Berhenti Saja

84 15 3
                                    

"Siyeon!"

Siyeon masih tetap berjalan, tidak mengindahkan teriakan Jeno dibelakangnya sementara kedua sahabatnya melirik ke arah Siyeon.

"Lo kenapa sih sama Jeno? Berantem?" Tanya Somi yang sudah kesal

Siyeon menggeleng pelan "...Engga"

"Aku cuma gak mau ketemu dia lagi" Siyeon menunduk sementara Minju memeluk gadis itu.

Somi melirik ke belakang dimana Jeno sudah tidak mengikuti mereka lagi pada akhirnya menuntun Siyeon duduk di salah satu kursi lapangan sekolah.

"Dia ngapain lo? Nyakitin lo? Atau kenapa sih? Bilang sam—EH KOK NANGIS?"

Minju menutup mulut Somi sementara Siyeon sudah terisak di pelukan Minju.

"Siyeonnn, kamu kenapa? Jeno jahat sama kamu?"

Siyeon masih tetap saja menangis, membuat kedua sahabatnya memilih diam dan membiarkan Siyeon menangis.

🍃🍃🍃

"Ibuuu, ada yang mau ketemu."

Jessica menoleh ke arah Yeri yang memunculkan kepalanya dari balik pintu.

"Siapa?"

Yeri hanya menggeleng sebagai jawaban lalu meninggalkan ruangan, sementara Jessica menghela nafas sebelum akhirnya beranjak keluar dari ruangannya.

Langkah Jessica seketika terhenti, tubuhnya membeku mendapati dua sosok laki-laki dihadapannya.

Jeno melambai senang ke arah sang mama sementara Eunwoo masih terdiam menunduk menatap meja di hadapannya.

"Mama ngobrol berdua sama mas Alfa ya."

Jeno tersenyum kecil sebelum berjalan ke arah Yeri yang berada di balik meja kasir.

"Aku minta maaf, ma."

Jessica menatap bingung ke arah Eunwoo, sedetik kemudian kedua matanya melebar.

"Kamu udah inget semuanya?"

Eunwoo mengangguk kemudian meraih tangan Jessica dengan raut wajah sedih.

"Maafin aku ma, yang aku inget malah omongan papa dan aku gak inget kalo mama udah pernah jelasin semuanya ke aku."

Jessica hanya tersenyum, mengelus pelan tangan putranya yang berada dalam genggamannya.

"Aku malah gak percaya omongan Jeno dan larang dia nemuin mama."

"Dia sering main kesini, katanya kamu jadi galak sama kayak papa."

Eunwoo tertawa membalas tawa kecil Jessica dihadapannya kemudian berdiri dan memeluk Jessica.

"Maaf juga ya ma, aku belum rawat Jeno secara benar. Sering banget aku gak sadar kalo Jeno denger setiap aku sama papa berantem dari dia masih kecil."

Jessica tersenyum kecil lalu menatap anaknya dengan lembut.

"No, you're the best brother."

🍃🍃🍃

"Kak kalo yang ini gua campur sama ini enak gak?" Tunjuk Jeno ke arah beberapa botol untuk campuran kopi itu.

Setelah membiarkan sang ibu dan kakak berbicara empat mata, Jeno memilih menggangu pekerjaan Yeri yang bahkan jarang sekali meracik minuman.

"Gak tau Jenoo, gue kan bukan barista. Cobain ajalah."

"Terus kalo gak enak gimana?"

"Ya abisinlah, mubadzir."

Dearest, YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang