang penyanyi atau aktor,kenapa kali ini harus dia? Seorang model?

Kun menggidikkan bahunya,"Entah,aku baru saja dihubungi oleh pihak penyelenggara. Bukannya kamu juga bisa nyanyi,Ten?"

Ten menghela napas,"iya,tapi aku sudah lama tidak berlatih,ge. Lagi pula orang-orang mengenalku sebagai model,bukan artis ataupun penyanyi."

"Sudah,nanti aku bantu. Kau mau atau tidak? Jika mau aku iyakan." Ten diam sebentar,melirik ke arah anak-anaknya yang bermain dengan Yangyang,"Kau bisa mengajak mereka,Ten."

-~~~-

Selesai melihat-lihat lokasi audisi Johnny pergi ke bukit yang cukup jauh dari kota. Bukit yang sering ia kunjungi beberapa tahun yang lalu.

Cuaca siang ini cukup terik. Johnny yang memakai jas sampai gerah dan melepaskan jasnya. Sehingga sekarang ia hanya menggunakan kemeja putih dengan dua kancing bagian atas terbuka.

"Tuan mau disiapkan untuk makan siang?" tanya seorang pembantu kepada Johnny.

"Iya,bi. Tolong buatkan,terimakasih~"

Johnny memiliki villa yang cukup besar di sini. Sudah sekitar satu tahun lebih Johnny tidak berkunjung. Terakhir ia ke sini sebelum Haechan tumbuh menjadi bayi yang penuh dengan ocehan seperti sekarang.

Omong-omong soal Haechan Johnny belum memberi kabar kepada bayi itu. Johnny ketawa kecil membayangkan Haechan yang akan memarahinya karena telat memberi kabar.

"DADDY!! HUHUHU!!"

Di luar dugaan,ternyata Haechan sudah menangis saat ini. Pipi merah dan hidung yang juga memerah. Serta air mata membasahi pipi gembulnya.

"What's wrong,Fullsun?" Johnny terkekeh,sementara balita itu masih sesenggukan di pangkuan Doyoung.

"Katanya mau marahin Daddy? Kok masih nangis." kata Doyoung sambil mengusap air mata Haechan lembut.

"Daddy...Hiks.. Huaaa...." bukan marah ataupun cerita si bayi malah semakin menangis kuat.

Johnny jadi merasa bersalah,"Kenapa kok sampai sedih begitu,hum?"

Karena Haechan tidak bisa menjawab akhirnya Doyoung cerita,"Tadi Haechan denger Taeil hyung nonton video kecelakaan pesawat. Dan..Aduh aduh,iya engga iya." kalimat Doyoung terputus karena Haechan yang semakin kuat menangis dan memeluk lehernya.

"Dan dia kira itu pesawat ku?" tebak Johnny. Doyoung terkekeh dan mengangguk,membenarkan tebakan Johnny.

"Ditambah dengan kau yang tidak memberi kabar,overthinking dia." Doyoung menggoda Haechan sambil mengusap ingus dan air mata si balita.

-~~~-

"Papa,kapan kita pulang?" Hendery bertanya dengan nada lesu. Dia sudah lelah berlarian kesana kemari dengan saudara kembarnya yang entah bagaimana bisa kembarannya memiliki tenaga ekstra daripada dirinya.

Ten yang sedang mengganti pakaian ke limanya menatap Hendery,"Kita menginap disini,sayang. Kamu capek?" Hendery mengangguk.

"Lisaa,mau ke kamar?" perempuan yang dipanggil Lisa itu mengangguk,"Hendery bareng dong. Anterin ke kamar,aku masih ada satu baju lagi."

"Okey! Ayo sini,Aunty anterin ke kamar." Hendery melambaikan tangan ke Ten dan menarik saudara kembarnya. Ikut dengan Lisa ke kamar di lantai dua.

Satu jam kemudian Ten selesai dengan baju terakhir. Ia mengganti pakaiannya dengan baju tidur. Sebelum itu ia membuat teh hangat dan sambil menunggu air ia melihat ke luar jendela. Sudah gelap,karena sudah tengah malam.

Pemandangan kebun teh terlihat remang-remang. Karena pencahayaan hanya dari lampu kecil di sekitar sana dan pantulan dari villa-villa di sana.

"Huh,kenapa rasanya tidak asing dengan lingkungan ini?" gumam Ten. Entah kenapa lingkungan di sini terasa sangat nyaman,dan Ten merasa lingkungan ini sudah sering--sangat sering,padahal ini kali pertama ia datang kemari.

-~~~-














.hope u like it!:3

Memories || JohntenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang